Narasi

Gen-Z dan Islam Moderat; Bagaimana Ekologi Media Membentuk Identitas Beragama yang Inklusif?

Hasil survei dari Alvara Institute pada tahun 2022 lalu menyebutkan bahwa agama menjadi salah satu variabel penting dalam kehidupan generasi Z. Sebanyak 64 persen responden mengaku bahwa agama adalah hal yang penting dalam hidup mereka. Sebanyak 32 persen responden juga menganggap agama sebagai sumber kebahagiaan. Sedangkan 63 persen responden mengaku bahwa aktivitas ibadah sangat membantu dalam menjaga kesehatan jiwa. 

Namun, dalam survei yang lain, riset yang dilakukan oleh PPIM Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebut bahwa 44 persen gen Z  memiliki kecenderungan pandangan jgn dan perilaku Intoleran dalam beragama. Bahkan, ada 32 persen responden yang menunjukkan kecenderungan ke arah radikalisme.

Ironisnya, radikalisasi di kalangan anak muda itu kini lebih banyak terjadi melalui media sosial. Medsos menjadi corong yang mengamplifikasi narasi radikal ekstrem yang menyasar kelompok anak muda dan remaja. Medsos yang bebas, inklusif, dan menjangkau publik lintas golongan, profesi, status sosial dan usia menjadi medium favorit kaum radikal dalam menyebarkan ideologinya. 

Media sosial bukan lagi sekadar menjadi jejaring pertemanan atau sekedar mencari hiburan. Medsos telah menjadi arena kontestasi wacana sosial, politik, dan keagamaan. Dalam teori ekologi media, medsos telah menjadi elemen penting yang berpengaruh membentuk karakter, perilaku, dan cara pandang penggunanya. Teori ekologi media dikembangkan oleh Marshall McLuhan dan Neil Postman. 

Teori ini dikembangkan di atas tiga asumsi pokok. Pertama, media mempengaruhi perilaku masyarakat. Dengan kata lain, kehadiran media tidak bisa dilepaskan dari perkembangan perilaku sosial. Kedua, media berpengaruh membentuk persepsi dan opini masyarakat atas sebuah isu.

Termasuk juga memanipulasi persepsi manusia dalam merespons sebuah isu atau peristiwa. Ketiga, media mampu memangkas jarak geografis maupun sosiologis sehingga membuat dunia yang luas layaknya sebuah desa atau kampung yang diistilah McLuhan, sebagai Global Village. 

Pendek kata, teori ekologi media melihat bahwa media massa memiliki andil besar dalam membentuk persepsi, keyakinan, dan nilai dalam kehidupan masyarakat, mulai dari ranah sosial, politik, termasuk budaya dan agama.

Dalam konteks kekinian, media sosial menjadi media digital arusutama menggeser peran media massa konvensional seperti televisi, radio, koran, majalah, dan sejenisnya. Media sosial menjadi media baru yang menyatukan manusia di seluruh dunia dalam jaringan daring, sekaligus membentuk wajah dunia hari ini. 

Sebagai kelompok pengguna media sosial paling besar, gen Z tentu menjadi pihak paling terpengaruh oleh media sosial. Maka menjadi wajar jika gaya hidup, preferensi politik, sampai paradigma keagamaan kaum gen Z sangat dipengaruhi oleh kontruksi dan narasi media sosial. 

Kekuatan media sosial idealnya menjadi medium untuk menanamkan paradigma Islam moderat di kalangan gen Z. Apalagi, sejumlah survei menyebutkan bahwa media sosial justru menjadi corong amplifikasi radikalisme. 

Inilah tantangan bagi dakwah Islam moderat. Yakni bagaimana diseminasi gagasan Islam toleran, inklusif, dan moderat bisa diamplifikasi melalui medsos yang kadung dikooptasi oleh narasi intoleran radikal. Dari sisi kuantitas dan kualitas, produksi konten dakwah Islam moderat harus diakui masih kalah jauh dengan kelompok Islam konservatif. 

Kita mengalami defisit pendakwah moderat di satu sisi, namun mengalami surplus dai konservatif di sisi lain. Dai moderat mungkin jumlahnya banyak, namun mereka tidak punya basis massa yang besar di media sosial.

Mereka cenderung puas menjadi idola di lingkungannya sendiri dan gagal menjangkau audiens lintas golongan dan aliran. Alhasil mereka mendakwahkan Islam moderat ke audiens yang sebenarnya sudah berkarakter moderat. 

Beda halnya dengan para da’i konservatif yang umumnya punya pengikut yang besar di media sosial. Mereka mampu menjangkau audiens lintas golongan dan aliran. Sebut saja misalnya Felix Shiaw yang mampu tampil luwes di semua kelompok sosial.

Ia bisa berkolaborasi dengan beragam individu dari latar belakang dan identitas yang berbeda. Sosok seperti Felix Shiaw ini mudah ditemui di kalangan pendakwah konservatif. Namun, sulit dicari bandingannya di kalangan pendakwah moderat. 

Kurangnya figur pendakwah moderat yang populer dan mampu menjangkau lintas golongan ini menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi agenda moderasi beragama. Lembaga pendidikan keislaman seperti pesantren atau universitas Islam idealnya juga berkontribusi secara langsung mencetak para pendakwah moderat yang populer.

Jika pun tidak, maka strategi dakwah moderat di media digital kiranya tidak lagi bergantung pada soso atau figur, melainkan pada narasi. Tugas kita ke depan adalah membanjiri kanal media sosial dengan konten keagamaan yang bercorak moderat dan inklusif. Hanya dengan itu algoritma media sosial akan berpihak ke narasi moderat. 

Maka, siapa pun kita, berapa pun follower kita, selemah apapun engagement akun medsos kita, mempromosikan Islam moderat adalah sebuah kewajiban. Akun medsos adalah senjata jihad kita dalam menyebar pesan keberagamaan yang toleran.

 

Sivana Khamdi Syukria

Recent Posts

Membedah Anatomi Gerakan Gen Z; Membangun Imajinasi Keindonesiaan yang Otentik

Geliat gerakan yang dimotori gen Z di sejumlah negara ternyata tidak dapat dipandang sebelah mata.…

7 jam ago

Wajah Baru Radikalisasi di Dunia Game

Gen Z lahir dengan dua kewarganegaraan. Indonesian citizenship dan internet citizenship (netizen). Bagi mereka, tidak…

7 jam ago

DNA Aktivisme Gen Z: Mengelola Genetik Perubahan Anak Muda

Gelombang aktivisme anak muda, khususnya Generasi Z, semakin menjadi sorotan global. Dari Nepal, Bangladesh, Sri…

1 hari ago

Membaca Ulang Jihad ala Gen Z

Ketika berbicara tentang jihad, kerap kali kita terjebak dalam narasi yang sempit dan reduktif, seolah…

1 hari ago

Dakwah Hibrid ala HTI; Dari Menggaet Influencer ke Adaptasi Budaya Populer

Jika ada pentolan HTI yang patut diacungi jempol lantaran lihai bermanuver, maka nama Felix Shiaw…

1 hari ago

Membentuk Gen Z yang Tidak Hanya Cerdas dan Kritis, Tetapi Juga Cinta Perdamaian

Fenomena beberapa bulan terakhir menunjukkan betapa Gen Z memiliki energi sosial yang luar biasa. Di…

2 hari ago