Narasi

Gerakan 3M Mencegah Penularan Virus Radikalisme

Saya rasa, tidak hanya mencegah covid-19 yang butuh gerakan 3M. Seperti; “Menjaga jarak, Mencuci tangan dan Memakai masker” Tetapi, kita juga butuh komitmen gerakan 3M untuk mencegah penularan virus radikalisme. Yaitu; “Menjaga persatuan, Mengikat kebersamaan dan Menekuni prinsip kebangsaan”

Mari kita jadikan gerakan 3M tersebut, sebagai kebiasaan new normal tanpa radikalisme. Menjadikan gerakan 3M sebagai (mental berpikir) kita untuk tetap konsisten pada persatuan, kebersamaan dan prinsip kebangsaan. Utamanya dalam aktivitas sosial-virtual (di dunia maya) kita hari ini. Kita perlu tetap konsisten terhadap gerakan 3M tersebut. Agar, penularan virus radikalisme di era pandemi covid-19 ini, bisa kita cegah dengan baik pula.

Kenapa butuh 3M: Menjaga persatuan, Mengikat kebersamaan dan Menekuni prinsip kebangsaan ?

Pertama, menjaga persatuan. Kita mungkin familiar dengan kata persatuan. Tetapi pernahkah kita berpikir, bahwa sebetulnya persatuan adalah “persaksian diri” yang otonom, dinamis, reflektif dan paradigmatis. Persatuan adalah dimensi kolektivitas kita yang perlu ditanam dalam pikiran dan tindakan kita secara terus-menerus. Dia ibaratkan “peta pengingat” di saat kita lupa, tersesat dan terombang-ambing provokasi perpecahan. Agar kita bisa tetap kembali ke arah persatuan tersebut.

Sehingga, jika ada virus yang sengaja untuk meretakkan persatuan kita, sebagaimana layaknya virus radikalisme yang kini memanfaatkan moment kegentingan di era pandemi. Untuk merusak sel-sel persatuan kita, niscaya kita tidak mudah terpengaruh. Karena kita akan berpikir reflektif bahwa dimensi persatuan yang terbangun dalam pikiran kita akan menagih tindakan kita untuk membayar persatuan tersebut secara lunas.

Kedua, kebersamaan. Sebagaimana dalam banyak hal di negeri ini kita selalu dituntut untuk bersama. Karena memang, ini adalah ciri khas bangsa ini yang tidak boleh kita lupakan. Sebagaimana saksi sejarah nenek-moyang bangsa ini di dalam berjuang untuk kemerdekaan. Mereka bisa kokoh dengan kebersamaan memukul mundur para penjajah.

Jadi, sangat logis sekali jika virus radikalisme menyerang kebersamaan kita agar terpecah-belah. Kenapa? Karena ini adalah “urat nadi” bangsa ini. Kebersamaan adalah jalan inti bagi kokoh dan hancurnya bangsa ini. Jadi, selama kebersamaan kita tetap mengikat dalam banyak hal, sejatinya bangsa ini akan terus kokoh dan kebersamaan akan menjadikan bangsa ini selalu tangguh menghadapi segala macam musuh termasuk virus radikalisme. Bangsa ini dengan kebersamaan sejatinya akan selalu kuat dan tidak mudah dihancurkan.

Ketiga, tetap ada prinsip kebangsaan. Gerakan 3M yang terakhir ini sebetulnya menjadi karakteristik kita di dalam berbangsa dan bernegara. Karena memang prinsip kebangsaan, seperti: sikap tolerant, terbuka, berbeda-beda tetapi satu tujuan dan saling bersaudara adalah prinsip kebangsaan yang kita perlu pegang sekuat mungkin. Karena memang, langkah utama serangan virus radikalisme dimulai dari meretakkan persatuan, memecah-belah persaudaraan dan menghancurkan prinsip kebangsaan kita.

            Jadi, gerakan 3M yang juga sangat penting untuk kita pegang selain mengikat kebersamaan dan menjaga persatuan. Sangat penting untuk menekuni prinsip kebangsaan. Karena, ini adalah jalan kesepakatan untuk hidup bersama. Yaitu hidup dalam kebudayaan yang tolerant, terbuka, berbeda-beda tetapi satu tujuan dan saling bersaudara. Dengan prinsip kebangsaan yang mengikat, niscaya bangsa ini tidak akan mudah terpengaruh dengan narasi-narasi yang sengaja menghancurkan bangsa ini dengan wajah yang intolerant, eksklusif dan radikal.            

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk membiasakan diri kita di era pandemi ini. Untuk mengoptimalkan gerakan 3M. Yaitu; menjaga persatuan, mengikat kebersamaan dan menekuni prinsip-prinsip kebangsaan. Ketiganya perlu kita jadikan jalan ideal, tertanam dalam pikiran (mental berpikir) dan bersemayam dalam tindakan. Insha’Allah dengan ikhtiar demikian, niscaya kita bisa mencegah penularan virus radikalisme.

This post was last modified on 15 Juli 2021 1:07 PM

Saiful Bahri

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago