Narasi

Agama dan Kesadaran hidup berbangsa

Secara fitri agama adalah kebutuhan manusia, disadari atau tidak disadari. Tetapi bagaimana manusia mengekpressikan agama dalam kehidupan individu atau sosial-politiknya pasti berbeda-beda karena perbedaan kapasitas psikologisnya. Manusia sebagai makhluk psikologis memiliki akal, hati, hati nurani, syahwat dan hawa nafsu. Nah peran apa yang paling dominan dalam diri setiap orang: akalnya, hatinya, hati nuraninya, syahwatnya atau hawa nafsunya  disitu kualitas keberagamaannya akan nampak.

  • Jika akal yang dominan maka ia selalu berfikir logis, bertindak logis, dan pusing menghadapi hal-hal yang tidak logis.
  • Jika hati yang dominan maka ia tenang dalam menghadapi keadaan karena ia bisa memahami apapun yang terjadi bahkan bisa memaklumi hal-hal yang tidak logis.
  • Jika syahwat yang dominan, maka ia lebih suka hal-hal yang menyenangkan yang membuat hidup selalu bersemangat,
  • Jika hawa nafsu yang dominan maka ia cenderung kepada hal-hal yang rendah, yang penting enak, sekarang dan tak peduli akibat, bagi dirinya maupun bagi orang lain.
  • Jika hati nuraninya yang dominan maka ia selalu mengutamakan yang benar, yang mulia, yang membawa manfaat bagi orang banyak meski untuk itu ia harus berkorban, juga tidak mau kompromi dengan kebohongan, karena nurani adalah titik cahaya ketuhanan didalam jiwa manusia.

Peran Ilmu dan agama

      Secara sederhana dapat5 digambarkan bagaimana peran ilmu dan agama dalam kehidupan manusia:

  • Ilmu mempercepat anda sampai ke tujuan, Agama menentukan arah yang dituju
  • Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya, Agama menyesuaikan dengan jati dirinya
  • Ilmu merupakan hiasan lahir, sedang Agama adalah hiasan batin
  • Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan, Agama member harapan dan dorongan bagi jiwa
  • Ilmu menjawab pertanyaan yang domulai dengan “bagaimana”?, sedangkan agama menjawab pewrtanyan yang dimulai dengan “mengapa”
  • Ilmu tidak jarang mengeruhkan pikiran pemilikinya, sedang Agama selalu menenangkan jiwa pemelukny yang tulus.

Agama dan Pemeluknya

Agama itu indah, tetapi penganut agama tidak menjamin keindahan, karena  perilaku  pemeluk agama belum tentu mencerminkan keluhuran agama yang dianut. . Keindahan agama sering tertutup oleh perilaku buruk pemeluknya.

Bagaimana konsep diri pemeluk agama dalam kontek hubungan dengan Tuhan menentukan kualitas perilaku keberagamaannya. “Perasaan siapa saya di mata Tuhan” sangat menentukan kualitas perilaku keberagaamaan pemeluk agama. Sekurang-kurangnya ada lima model hubungan manusia dengan Tuhannya.

