Categories: Narasi

Berkah Inspirasi

Inspirasi adalah bekal penting manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi. Para penemu teori penting seperti Albert Einstein dengan teori relatifitas-nya yang kemudian menjadi simbol fisika modern atau Thomas Alva Edison yang menemukan berbagai peralatan primer adalah orang-orang besar yang memiliki kecerdasan menerjemahkan sebuah inspirasi.

Untuk melihat bagaimana seseorang mengambil sebuah inspirasi, saya ingin mengajak pembaca mengingat seorang psikiater dan neurolog berdarah Yahudi bernama Viktor Emil Frankl. Frankl yang dikenal sebagai pendiri Logoterapi dan Analisis Eksistensial ini adalah korban selamat dari tragedi Holocaus. Pembaca tentu saja ingat bahwa Holocaus adalah pembunuhan rasial massal yang dilakukan Nazi terhadap orang Yahudi. Pada musim gugur 1943 Frankl dimasukkan ke kamp penyiksaan bersama kelurganya. Ia hidup dalam tekanan luar biasa. Frankl akhirnya selamat dari Holocaust meski hampir seluruh keluarga dekatnya tidak.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendapati manusia yang hidup dalam kondisi tertekan, namun tidak banyak manusia yang berhasil keluar dari tekanan dan hidup lebih baik. Inspirasi adalah salah satu hal yang menjadi pembeda satu orang dengan orang lainnya. Dalam kondisi yang serba sulit, bisa saja Frankl memilih bunuh diri karena merasa hidup tidak akan lama lagi. Tetapi Frankl berpikir lain, Ia berpikir bahwa jika dapat keluar dari kesulitan Holocaus, ia tentu akan banyak sanggup bercerita. Ia bahkan yakin betapa penting pengalamannya dibagikan kepada para mahasiswa yang nanti akan diajarnya.

Keyakinan ini membuat Frankl menjadi orang luar biasa yang tetap berenergi dan penuh semangat dalam menjalani masa-masa sulit di kamp Nazi. Kamp ini bagi sebagian besar orang menjadi neraka yang menyakitkan, tetapi tidak bagi Frankl. Kesulitan-kesulitan yang ia hadapi dengan cermat ia jadikan laiknya “laboratorium hidup”. Sikap Frankl ini kemudian berbuah hasil gemilang. Frankl keluar dari kamp Nazi dengan sebuah sintesa bahwa dalam kondisi absurd, menyiksa dan menghilangkan rasa kemanusiaan, kehidupan tetap bermakna. Sintesa ini kemudian menjadi embrio pemikiran psikiatri yang dikembangan Frankl.

Pertanyaan penting dari refleksi ini adalah bagaimanakah cara manusia mengambil inspirasi dari sebuah peristiwa. Franklin Covey, mengajarkan satu tips yang Ia sebut sebagai “carry your own weather”. Secara harfiah carry your own weather berarti ‘kuasai cuaca anda sendiri’. Covey menggambarkan bahwa cuaca yang mendung dan alam yang gelap akan membawa situasi mellow, bahkan tidak bersemangat.

Sebagian orang dewasa mengubah rencana dan mengurangi produktifitasnya karena cuaca. Berbeda halnya dengan kebanyakan anak-anak, mereka tetap ceria manakala langit gelap karena mendung, mereka bahkan tak segan untuk keluar rumah dan bermain air ketika akhirnya mendung pecah dan berubah menjadi hujan.

Lalu apa yang membedakan orang dewasa dan anak-anak dalam kasus yang dikisahkan Covey ini? Pembedanya tidak lain adalah kemampuan anak-anak untuk menguasai cuaca mereka sendiri. Mereka tetap bergembira bahkan dalam situasi yang ekstrim sekalipun. Gelapnya awan maupun lebatnya hujan tidak dapat merusak kegembiraan anak-anak karena mereka berhasil menguasai cuaca mereka sendiri.

Begitulah Frankl, Ia berhasi menguasai cuacanya sendiri. Kamp penyiksaan Nazi yang mencekam itu tidak membuatnya menjadi pria frustasi yang miskin harapan, Frankl justru berhasil membangun sebuah teori penting dalam situasi sulit itu. Inspirasi datang dari manapun dan kita pasti akan dapat mengenalinya jika kita mampu menguasa ‘cuaca kita sendiri’.

This post was last modified on 12 Mei 2015 7:04 PM

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

Recent Posts

Reinterpretasi Konsep Politik Kaum Radikal dalam Konteks Negara Bangsa

Doktrin politik kaum radikal secara umum dapat diringkas ke dalam tiga poin pokok. Yakni konsep…

6 jam ago

Islam dan Kebangsaan; Dua Entitas yang Tidak Bertentangan!

Sampai saat ini, Islam dan negara masih kerap kali dipertentangkan, khususnya oleh pengusung ideologi khilafah.…

6 jam ago

Melihat Sejarah Kemerdekaan Indonesia: Meremajakan Kembali Relasi Agama dan Negara

Sejarah kemerdekaan Indonesia adalah perjalanan panjang yang dipenuhi dengan perjuangan, keberanian, dan komitmen untuk membebaskan…

6 jam ago

Pentingnya Etika dan Karakter dalam Membentuk Manusia Terdidik

Pendidikan memang diakui sebagai senjata ampuh untuk merubah dunia. Namun, keberhasilan perubahan dunia tidak hanya…

2 hari ago

Refleksi Ayat Pendidikan dalam Menghapus Dosa Besar di Lingkungan Sekolah

Al-Qur’an adalah akar dari segala pendidikan bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an tak sekadar mendidik manusia…

2 hari ago

Intoleransi dan Polemik Normalisasi Label Kafir Lewat Mapel Agama di Sekolah

Kalau kita amati, berkembangbiaknya intoleransi di sekolah sejatinya tak lepas dari pola normalisasikafir…

2 hari ago