Categories: Keagamaan

Amanah Sebagai Basis Nilai

Secara bahasa, amanah berasal dari kata amina-ya’manu-amanatan yang berarti jujur, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. Bahkan kata amanah punya akar kata yang sama dengan kata iman dan aman. Dari tinjauan sintaksis ini dapat diperoleh makna, orang mu’min adalah orang yang beriman dan mampu menjalankan amanah atau bertanggung jawab terhadap amanahnya serta dapat memberikan atau mendatangkan rasa aman.

Sebaliknya, bila orang tidak menjalankan amanah berarti tidak beriman dan tidak akan memberikan atau mendatangkan rasa aman baik untuk dirinya sendiri maupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Karena itu, Rasul Saw., pernah bersabda:

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak mempunyai sifat amanah, tidak ada shalat bagi orang yang tidak bersuci, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak mengerjakan shalat. Sesungguhnya kedudukan shalat dalam agama itu seperti kedudukan kepala pada badan.” (H.R. ath-Thabrani).

Adapun secara istilah, terdapat banyak pendapat mengenai pengertian amanah. Di antaranya adalah menurut al-Maraghi dalam tafsrinya, “Amanah berarti sesuatu yang harus dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya.” Jadi, amanah merupakan kewajiban mukallaf yang berkaitan dengan hak orang lain untuk menunaikannya, karena menyampaikan amanah kepada orang yang berhak memilikinya adalah suatu kewajiban.

Setidaknya, menurut al-Maraghi, ada tiga macam amanah. Pertama, amanah manusia terhadap Allah Swt., yakni memelihara semua ketetapan-Nya dengan melaksanakan seemua perintah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Termasuk di dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal yang bermanfaat seta mengakui bahwa semua itu berasal dari Allah, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.

Kedua, amanah manusia terhadap orang lain. Misalnya mengembaliikan titipan kepada yang mempunyainya, tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan lain sebagainya. Dan, yang juga termasuk dalam kategori amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap rakyatnya, ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk pada mereka untuk memiliki i’tikad yang benar, seorang suami bersikap amanah terhadap keluarganya, seorang isteri bersikap amanah pada suaminya dan lain sebagainya.

Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw.: “Setiap kalian adalah pemimpin [orang yang punya amanah], dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari kiamat. Seorang pemimpin pemerintahan adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai anggota keluarganya.seorang isteri adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang rumah tangga suami serta anak-anaknya. Dan seorang pembantu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai harta benda majikannya. Ingatlah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari kiamat.” (H.R. Bukhari da Muslim).

Ketiga, amanah manusia terhadap dirinya sendiri. Manusia mestinya berbuat sesuatu yang terbaik dan bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia. Ia tidak pernah melakukan yang dapat membahayakan dirinya baik di dunia maupun di akhirat.

Amanah erat kaitannya dengan kejujuran, tanggung jawab dan kepercayaan. Dalam kehidupan bermasyarakat tanggung jawab atau amanah adalah modal yang paling penting. Dengan kejujuran dan tanggung jawab, manusia bisa menjadi bernilai. Orang yang jujur dan bertanggung jawab akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Sebaliknya, orang yang tidak bertanggung jawab, ia tidak akan dipercaya dan hanya akan mendatangkan kerugian baik bagi dirinya maupun orang-orang yang ada di sekitarnya.

Sebelumnya  Sesudahnya

This post was last modified on 9 September 2015 12:03 PM

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Membentuk Gen Z yang Tidak Hanya Cerdas dan Kritis, Tetapi Juga Cinta Perdamaian

Fenomena beberapa bulan terakhir menunjukkan betapa Gen Z memiliki energi sosial yang luar biasa. Di…

8 jam ago

Dilema Aktivisme Gen-Z; Antara Empati Ketidakadilan dan Narasi Kekerasan

Aksi demonstrasi yang terjadi di Indonesia di akhir Agustus lalu menginspirasi lahirnya gerakan serupa di…

8 jam ago

Menyelamatkan Gerakan Sosial Gen Z dari Eksploitasi Kaum Radikal

Gen Z, yang dikenal sebagai generasi digital native, kini menjadi sorotan dunia. Bukan hanya karena…

8 jam ago

Mengapa Tidak Ada Trias Politica pada Zaman Nabi?

Di tengah perdebatan tentang sistem pemerintahan yang ideal, seringkali pandangan kita tertuju pada model-model masa…

3 hari ago

Kejawen dan Demokrasi Substantif

Dalam kebudayaan Jawa, demokrasi sebagai substansi sebenarnya sudah dikenal sejak lama, bahkan sebelum istilah “demokrasi”…

3 hari ago

Rekonsiliasi dan Konsolidasi Pasca Demo; Mengeliminasi Penumpang Gelap Demokrasi

Apa yang tersisa pasca demonstrasi berujung kerusuhan di penghujung Agustus lalu? Tidak lain adalah kerugian…

3 hari ago