  1. Model hubungan budak dengan tuannya. Budak selalu taku kepada tannya karena jika salah langsung dihukum. Model kewberagamaan sepertinya, pemeluk agama memandang Tuhan segai yang Maha Galak, yang suka menghukum yang berdosa. Maka ekpressi model ini orangnya tidak mampu berfikir besar apalagi berkarya besar, karena yang difikir hanya yang penting selamat dari hukuman. Jika suatu saat menagkap maling sandal di masjid misalnya, ia bisa memukulinya dengan keras, karena menganggap Tuhan menghendaki seperti itu
  2. Model Kuli dengan majikan. Psikologi kuli sederhana, hanya berfikir  mingguan. Orang beragama model seperti ini suka berdoa instan. Jika doanya tak dikabulkan maka ia langsung malas beribadat.
  3. Model hubungan pedagang dan pembeli. Model seperti ini kepada Tuhanpun berfikir transaksional. Jika waktu tertentu dijanjikan pahalnya besar maka ia sangat rajin mengejar pahala itu dengan amalan ibadah. Diluar itu ia malas-malasan.
  4. Model orang yang berhutang budi dan orang yang berjasa. Psikologi model seperti ini ia merasa tak sanggup membalas budi, maka ia tak puas-puasnaya beribadah kepada Tuhan. Ia merasa amalnya tak sebanding dengan anugerah Tuhan yang telah ia terima.
  5. Model hubungan orang yang cinta dan kekasihnya. Orang yang sedang dimabuk cinta, selalu mengingat dan menyebut dia yang dikasihi, tahan ngobrol lama, lebih suka berdua dengan dia disbanding dengan yang lain, inginnya member dan lebih suka mengikuti kemauan dia disbanding kemauan diri sendiri..Begitupun konteknya dengan Tuhan. Keberagamaan seperti ini yang melahirkan kemuliaan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Bangsa yang Nasionalis Religius Indonesia termasuk bangsa yang memiliki corak nasionalis religious dimana cinta tanah air dimasukkan dalam wilayah iman, hubbul wathon minal iman. Sejarah perjuangan bangsa telah mengantar Indonesia menjadi mayortitas muslim terbesar di dunia. Bahkan Panca Sila sesungguhnya sangat tinggi nilai keperadabannya dimana bandingannya hanya Piagam Madinah yang dulu di susun oleh Nabi Muhammad. Nama Madinah al Munawwaroh bukan sekedar nama baru kota Yatsrib, tetapi merupakan konsep budaya. Arti Madinah al munawwaroh adalah, bangsa yang penduduknya berbudaya tinggi dan budayanya disinari oleh wahyu. 

Di Indonesia Dekrit 5 Juli oleh Bung Karno menyebutkan bahwa Piagam Jakarta (yang Islamis) menjiwai seluruh batang tubuh UUD 45. Jika ada orang menuntut NKRI bersyariah, sesunguhnya sekarang NKRI sudah bersyariah, maka di NKRI ada bank syariah, asuransi syariah, akad nikah bersyariah dan sebagainya. Yang dibutuhkan sekarang adalah kecerdasan bagaimana membumikan nilai-nilai Islam dalam budaya bangsa.

This post was last modified on 15 Desember 2020 2:27 PM

Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA

Recent Posts

Menyikapi Isu Islam Politik vs Nasionalisme Jelang Reuni 212

Hari ini, 2 Desember, masyarakat Indonesia menyaksikan kembali perbincangan yang kian mengemuka mengenai ‘Islam politik’…

19 jam ago

Menjual Khilafah di Tengah Banjir: Menggugat Nalar Kaum Fatalis dalam Memandang Bencana

Tragedi air bah yang mengguyur sebagian wilayah Sumatera—mulai dari Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat—tidak…

19 jam ago

Tafsir Ayat-Ayat Ekologi; Membangun Kesalehan Lingkungan Berbasis Alquran

Alquran tidak hanya membahas relasi antara manusia dsn Sang Khaliq. Lebih dari itu, Alquran juga…

19 jam ago

Kampanye Khilafah di Momen Bencana; Dari Krisis Ekologis ke Krisis Ideologis

Di tengah momen duka bangsa akibat bencana alam di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat,…

2 hari ago

Menjadi Khalifah di Muka Bumi: Melindungi Alam dari Penjahat Lingkungan, Menjaga Kehidupan Umat dari Propaganda Radikal

Menjadi khalifah di muka bumi adalah mandat moral dan spiritual yang diberikan Allah kepada manusia.…

2 hari ago

Kampanye Ekologi dan Bencana Ekstremisme: Perlukah Diserukan Tokoh Lintas Agama?

Di tengah krisis lingkungan global dan meningkatnya gelombang ekstremisme, masyarakat dunia menghadapi dua ancaman berbeda…

2 hari ago