Narasi

Atasi Gejolak di Dunia Maya dengan Cakap Bermedia Sosial

Dalam internet istilah jejaring sosial atau sering disebut media sosial merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Bahkan saking dekatnya, ia telah menjadi life style (gaya hidup) dan pandangan hidup kita (point of view), tanpa disadari. Kalau tak percaya, lihat saja pada diri kamu sendiri, bagaimana rasanya satu hari atau seminggu tanpa mengakses medsos atau dunia maya. Galau kan? Kalau iya, berarti media sosial sudah menjadi gaya hidupmu.

Lalu, kita sering update status, upload foto dan sebagainya demi menuai jempol yang banyak dan komen-komen yang kita inginkan di sosmed, ini merupakan gangguan psikologis. Hal ini juga berlaku saat kita sering membaca dan melakukan ujaran kebencian serta mengonsumsi informasi yang cenderung memicu perselisihan. Dan lagi-lagi, tanpa kita sadari hal seperti ini bisa membentuk mindset kita, yang berakibat pada pembentukan karakter. Sebenarnya masih banyak lagi contoh-contoh yang benar-benar nyata terjadi. Alangkah riskan bukan?

Emha Ainun Najib (Cak Nun) salah seorang budayawan pernah menyatakan dalam pengajiannya, media sosial itu dapat membuat orang menjadi pengecut dan lari dari tanggung jawab. Bagaimana tidak, di sana orang bebas berbicara dan bereksperesi tanpa harus memikirkan tanggung jawabnya. Kadang orang terlihat cerewet di media sosial, padahal di kehidupan sungguhan pendiam.

Di situ Cak Nun mencoba memaparkan, bila medsos atau dunia maya cenderung membentuk mental yang kerdil. Mengkontruk orang untuk bebas, tapi terlalu bebas. Alhasil, lupa dari tanggung jawab dan budaya etika yang berlaku di dunia nyata. Sehingga yang sebenarnya pendiam di dunia nyata, justru yang paling cerewet di medsos atau dunia maya.

Cakap Bermedia

Dibalik dampak-dampak negatif yang dilatarbelakangi medsos, tak sedikit pula ruang-ruang positif yang bisa dinikmati oleh netizen dan pengguna media sosial. Mulai dari membangun komunikasi dengan keluarga atau teman yang jauh, masuk pada komunitas online yang kita gemari di dunia maya, tempat mencari hiburan, menjalin relasi untuk kepentingan bisnis, ruang untuk mencari wawasan baru dan ilmu baru ataupun yang lainnya. Memang kedewasaan pengguna, sangat berpengaruh pada bijaknya penggunaan medsos.

Sampai di sini, etika bersosial media mutlak diperlukan. Apalagi pengguna medsos tidak hanya orang-orang dewasa saja, melainkan remaja dan anak-anak yang masih sangat butuh pendampingan. Menurut penulis hampir tak ada bedanya etika di dunia nyata mapun di dunia nyata. Etika yang berlaku di dunia nyata harusnya pun berlaku di dunia maya. Semisal kalau di kehidupan sehari-hari kita tidak boleh menghina, mencari kesalahan orang, memfitnah dan sebagainya, berarti itu pula berlaku di dunia maya.

Maka, setelah memahami etika bersosial media, hendaknya para pengguna medsos juga cakap dalam bermedia sosial. Artinya, selain beretika pengguna medsos tetap harus mengerti situasi kondisi dan berhati-hati dalam bermedia sosial. Sebab, sama halnya kehidupan nyata, di dunia maya juga rentan terjadi tindak kejahatan dan tindakakan tak patut yang merugikan orang lain.

Berikut akan penulis rangkumkan tips-tips agar aman bermedsos dari Kemkominfo: Yang pertama, usahakan jangan samapai memasang nama dan profile lengkap di sosmed. Karena ini bisa dijadikan celah tindak kejahatan.

Kedua, tidak sembarang memasang foto dan video pribadi di medsos. Ini seperti yang pertama tadi. Dunia maya rentan terhadap kejahatan.

Ketiga, berhati-hati dalam mengekspresikan perasaan, karena bisa saja orang tidak nyaman atau risi atas hal demikian. Bisa saja postingan Anda termasuk jenis dalam ujaran kebencian. Jadi berhati-hatilah dalam mengekspresikan perasaan.

Keempat, mengecek kebenaran yang diterima lewat internet. Jangan mudah men-share berita tanpa klarifikasi atau tabayun dulu. Bisa saja berita itu hoax, tidak valid atau bahkan mengandung provokasi perselisihan.

Kelima, jangan mengklik link atau konten yang tidak jelas. Mungkin sekali itu berisi malware, spam, trojan atau phising. Ini sangat berbahaya. Karena malware, spam, trojan atau phising merupakan jebakan Hacker.

Dan yang terakhir, jangan mengakses konten atau situs-situs terlarang, seperti  situs  pornografi. Karena jika itu terjadi, data kamu akan tersimpan di server sebagai pengakses situs tadi. Ini disebut BIG DATA.

Ahmad Solkan

penulis saat ini sedang kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Aktif di LPM Paradigma UIN Sunan Kalijaga.

Recent Posts

Disintegritas Khilafah dan Inkonsistensi Politik Kaum Kanan

Pencabutan izin terhadap Hizbut Tahrir Indonesia dan Front Pembela Islam ternyata tidak serta merta meredam propaganda khilafah dan wacana…

2 jam ago

Kritik Kebudayaan di Tengah Pluralisasi dan Multikulturalisasi yang Murah Meriah

Filsafat adalah sebuah disiplin ilmu yang konon mampu menciptakan pribadi-pribadi yang terkesan “songong.” Tempatkan, seumpamanya,…

5 jam ago

Spirit Kenaikan Isa Al Masih dalam Menyinari Umat dengan Cinta-Kasih dan Perdamaian

Pada Kamis 9 Mei 2024, diperingati hari Kenaikan Isa Al Masih. Yakni momentum suci di…

5 jam ago

Pembubaran Doa Rosario: Etika Sosial atau Egoisme Beragama?

Sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) yang sedang berdoa Rosario dibubarkan paksa oleh massa yang diduga diprovokasi…

1 hari ago

Pasang Surut Relasi Komitmen Kebangsaan dan Keagamaan

Perdebatan mengenai relasi antara komitmen kebangsaan dan keagamaan telah menjadi inti perdebatan yang berkelanjutan dalam…

1 hari ago

Cyberterrorism: Menelisik Eksistensi dan Gerilya Kaum Radikal di Dunia Daring

Identitas Buku Penulis               : Marsekal Muda TNI (Purn.) Prof. Asep Adang Supriadi Judul Buku        :…

1 hari ago