Narasi

Edukasi Anti Radikalisme Untuk Penikmat Dunia Maya

Beberapa hari ini saya mendapatkan banyak pesan melalui Medsos Whatsapp mengenai pemberitahuan daftar situs radikal di dunia maya. Pemberitahuan tersebut mengajak para pembaca untuk tidak mengklik dan membaca berita-berita yang ada dalam situs-situs tersebut. Sebagai gantinya, dalam pemberitahuan itu juga dituliskan sederet alamat situs yang dianggap moderat. Para pembaca diharapkan agar mengkonsumsi berita-berita dari situs moderat tersebut dan menghindari membuka situs-situs radikal.

Saya menyikapi secara positif ikhtiar yang telah dilakukan di atas, hanya saja ikhtiar itu tidak boleh hanya berhenti di situ saja, karena yang harus kita pahami adalah, bahwa dunia maya tidak selebar daun kelor. Ikhtiar yang dilakukan untuk memberitahukan situs berpaham radikal itu satu hal, namun penikmat dunia maya perlu terus menerus diedukasi literasi dunia maya, sehingga mereka benar-benar melek dan paham atas postingan yang beredar di dunia maya.  

Yang saya maksudkan dengan edukasi literasi media dunia maya adalah mendidik para penikmat dunia maya atau netizen supaya dapat mengakses dan menganalisis pesan media secara kritis dan bahkan nantinya memproduksi pesan di dunia maya tersebut dengan konten yang lebih moderat.

Lalu bagaimana caranya? di dunia maya para netizen dengan leluasa mengkopi-paste suatu tulisan dan memasukkannya di situs-situs yang dibuat. Sudah lazim diketahui juga bahwa pembuatan situs juga merupakan satu lahan subur untuk mendatangkan pundi-pundi kekayaan melalui fasilitas per klik, iklan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu wajar kiranya jika satu orang bisa memiliki puluhan alamat situs internet, bahkan mungkin saja ratusan. Bukan hanya berbasis wordpress atau blogspot, tetapi juga berbasis dotcom yang berisikan media berita hardnews. Dan ingat, ini banyak dilakukan oleh media-media berpaham radikal!

Oleh karena itu, jika kita mendapatkan postingan viral dari suatu situs, yang disosialisasikan melalui media sosial semisal FB, WA, BBM, dll., setelah kita membukanya maka setidaknya langkah pertama dengan mengkopi paste artikel tersebut ke google. Dari situ akan terlihat situs-situs apa saja yang mengkopi paste berita tersebut.

Setidaknya ini merupakan satu langkah kritis untuk mengenal dan mengetahui situs-situs yang menjadi afiliasi tersebut, meski tidak selalu situs yang mempaste itu merupakan satu afiliasi, minimal satu ide. Langkah kedua, bisa dilakukan dengan melihat laman situs tersebut lalu dikopi dan dipaste di www.alexa.com atau www.statscrop.com.

Dari sini kita bisa melihat rating situs, berapa pendapatannya dari iklan, berapa harga situs itu jikalau mau dijual, berapa jumlah visitor, dan afiliasi situs tersebut dengan situs lain yang serupa. Lalu apa gunanya setelah mengetahui hal-hal tersebut? Apakah kita bisa menghapusnya? Tentu kita tidak bisa menghapusnya. Setidaknya kita mendapat gambaran mengenai situs tersebut. Jika situs berisikan konten radikalisme, maka kita dapat memahami situs tersebut dan tidak berupaya mengklik situs tersebut, karena bila mengkliknya berarti kita turut serta menaikkan ratingnya. 

Kita tahu bahwa paham radikal di dunia maya sangat banyak, bahkan dominan dan militan. Lalu bagaimana caranya untuk menandinginya? Bagaimana menciptakan kultur yang berpaham Islam yang rahmatan lil alamin dan menjadi agen Islam moderat untuk bangsa Indonesia? Salah satu caranya, pertama dengan menduplikasi cara-cara yang telah dilakukan oleh kelompok Islam Radikal tersebut. Mari kita ciptakan situs-situs yang berisikan ajaran keagamaan yang berciri moderat, dan tidak membenci dan mengklaim diri sebagai yang paling benar dan yang lain salah.

Kedua, tidak cukup menciptakan saja, mari kita sosialisasikan dan marketing-kan gagasan-gagasan Islam moderat dengan cara rajin berjejaring di dunia media sosial, rajin mengkopi-paste link tema-tema moderat (tentu jika artikelnya yang dikopi-paste perlu dengan menyebutkan sumbernya) lalu memviralkannya di medsos. Ketiga, rajin dan istiqomah menulis tema-tema yang mengusung moderatisme dalam agama di situs.

Kata istiqomah ini merupakan satu kata kunci yang tidak banyak dimiliki oleh kelompok moderat, malah banyak dimiliki kelompok berpaham radikal. Keempat militan dalam mengusung tema Islam moderat. Lagi-lagi saya harus mengatakan bahwa tidak banyak orang moderat yang militan (kadang saya suka iseng mengatakan, moderat kok militan).

Kelima saya melihat bahwa upaya menduplikasi nama website juga merupakan satu hal yang perlu dilakukan, memang agak ‘kacangan’ caranya, namun ini cukup efektif. Salah satu contoh yang telah dilakukan adalah menduplikasi www.arrahmah.com yang termasuk dalam kelompok situs yang diblokir tahun lalu oleh Menkominfo karena berpaham radikal, kemudian terdapat kelompok yang menduplikasi namanya dengan www.arrahmah.co.id yang berisikan konten-konten yang lebih segar, ayem, dan mengedepankan prinsip tawassuth (tengah-tengah, moderat), tasamuh (toleransi) dan mengusung visi cinta tanah air (NKRI).

Keenam, jika anda adalah pengajar, arahkanlah tugas pelajar atau mahasiswa anda untuk membuat tulisan yang bervisi Islam moderat, atau jika terlalu berat arahkanlah mereka untuk selalu istiqomah mengkopi-paste link-link tema-tema Islam moderat melalui smart phone mereka.

This post was last modified on 23 Juni 2016 9:28 PM

Saifuddin Zuhri Qudsy

Staf Pengajar Prodi Ilmu Hadis, Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

19 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

19 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

19 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

19 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago