Categories: Narasi

Agama yang Menyatukan

Agama adalah seperangkat kepercayaan kepada Tuhan sebagai penguasa dunia beserta isinya. Kepercayaan tersebut ‘sepaket’ dengan ibadah dan tuntunan menjalani hidup dengan baik. Namun sayangnya, masih banyak diantara kita yang belum dapat memahami hakikat utama dari agama, yakni kebaikan. Maka tidak heran jika kemudian kita masih saja menjumpai orang-orang yang merasa menjalankan perintah agama namun dengan cara-cara yang menyakiti sesama. Terorisme dan radikalisme merupakan contoh tentang agama yang hanya diartikan sebagai legitimasi untuk peperangan dan permusuhan.

Perbedaan agama kerap digunakan sebagai alasan utama terhadap pembantaian dan pemusnahan yang seolah tidak penah ada akhirnya. Para teroris dan radikalis-ekstrimis percaya bahwa menghabisi orang lain yang berbeda agama adalah bagian dari usaha untuk menegakan agama serta amar ma’ruf nahi munkar. Padahal Alquran telah menegaskan bahwasanya tidak ada paksaan dalam beragama. Islam sangat menentang segala bentuk kekerasan, karena kekerasan tidak dapat menghasilkan kebahagiaan. Sementara Islam adalah agama yang diturunkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam QS: Al Anbiya: 107.

Islam adalah agama yang penuh dengan cinta kasih, ramah, tidak marah; damai tidak bertikai. Hal ini mempertegas semangat utama agama, yakni menciptakan kedamaian dan kerukunan di atas seluruh perbedaan yang ada. Konflik antar agama bermula dari ketidakharmonisan yang dilandasi oleh dorongan untung menganggap kepercayaan lain sebagai obyek untuk disalahkan dan direndahkan.

Sebagaimana firman Allah SWT “Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik setiap pekerjaan mereka. Kemudian kepada Rabb (Tuhan) mereka kembalinya mereka, lalu Ia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan” Qs. Al-an’am: 108

Ayat di atas, beserta seabrek contoh hidup yang ditunjukkan oleh rasullullah semasa beliau masih hidup, merupakan bukti tidak terbantahkan betapa Islam menjunjung tinggi toleransi, perdamaian, dan cinta kasih di tengah kemajemukan yang ada. Sikap ini tentu akan menciptakan persatuan dan kerukunan yang akan menghasilkan sebuah perdamaian. Sementara kekerasan dan dorongan untuk menyalah-nyalahkan hanya akan menyeret kita pada kehancuran.

Ana Mardiana

Mahasiswa program studi hukum muamalat, Fakultas Syariah, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Recent Posts

Pilkada dan Urgensi Politik Santun untuk Mencegah Perpecahan

Pilkada serentak 2024 yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 merupakan momentum penting bagi masyarakat…

2 jam ago

Pilkada Damai Dimulai dari Ruang Publik yang Toleran

Dalam menghadapi Pilkada serentak, bangsa Indonesia kembali dihadapkan pada tantangan untuk menciptakan atmosfer damai yang…

2 jam ago

Tiga Peran Guru Mencegah Intoleran

Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Peringatan ini sangat penting lantaran guru merupakan…

2 jam ago

Guru Hebat, Indonesia Kuat: Memperkokoh Ketahanan Ideologi dari Dunia Pendidikan

Hari Guru Nasional adalah momen yang tepat untuk merenungkan peran penting guru sebagai motor penggerak…

2 jam ago

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

3 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

3 hari ago