Categories: Kebangsaan

Tradisi Berjanjen: Menjaga NKRI Dengan Jaringan Sosial

Berjanjen, demikian leluhur kami di Jawa Timur biasa menyebutnya. kata ini digunakan untuk menyebut sebuah aktifitas membaca buku/kitab barzanji secara bersama-bersama. Kitab barzanji ternyata tidak hanya dibaca di Jawa saja, melainkan hampir di seluruh wilayah nusantara. Kegiatan berjanjen dapat dengan mudah ditemui di Singapura, Malaysia, Thailand bahkan sampai Bangladesh.

Berjanjen dapat juga dianggap sebagai sebuah perayaan keagamaan, dimana komunitas Islam berkumpul dan bersuka ria melantunkan syair-syair cinta. Nyaris tidak ada perasaan lain dalam tradisi ini selain bergembira dan luapan cinta bagi Rasulullah. Syair-syair yang ditulis dalam bahasa Arab ini dibaca dan dilagukan sesuai dengan langgam lokal masyarakat nusantara.

Bahkan pada bait-bait mahalul qiyam –dimana semua orang berdiri– syair-syair itu tidak jarang dinyanyikan dengan nada-nada yang mirip lagu-lagu pop. Dalam berjanjen masyarakat merasakan dan meluapkan kegembiraan dengan menghantarkan sanjungan dan puja-puji kepada sang nabi junjungan tertinggi.

Kegembiraan, kebersamaan, cinta kasih dan puji-pujian inilah yang kemudian menjadi jejaring sosial yang menguatkan ikatan masyarakat agar tetap bersama dan –ini yang penting—tetap bahagia. Ikatan kuat dalam masyarakat yang dilandasi oleh kegembiraan, kebersamaan dan cinta kasih merupakan elemen penting yang dapat menjadi benteng NKRI dari segala mara bahaya.

Munculnya isu terorisme, saling curiga, dan konflik sesama muslim yang terjadi belakangan ini salah satunya disebabkan karena kurangnya silaturahmi dan kegembiraan serta keringnya komunikasi antar sesama anggota warga.

Melalui forum berjanjen masyarakat bisa mengenal lebih dekat tetangganya, mereka bisa saling bertanya dan berbagi informasi jika ada warga baru atau aktifitas yang tidak lazim terjadi. Lebih dari sekedar silaturahmi, berjanjen juga membawa kegembiraan. Silaturahmi, ritual agama, dan kegembiraan adalah paduan tiga komponen yang sempurna sebagai jejaring sosial.

Dengan lebih mengenali dan mengasihi tetangganya, setiap anggota masyarakat memiliki dorongan untuk turut menjaga lingkungan tinggalnya agar tetap aman dan nyaman, jauh dari segala macam hasutan dan ajakan permusuhan. Berjanjen juga menunjukkan bahwa kegiatan keagamaan sejatinya penuh dengan kegembiraan, karena dalam tradisi ini seluruh elemen masyarakat diajak untuk meluapkan cinta dan puji sukur.

Karenanya penghayatan dan ekspresi keagamaan yang kerap kali mempertontonkan kekerasan dan permusuhan sama sekali tidak memiliki dasar. Sebab core utama dari agama adalah cinta, yang memuat kegembiraan dan puji sukur atas segala nikmat yang tuhan berikan.

Salah satu kenikmatan tuhan yang patut disukuri adalah nikmat kemerdekaan yang diraih bangsa ini. Karena dalam suasana kemerdekaan ini kita bisa mengenal dan menjalankan agama secara lebih baik. Sorak sorai kegembiraan yang kerap pecah dalam suasana berjanjen adalah sedikit dari sekian banyak kenikmatan beragama sekaligus bernegara yang disajikan oleh bangsa.

Kita tentu tidak ingin menodai nikmat kemerdekaan ini dengan upaya-upaya kontraproduktif yang meminggirkan perdamaian dan cinta kasih. Maka, belajar dari semangat dan kontribusi tradisi berjanjen, kemerdekaan ini harus tetap dijaga dengan memperkuat jaringan sosial yang lebih mengedepankan cinta, kegembiraan, dan rasa sukur di atas hasutan permusuhan yang justru bisa membuat bangsa ini hancur .

This post was last modified on 12 Agustus 2015 12:15 PM

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Apakah Ada Hadis yang Menyuruh Umat Muslim “Bunuh Diri”?

Jawabannya ada. Tetapi saya akan berikan konteks terlebih dahulu. Saya tergelitik oleh sebuah perdebatan liar…

19 jam ago

Persekusi Non-Muslim: Cerminan Sikap Memusuhi Nabi

Belum kering ingatan kita tentang kejadian pembubaran dengan kekerasan terhadap retreat pelajar di Sukabumi, beberapa…

19 jam ago

Tabayun, Disinformasi, dan Konsep Bom Bunuh Diri sebagai Doktrin Mati Syahid

Dalam era digital yang serba cepat dan terbuka ini, arus informasi mengalir begitu deras, baik…

19 jam ago

Amaliyah Istisyhad dan Bom Bunuh Diri: Membedah Konsep dan Konteksnya

Kekerasan atas nama agama, khususnya dalam bentuk bom bunuh diri, telah menjadi momok global yang…

19 jam ago

Alarm dari Pemalang dan Penyakit Kronis “Kerukunan Simbolik”

Bentrokan yang pecah di Pemalang antara massa Rizieq Shihab (“FPI”) dan aliansi PWI LS lalu…

2 hari ago

Pembubaran Pengajaran Agama dan Doa di Padang: Salah Paham atau Paham yang Salah?

“hancurkan semua, hancurkan semua, hancurkan semua”. Begitulah suara menggelegar besautan antara satu dengan lainnya. Di…

2 hari ago