Narasi

78 Tahun Indonesia; Memerdekakan Dunia Maya dari Narasi Intoleran dan Radikalisme

Semarak Hari Kemerdekaan di dunia nyata tentu sudah tidak diragukan lagi. Saban tahun, jelang perayaan Hari Kemerdekaan RI, masyarakat dari kota sampai desa sibuk menyiapkan berbagai acara.

Mulai dari perumahan elite hingga perkampungan, semua bersolek dan berhias diri. Berbagai lomba diadakan dengan meriah. Perayaan kemerdekaan adalah ritual kolosal yang dirayakan oleh seluruh elemen bangsa. Mulai dari pejabat hingga rakyat semua ikut bersuka-cita. 

Namun, bagaimana di dunia maya? Harus diakui gaung peringatan Hari Kemerdekaan RI di dunia maya memang tidak semeriah di dunia nyata. Hal ini bisa dilihat dari minimnya pembicaraan tentang HUT RI ke-78 di linimasa media sosial kita.

Seperti biasa, medsos kita masih didominasi oleh perbincangan tentang politik atau gosip selebritis. Tidak salah memang, karena media sosial punya mekanisme dan algoritmanya sendiri. Apa yang tengah trend, itulah yang berpotensi viral di media sosial. 

Meski demikian, minimnya gaung hari kemerdekaan di dunia maya ini tentu patut menjadi perhatian bersama. Sungguh disayangkan jika Hari Kemerdekaan RI yang dirayakan sekali dalam setahun dan memiliki makna filosofis mendalam justru tidak terdengar gaungnya di media sosial.

Maka, penting kiranya meramaikan perayaan HUT RI di dunia maya dan media sosial. Salah satunya dengan mengunggah konten-konten bernuansa nasionalisme atau menyimbolkan hari kemerdekaan. 

Misalnya, acara-acara lomba warga di berbagai daerah itu divideokan secara layak lalu diunggah di media sosial dengan tanda pagar yang disepakati bersama. Dengan begitu, gaung perayaan HUT RI ke 78 ini tidak hanya semarak di dunia nyata namun juga bergaung di dunia maya. 

Menggaungkan Spirit Kemerdekaan di Dunia Maya

Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah menggaungkan spirit kemerdekaan di dunia maya. Sudah terlalu lama dunia maya kita dijajah oleh berbagai konten dengan narasi yang penuh hoakz, fitnah, dan ujaran kebencian.

Akibatnya, dunia maya kita hari ini menjadi ajang tukar caci-maki dan saling benci. Di HUT RI ke-78 ini saatnya kita membawa spirit kemerdekaan ke dunia maya. Kita harus memerdekakan warganet dari konten atau narasi provokasi dan kebencian. Bagaimana caranya? 

Langkah pertama kira harus berani melawan segala narasi yang mengarah pada hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian. Jalan paling mudah ada dengan tidak membuat dan menyebarkan berita atau informasi palsu dan berpotensi memecah belah kerukunan. 

Langkah kedua adalah kita harus aktif memproduksi dan mendistribusikan konten positif yang mendorong timbulnya kesadaran akan nasionalisme dan persaudaraan kebangsaan. Bisa dibayangkan jika mayoritas netizen di negeri ini sehari sekali mengunggah konten yang bernuansa cinta tanah air dan bangsa, maka dunia maya akan didominasi oleh konten dengan narasi kebangsaan ketimbang narasi permusuhan. 

Langkah ketiga, kita harus mengadaptasikan spirit para pendiri bangsa yang berpikir dialogis dan mengedepankan kepentingan bangsa ke dunia maya. Selama ini, dunia maya kita diwarnai oleh model komunikasi searah yang anti-dialog. Masing-masing berbicara atas nama kepentingannya sendiri tanpa memikirkan kepentingan orang lain. 

Idealnya, media sosial menjadi ruang terbuka yang inklusif. Dimana setiap entitas bangsa berinteraksi, berdiskusi, dan mengkontestasikan gagasan demi kepentingan bangsa. 

Dalam konteks ini, kaum milenial dan generasi Z sebagai digital native memiliki peran signifikan dalam menggaungkan spirit kemerdekaan di dunia maya. Kaum milenial dan gen Z harus bersatu-padu dan mengesampingkan fanatisme politik dan agama demi kepentingan bangsa yang lebih besar. 

Kaum milenial dan Gen Z memiliki peran strategis di era digital seperti saat ini. Mengisi kemerdekaan di alam digital tentu memiliki tantangan tersendiri. Menjaga ekosistem dunia maya dan media sosial tetap sehat, yakni steril dari konten hoaks dan kebencian, adalah salah satu wujud mengisi kemerdekaan di era digital. Spirit merdeka dari konten negatif inilah yang seharusnya digaungkan secara masif di kanal maya. 

Dengan begitu, dunia maya kita akan steril dari konten bernuansa intoleran atau radikal. Arkian, mari menggaungkan euforia dan spirit Hari Kemerdekaan di dunia maya. Mari lawan setiap konten dan narasi yang memecah-belah bangsa. Sudah saatnya kita lepas dari belengggu penjajahan terselubung melalui konten-konten yang menjurus intoleransi dan radikalisme.

This post was last modified on 14 Agustus 2023 11:35 AM

Nurrochman

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

19 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

19 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

19 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago