Narasi

Bahaya Baru Ultra-Konservatisme Remaja; Dari Neo-Nazi ke Supremasi Kulit Putih

Akhir pekan yang tenang tiba-tiba dikejutkan oleh berita yang membuat siapa saja tercengang. Seorang siswa sekolah menengah atas negeri 72 Jakarta, meledakkan bom molotov di tengah kerumunan siswa dan guru yang tengah melaksanakan sholat Jum’at. Setidaknya 50 orang terluka dalam peristiwa memilukan itu.

Tidak berapa lama, video rekaman kejadian viral di kanal maya. Spekulasi pun berhembus. Apakah ini terorisme? Jika iya, apa ideologi yang melatari aksi teror itu? Dari senjata air soft yang ditemukan di tempat kejadian perkara, netizen bisa menerka apa motif dan ideologi di balik aksi teror tersebut.

Dalam foto yang beredar, di senjata air soft itu terdapat banyak tulisan yang mengandung makna tersembunyi. Antara lain, pertama tulisan natural selection yang diambil dari teori Charles Darwin tentang seleksi alam. Teori ini kerap dikutip oleh kelompok ekstrem kanan untuk membenarkan tindakan kekerasan atau pembunuhan. Mereka beranggapan kekerasan terhadap minoritas adalah bagian dari seleksi alam. Siapa yang kuat, dia yang akan bertahan.

Kedua, terdapat nama Brenton Tarrant yang notabene adalah pelaku penembakan massal di masjid di New Zealand beberapa tahun lalu. Ketiga, ada nama Luca Traini yang merupakan anggota Neo-Nazi asal Italia dan pelaku tragedi penembakan di Macerata, Italia yang menyasar kelompok imigran.

Keempat, terdapat kalimat For Agatha yang merujuk pada slogan supremasi kulit putih. Kelima, ada tulisan 14 words yang merujuk pada empat belas slogan teroris lokal Amerika Serikat, David Eden Lane. Keenam, ada nama Alexander Bisonate yang merupakan pelaku penembakan massal di masjid Kanada 2017. Terakhir, ada tulisan “1189” yang merujuk pada tahun pengepungan kota Akre oleh tentara Kristen dalam Perang Salib.

Memang sampai saat ini belum ada keterangan resmi dari aparat keamanan tentang siapa pelaku serangan dan apa motif yang malatarinya. Namun, dari simbol-simbol yang ditemukan di tempat kejadian perkara, besar kemungkinan ini adalah peristiwa terorisme. Terorisme dalam artian yang luas, yakni kejahatan yang dilatari oleh motif ideologi politik atau keagamaan. Artinya, ini bukan jenis kejahatan biasa apalagi kenakalan remaja.

Jika diamati dari simbol-simbol yang tertulis di senjata air soft yang ditemukan di TKP, ada kemungkinan aksi ini dikategorikan oleh ideologi neo-Nazi dan supremasi kulit putih . Neo Nazi adalah gerakan yang mengadaptasi doktrin Partai Nazi Jerman yang bertumpu pada rasisme, nasionalisme sempit dan pemujaan berlebihan pada ras Arya (kulit putih Eropa). Doktrin Neo Nazi mengajarkan kebencian pada kelompok minoritas, imigran, dan kelompok non kulit putih Eropa. Neo Nazi berkembang tidak hanya di Eropa namun juga Amerika dan wilayah lain.

Doktrin Neo Nazi berkembang pesat di kalangan anak muda Eropa dan Amerika di tengah derasnya arus imigran dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia . Imigran dianggap sebagai benalu yang merusak tatanan sosial politik komunitas Barat sekaligus menghadirkan ancaman bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat Eropa. Maka, doktrin Neo Nazi yang mengobarkan sentimen anti imigran lalu keras di kalangan anak muda di Barat.

Bahaya Baru Radikalisme Remaja

Hampir sama dengan Neo Nazi, doktrin supremasi kulit putih meyakini bahwa golongan rss kulit putih adalah kelas tertinggi dalam hirarki manusia. Ras kulit putih adalah kelompok paling unggul dan harus mendominasi ras atau etnis lain. Supremasi kulit putih telah menjadi ideologi dan gerakan yang menyuburkan praktik rasisme, anti-imigran, xenofobia, islamofobia, dan perilaku diskriminatif lainnya.

