Narasi

Deradikalisasi Anak di Meja Makan

Hal yang paling membahagiakan dalam sebuah keluarga, adalah makan bersama di meja makan. Momentum kebersamaan yang semacam ini pada dasarnya adalah waktu yang tepat. Untuk membangun deradikalisasi anak utamanya di media sosial.

Momen bahagia ini, pada dasarnya tidak sekadar berkumpul makan bersama. Karena, kebersamaan di meja makan sejatinya melahirkan ruang keterbukaan satu-sama lain.

Sebab, hal lumrah yang terjadi di meja makan adalah saling berbagi cerita. Saling bersenda-tawa dan penuh dengan keceriaan. Dari situlah ada semacam peluang untuk menanamkan deradikalisasi anak.

Anak-anak tentu bisa terbuka dalam banyak hal. Seperti pada saat berada dalam situasi yang penuh kebahagiaan, layaknya di meja makan. Dari sini tentunya sangat mudah untuk menemukan titik kejujuran anak.

Deradikalisasi di meja makan bersifat (Pendekatan persuasif) terhadap anak. Untuk menemukan gejala-gejala radikal pada anak perlu adanya sentuhan emosional. Hal ini dapat kita bangun melalui meja makan.

Segala persoalan sering-kali dapat diselesaikan di meja makan. Misalnya, ketika seorang kepala keluarga layaknya (ayah) sedang ada masalah di tempat dia bekerja. Hal ini tentunya ada seorang istri (ibu) yang memberi nasihat. Di situlah titik penyelesaian dapat dilakukan.

Sebab, meja makan tidak sekadar sebuah tempat untuk makan. Ada nilai paradigmatis yang sebetulnya jarang kita pikirkan. Dalam contoh kasus, deradikalisasi ini bisa kita bangun dengan ruang keluarga yang semacam ini.

Seperti halnya, anak-anak akan jauh lebuh mudah menyampaikan apa yang dihadapi di sekolah, di lingkungan teman bermain dan lain sebagainya. Kondisi yang semacam ini tentu akan jauh lebih mudah mengajak anak untuk menceritakan segala hal yang ada di media sosial.

Radikalisasi di media sosial terhadap anak itu sangatlah transparan. Sebab, apa yang dikonsumsi anak di media sosial pada dasarnya akan terbentuk di dalam pikiran. Maka, segala yang berkaitan dengan pikiran, siapa-pun tidak bisa mengetahuinya kecuali bercerita secara jujur.

Maka, kesempatan untuk mengajak anak-anak bisa jujur dapat dibangun di meja makan. Kesempatan ini tentu akan sangat menguntungkan. Jika dimanfaatkan untuk menghilangkan pikiran, bayangan dan niat untuk melakukan tindakan radikal pada anak.

Makan bersama di meja makan adalah momentum yang tidak sekadar memberi kebahagiaan-keharmonisan dalam sebuah keluarga. Melainkan sebagai momentum untuk memperkuat anggota keluarga dari bencana radikalisasi di media sosial utamanya yang mengancam anak.

Dari sinilah pentingnya deradikalisasi anak di meja makan. Untuk ditumbuhkan dalam sebuah keluarga. Secara orientasi, dijadikan wadah terbentuknya deradikalisasi yang lebih persuasif dan menggunakan pendekatan emosional.

This post was last modified on 20 Januari 2023 2:47 PM

Amil Nur fatimah

Mahasiswa S1 Farmasi di STIKES Dr. Soebandhi Jember

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

12 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

12 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

12 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago