Categories: Kebangsaan

70 Tahun Indonesia, Makin Teguh Kita Bersama

Bangsa kita sedang berbahagia, 70 tahun sudah ia berdiri dan bersatu sebagai Indonesia. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi kita semua, karena tidak mudah menjaga bangsa sebesar Indonesia agar tetap utuh dan maju seperti yang dapat kita saksikan saat ini. Apalagi bangsa ini memiliki banyak sekali keragaman baik dalam hal budaya, tradisi, maupun agama.

Keberagaman memang selalu menyimpan potensi konflik, karena perbedaan kerap dijadikan alasan untuk membenarkan kekerasan dan permusuhan. Namun kita beruntung, menggunungnya perbedaan yang ada di Indonesia dapat kita kemas menjadi bagian penting dari kekayaan bangsa. Tradisi dan budaya kita menjunjung tinggi penghormatan terhadap perbedaan, masyarakat kita sudah terlalu terbiasa untuk mengedapankan persaudaraan daripada permusuhan. Karenanya pencapaian ini harus kita rayakan, syukuri, sekaligus dijadikan sebagai momen untuk instropeksi.

Kita merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia sebagai wujud syukur karena bangsa ini berhasil mempertahankan hak utamanya sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, sehingga kita yang hidup di masa sekarang tidak perlu lagi menjalani hari dengan beban yang terlalu berat.

Kebanyakan masyarakat Indonesia merayakan peringatan kemerdekaan ini dengan cara berbagi bahagia sekaligus doa-doa untuk para pahlawan yang telah berpulang mendahului kita. Beberapa dari kita secara bersama-sama menabur bunga di atas pusara para pahlawan yang gugur di medan perang sebagai wujud penghargaan atas perjuangan yang mereka lakukan dalam merebut kemerdekaan.

17 Agustus juga diisi dengan berbagai perlombaan dan hiburan yang tujuan utamanya adalah mempererat persaudaraan dan persatuan. Kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai ‘ajang pembuktian’ bahwa kerukunan selalu membawa kebahagaiaan.

Namun disamping agenda suka cita, perayaan kemerdekaan juga biasa digunakan sebagai momen instropeksi, yakni merenungi dan mengambil pelajaran dari perjuangan yang dilakukan para pahlawan dimasa lalu dalam mengusir penjajah.

Mereka telah dengan gagah berani menendang pulang para penjahat kemanusiaan itu, kini giliran kita untuk meneruskan perjuangan tersebut dengan melakukan hal-hal positif untuk kemajuan dan kebaikan Indonesia. Karenanya momen instropeksi biasa diisi dengan diskusi dan saling tukar gagasan untuk kemajuan Indonesia kedepan.

Perjuangan kita saat ini memang tidak lagi dilakukan dengan menenteng senjata, tetapi hal itu tidak serta merta bermakna bahwa perjuangan kita akan lebih mudah. Bung Karno justru memperingatkan kita bahwa perjuangan kali ini akan lebih sulit, beliau pernah berujar, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Prediksi Bung Karno di atas sepertinya mulai terasa benarnya, kini mulai muncul banyak kelompok yang bermimpi bisa menggerogoti Indonesia. Mereka gemar mencari-cari apa yang salah dengan negeri ini, alih-alih memberikan solusi, mereka malah menawarkan mimpi yang jelas tidak akan mungkin terjadi.

Ironisnya lagi, kelompok-kelompok tersebut adalah orang-orang kita sendiri yang ‘kebetulan’ sedang lupa diri, karena sampai detik ini mereka masih menggunakan fasilitas Indonesia. Mereka makan, minum, dan tinggal di bumi Indonesia, tetapi justru ingin menghancurkan Indonesia.

Ide atau gagasan yang mereka gunakan tampak terlalu dipaksakan, mereka menggunakan gagasan-gagasan tidak berdasar untuk merobohkan Indonesia yang sudah terlanjur besar. Kita tentu berharap agar mereka cepat sadar dan kembali ke jalan yang benar.

Para pahlawan di masa lalu telah memulai perjuangan dengan menghadirkan kemerdekaan yang sangat didambakan, giliran kita sekarang untuk meneruskan perjuangan tersebut dengan terus menebar kebaikan dan menjauhi segala bentuk kekerasan dan perpecahan.

Indonesia adalah kita!

Khoirul Anam

Alumni Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), UGM Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Salafiyah Syafiyah, Sukorejo, Situbondo, Jatim dan Ponpes al Asyariah, kalibeber, Wonosobo, Jateng. Aktif menulis untuk tema perdamaian, deradikalisasi, dan agama. Tinggal di @anam_tujuh

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

21 jam ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

21 jam ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

21 jam ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

2 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

2 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

2 hari ago