Narasi

78 Tahun NKRI; Memaknai Kemerdekaan ala Generasi Z

Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus kembali datang. Suasana semarak menghiasi kota sampai pelosok desa. Bendera merah putih berkibar di segala penjuru. Umbul-umbul berkibar sepanjang jalan. Sebuah momen seremonial yang senantiasa ditunggu masyarakat. 

Tahun ini, peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-78 mengusung tema “Terus Melaju, Untuk Indonesia Maju”. Sebuah tema yang relevan dengan agenda jangka panjang bangsa yakni mewujudkan Indonesia emas di tahun 2045. Tepat di usia Indoensia yang menginjak satu abad. 

Peringatan Hari Kemerdekaan tentu bukan sekadar seremonial belaka. Lebih penting dari itu adalah bagaimana memaknai hakikat kemerdekaan di tengah zaman yang terus berubah secara dinamis. Makna kemerdekaan dari generasi ke generasi tentu juga berubah-ubah. Di masa lalu, kaum muda yang merasakan sendiri dampak kolonialisme cenderung memaknai kemerdekaan sebagai sebuah momentum tegaknya kedaulatan bangsa.

Lepasnya bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajah adalah momentum untuk mulai menentukan nasib sendiri tanpa intervensi asing. Kemerdekaan bagi generasi angkatan 45 adalah momentum untuk membangun bangsa yang mandiri, berdiri di atas kaki sendiri, dan berdaulat sebatas geografis maupun politis.

Jika ditarik ke era sekarang, makna kemerdekaan terutama bagi generasi milenial dan generasi Z tentu sedikit-banyak mengalami pergeseran. Apalagi generasi Z yang memiliki jarak waktu yang sangat lama dengan era generasi muda 1945. Generasi Z yang hidup di era sekarang tidak merasakan getirnya menjadi bangsa terjajah dan berjuang mewujudkan kemerdekaan.

Tantangan Generasi Z di Era Sekarang

Meski demikian, generasi Z bukannya hidup tanpa tantangan. Tantangan yang dihadapi generasi Z pun tidak kalah kompleks ketimbang anak muda angkatan 45 yang dikenal sebagai kaum perintis. 

Perkembangan ilmu pengetahuan, geopolitik global, dan gaya hidup yang tersaji di media sosial tidak pelak telah menjadi tantangan serius bagi generasi Z. Banyak survei menyebutkan bahwa sebagian besar generasi Z merasa gamang akan masa depannya.

Ketidakpastian terkait akses ke pendidikan maupun ekonomi membuat banyak generasi Z bersikap pesimistik pada masa depan. Dalam konteks Indonesia, salah satu tantangan terberat menjadi generasi Z adalah menghadapi situasi sosial, politik, dan agama yang kerapkali dipenuhi kebencian, permusuhan, dan perpecahan.

Ucapan Bung Karno bahwa generasi pasca kemerdekaan akan menghadapi tantangan lebih berat karena “melawan” bangsa sendiri itu kini terbukti benar. Hari ini kita menyaksikan sendiri bagaimana upaya-upaya menggerogoti Indoensia itu justru lebih banyak dilakukan oleh bangsa sendiri alih-alih bangsa asing.

Hari ini, kita terutama kaum muda milenial dan gen Z memang tidak menghadapi ancaman kolonialisme asing melalui agresi militer. Namun, kaum muda hari ini dihadapkan pada tantangan terkait menyebar luasnya narasi provokasi, polarisasi  politik, segregasi sosial, hingga radikalisasi agama. 

Sekali lagi, patut digarisbawahi bahwa semua itu justru berasal dari bangsa sendiri. Bagi generasi Z, makna merdeka adalah bebas mengekspresikan diri tanpa ada intervensi apalagi intimidasi atas nama kekuatan politik, sosial, atau agama sekalipun. Merdeka bagi generasi Z adalah bisa menjalani kehidupan tanpa dicekoki oleh narasi intoleransi atau radikalisasi. 

Membangun Kesadaran Nasionalisme Gen Z

Maka, peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-78 ini sedianya menjadi momentum untuk membangun kesadaran di kalangan generasi Z. Kesadaran yang paling pokok adalah komitmen nasionalisme dan patriotisme.

Bahwa generasi Z adalah generasi yang terbuka pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan gaya hidup  itu tentu tidak bisa kita pungkiri. Namun, sikap cinta tanah air dan kesediaan berkorban bagi keutuhan bangsa adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi. 

Selain itu, kesadaran terkait identitas nasional juga mutlak harus dibangun di kalangan generasi Z. Sebagai generasi yang adaptif pada teknologi digital, generasi Z tentu tidak bisa steril dari paparan budaya asing dan arus tren global.

Namun demikian, unsur identitas nasional dan wawasan kebangsaan mutlak harus dimiliki oleh setiap generasi Z. Tanpa kedua hal itu, kaum gen Z rawan terjajah oleh budaya asing yang tidak cocok atau bahkan melemahkan eksistensi bangsa Indonesia. Tidak kalah pentingnya adalah kesadaran terkait pemahaman akan sejarah bangsa sendiri.

Belakangan, ada upaya masih dan sistematis dari sejumlah kelompok untuk mengubah sejarah bangsa. Berbagai manipulasi sejarah bangsa dilakukan dengan tujuan menulis sejarah palsu (pseudo history). Di tengah arus manipulasi sejarah ini, kaum gen Z harus memiliki oemamahan yang utuh akan sejarah bangsa sendiri.

Generasi Z harus paham benar bagaimana kemerdekaan ini diperjuangkan, dan bagaimana alur sejarah perumusan bentuk dan dasar negara. Dengan begitu, gen Z tidak mudah dipengaruhi oleh ideologi atau pemikiran yang bertentangan dengan falsafah bangsa. 

Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-78 adalah momentum bagi generasi Z untuk merenungkan kembali sumbangsihnya bagi bangsa. Tantangan ke depan kian kompleks. Kolonialisme memang sudah berakhir. Namun, dunia menghadapi ancaman baru, yakni bangkitnya hantu konservatisme berkedok agama yang melahirkan fenomena ekstremisme dan terosisme.

Itulah musuh bersama yang harus kita lawan hari ini. Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 bukankah akhir dari perjalanan bangsa. Sebaliknya, proklamasi kemerdekaan itu hanyalah awal dari perjalanan panjang mewujudkan kesejahteraan, keadilan, dan kemajuan bangsa. Adalah tugas generasi Z untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan itu dengan membangun spirit nasionalisme dan patriotisme.

This post was last modified on 14 Agustus 2023 11:41 AM

Siti Nurul Hidayah

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

9 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

9 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

9 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago