Keagamaan

Doktrin: Pilar Kokoh Keimanan?

Dalam Islam, doktrin adalah ajaran dasar yang bersumber dari Allah swt. dan Nabi Muhammad saw. Ia bersifat baku, mutlak, universal, dan tidak berubah. Inti doktrin Islam mencakup tiga pilar utama: Aqidah, Syariah, dan Akhlak.

Aqidah adalah keyakinan hati yang kokoh terhadap rukun iman, seperti keesaan Allah (Tauhid), malaikat, kitab, rasul, hari akhir, serta qada dan qadar. Penanaman Tauhid sejak usia dini sangat fundamental sebagai asas penerimaan ibadah dan penggerak utama. Iman meliputi ucapan lisan, pembenaran hati, dan pelaksanaan dengan anggota badan. Proses ini, terutama pada anak kecil, dimulai dengan hafalan, kemudian pemahaman, dan akhirnya menjadi keyakinan mendalam, sejalan dengan tahapan perkembangan kognitif anak.

Syariah adalah hukum-hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah) dan sesama manusia (muamalah). Ibadah mencakup segala ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diridai Allah, seperti salat, puasa, zakat, dan haji. Sementara itu, Akhlak adalah budi pekerti atau tingkah laku yang baik, manifestasi dari aqidah yang kuat dan ibadah yang benar. Ketiga aspek ini saling terkait, membentuk kerangka utuh bagi kehidupan seorang Muslim.

Laku Hidup: Manifestasi Iman dalam Realitas

Agama sebagai laku hidup adalah bagaimana nilai-nilai doktrinal terwujud dalam sikap, tindakan, dan kelakuan sehari-hari anak. Pembentukan ini terjadi secara organik melalui pengalaman hidup dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang sesuai dengan ajaran agama, semakin kuat pula laku hidup beragama anak tersebut.

Pembiasaan (habituation) berperan krusial. Ketika anak terbiasa melaksanakan ajaran Islam, praktik-praktik ini akan melekat dalam jiwa mereka. Orang tua adalah pendidik utama dan teladan pertama. Pola keagamaan orang tua, tindakan, dan perlakuan yang sesuai ajaran agama akan membentuk pengalaman hidup anak yang selaras dengan nilai-nilai religius. Hubungan emosional yang hangat antara anak dan orang tua juga mempermudah penerimaan dan peniruan kebiasaan baik.

Di luar keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat turut membentuk laku hidup beragama. Guru agama di sekolah dasar memiliki peran penting dalam membina sikap positif terhadap agama. Anak-anak cenderung meniru perilaku yang mereka lihat, menjadikan keteladanan orang dewasa sebagai modal positif. Pembentukan karakter yang baik berasal dari interaksi intens dengan lingkungan dan bimbingan orang tua yang memberikan contoh konkret.

Seni Menyeimbangkan: Pedagogi Holistik untuk Jiwa yang Utuh

Menyeimbangkan doktrin dan laku hidup adalah seni pedagogi yang membutuhkan pemahaman mendalam tentang perkembangan anak. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget menunjukkan bahwa anak-anak belajar secara aktif dan membangun pengetahuannya sendiri melalui tahapan sensorimotor hingga operasional formal. Ini berarti pembelajaran agama harus disesuaikan dengan kematangan usia anak, dimulai dengan hal-hal yang konkret, interaktif, dan berbasis pengalaman.

Sejalan dengan ini, teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg menggarisbawahi bahwa penalaran moral anak berkembang secara bertahap. Pada tahap prakonvensional, anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman atau mendapatkan hadiah. Ini memberikan landasan psikologis bagi perintah Nabi Muhammad saw. untuk memerintahkan salat pada usia tujuh tahun dan menegur pada usia sepuluh tahun. Pendidikan karakter Islam, yang bertujuan membentuk individu berakhlak mulia, selaras dengan pandangan Kohlberg mengenai pentingnya penanaman moral sejak dini melalui disiplin dan keteladanan. Kisah-kisah Nabi efektif menanamkan nilai-nilai moral universal seperti kejujuran, kesabaran, dan kasih sayang..

Menjawab Tantangan Zaman: Agama dalam Pusaran Sosial-Politik dan Digital

Pembentukan identitas keagamaan anak tidak terlepas dari dinamika sosial-politik dan era digital. Politik pendidikan, yaitu bagaimana kebijakan pemerintah memengaruhi arah pendidikan, termasuk pendidikan agama, memiliki dampak signifikan. Indonesia, sebagai “negara agamis” yang berlandaskan Pancasila, menjamin dan memfasilitasi kepentingan agama dalam sistem pendidikannya. Namun, interelasi antara agama dan negara ini juga berarti pendidikan agama harus mampu beradaptasi dengan tantangan kontemporer, seperti penyebaran pandangan ekstrem atau intoleran.

Era digital menghadirkan tantangan ganda: paparan informasi tanpa batas dan infiltrasi nilai-nilai budaya global yang mungkin bertentangan dengan prinsip Islam. Orang tua dan pendidik dituntut untuk menjadi “navigator digital,” membimbing anak dalam memanfaatkan teknologi secara bijak sambil tetap memberikan keteladanan dan pembiasaan nilai-nilai Islam. Ini memerlukan strategi adaptif yang memadukan metode tradisional dengan literasi digital, memastikan anak mampu menyaring informasi dan mempertahankan komitmen pada ajaran agama.

 

This post was last modified on 2 Agustus 2025 12:16 PM

Syukron

Recent Posts

Cara Islam Menyelesaikan Konflik: Bukan dengan Persekusi, tapi dengan Cara Tabayun dan Musyawarah

Konflik adalah bagian yang tak terelakkan dari kehidupan manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan, keyakinan, dan bahkan…

24 jam ago

Beragama dalam Ketakutan: Antara Narasi Kristenisasi dan Persekusi

Dua kasus ketegangan umat beragama baik yang terjadi di Rumah Doa di Padang Kota dan…

1 hari ago

Bukti Nabi Sangat Menjaga Nyawa Manusia!

Banyak yang berbicara tentang jihad dan syahid dengan semangat yang menggebu, seolah-olah Islam adalah agama…

1 hari ago

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

2 hari ago

Mengapa Ormas Radikal adalah Musuk Invisible Kebhinekaan?

Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…

2 hari ago

Dari Teologi Hakimiyah ke Doktrin Istisyhad; Membongkar Propaganda Kekerasan Kaum Radikal

Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…

2 hari ago