Bahkan, Ideologi white supremacy juga kerap dijadikan alat pembenaran atas tindakan teror dan kekerasan yang menyasar kalangan minoritas seperti komunitas Tionghoa atau kelompok muslim.

Ideologi supremasi kulit putih kian mendapat angin segar ketika politik berhaluan konservatif kanan belakangan menjadi populer dan memenangkan kontestasi pemilu di sejumlah negara Barat. Konservatisme kanan dan ideologi supremasi kulit putih menjadi penyebab maraknya tindakan kekerasan terhadap minoritas.

Peristiwa penyerangan di SMAN 72 Jakarta tentu menghentak alam bawah sadar kita. Selama ini, kita sibuk mengurusi radikalisme yang dilatari oleh ideologi agama. Kita menepuk dada ketika organisasi keagamaan ekstrem satu per satu guling tikar. Entah karena dibubarkan oleh pemerintah atau membubarkan diri. Kita juga euforia ketika berhasil mempertahankan status zero attack terrorism selama dua tahun terkahir.

Tanpa kita sadari bahwa radikalisme itu bermacam-macam bentuk dan polanya. Radikalisme tidak melulu soal agama (Islam). Radikalisme juga bisa mewujud pada ideologi neo-Nazi atau ideologi supremasi kulit putih. Meski berbeda secara nama, namun hakikatnya tetap sama. Yakni sama-sama menebar kebencian terhadap kelompok yang berbeda dan diklaim sebagai musuh.

Neo Nazi memobilisasi kebencian terhadap etnis atau ras minoritas. Sedangkan supremasi kulit putih menanamkan sikap arogansi dan klaim superioritas tunggal. Peristiwa penyerangan di SMAN 72 Jakarta sekaligus menjadi bukti bahwa radikalisasi remaja dan anak muda berkembang sedemikian pesat.

Radikalisasi daring tidak hanya melulu soal ISIS, Al Qaeda, dan sejenisnya. Di semesta daring yang bebas dan tidak terbatas, anak muda dan remaja bisa mengakses apa saja, termasuk materi propaganda Neo Nazi dan white supremacy. Ini adalah alarm warning bagi kita semua. Sebuah peringatan bahwa bahaya baru telah tampak. Bahaya kekerasan dan ekstremisme yang dibungkus ke dalam jargon-jargon Neo Nazi atau white supremacy.

Nurrochman

Recent Posts

Bullying Sebagai Akar Radikalisme; Bagaimana Kekerasan Psikologis Menyuburkan Ideologi Ekstremisme?

Individu atau kelompok yang menjadi korban penindasan di masa lalu memiliki kemungkinan kuat untuk menjadi…

17 jam ago

Dari Gen Pahlawan ke Gen Perdamaian

Kita harus menyadari sepenuh hati bahwa bangsa Indonesia ini takkan pernah berdiri tegak jika para…

19 jam ago

Konflik Sudan; Pelajaran Penting agar Indonesia Tidak Terjebak Perang Saudara

Konflik yang kembali membara adalah salah satu tragedi kemanusiaan paling memilukan di abad ke-21. Negeri…

4 hari ago

Tragedi Sudan; Waspada Aktor Non-Negara Sebagai Agen Mikroterorisme

Sudan menjadi kuburan massal bagi warganegaranya sendiri. Sekitar 2000 warga sipil Sudan terbunuh dalam perang…

4 hari ago

Sapa Sira, Sapa Ingsun dan Sebentuk Tawaran Universalitas ala Jawa

Dhalang puniku Ingsun Tanpa cempala yaga lan ringgit Tanpa kothak keprak sindhen puniku Tanpa kelir…

4 hari ago

Stop Jihad Impor; Jangan Biarkan Nasionalisme Dicuri Propaganda

Sudah kita sepakati bahwa Pancasila adalah satu-satunya ideologi pemersatu bangsa Indonesia. Oleh karenanya kita harus…

5 hari ago