Narasi

Hikayat Majapahit dan Dinamika Tegaknya Syariat Islam

Ada salah satu channel You-tube  yang saat ini sedang “menampakkan diri” sebagai maestro dalam menegakkan negara berbasis syariat. Nama Channel-nya Persada Nusantara Discovery yang memuat sebuah video tentang “Syariat Islam Dilindungi Oleh Majapahit”. Video ini diupload memang sudah cukup lama. Yaitu pada 20 November 2019 yang lalu. Tetapi, besar kemungkinan ini akan terus menjadi “saksi bisu” dari sejarah yang terpelintir dan membuat masyarakat akan buta sejarah yang sesungguhnya.

Orang akan memahami di dalam video tersebut sebagai “kemutlakan sejarah” dalam versi mereka yang ingin menonjolkan “tegaknya syariat Islam” secara formal akan siap menegasi keragaman. Karena menurut versi video tersebut mengangkat kisah Tribhuwana Wijaya Tunggadewi yang melindungi tegaknya Syariat Islam bagi kaum minoritas Muslim di Majapahit pada saat itu.

Mereka cukup lihai di dalam membuat resonansi sejarah versi “modifikasi”. Karena kita ketahui, Tribhuwana Wijaya Tunggadewi memang sosok pemimpin Majapahit yang lihai dalam hal penaklukan. Tentunya, romantisme masa lalu mulai kembali diangkat. Di sinilah produksi sejarah diarahkan kepada penegakan syariat Islam itu sendiri.

Melalui video tersebut, mereka berusaha mengarahkan apa yang dimaksud dengan tegaknya syariat Islam bukan sebagaimana awal mulanya Islam masuk ke Majapahit yang begitu terbuka dan membaur secara kultural. Tetapi tidak ubahnya seperti Islam atau syariat Islam yang “menegasi” akan kepercayaan-kepercayaan Hindu-Buddha di dalam kerajaan Majapahit tersebut.

Padahal, Islam bisa berkembang pesat di tanah Jawa karena ada semacam “dialogis kultural” dengan berbagai warisan Hindu-Buddha. Islam mampu membaur (akulturasi) dengan tradisi-tradisi yang sudah ada dan terus mempertahankannya. Membangun paradigma keislaman yang universal (merahmati) dan (terbuka). Sehingga, Islam sangat mudah diterima dan bisa berkembang pesat secara kultural.

Tentu tidak lepas dari kontribusi Wali Songo di dalam melakukan Islamisasi di pulau Jawa, khususnya menyasar orang-orang Majapahit yang dipelopori oleh Sunan Ampel. Sehingga, Islam bisa dapat diterima dengan baik oleh kalangan elit Majapahit pada saat itu. Tentu basis keislaman yang diajarkan oleh Sunan Ampel adalah ruh nilai secara fungsional. Bukan tegaknya syariat Islam yang sifatnya orientasi kekuasaan secara formal.

Ada-pun penyebaran Islam dibagi oleh beberapa tipe. Seperti halnya perdagangan, pernikahan dan lain sebagainya. Hal yang sangat memengaruhi Majapahit bisa bersikap toleran terhadap Islam ketika pernikahan Putri Cempa dengan Raja Majapahit.

Di sinilah Islam bisa berkembang dengan begitu pesatnya. Diterima dalam banyak kalangan. Karena sifatnya yang secara esensial mampu membentuk nilai-nilai Islam yang rahmat, egalitarian dan pemanfaatan di dalam menunjukkan bahwa Islam tidak pernah memandang strata sosial layaknya tradisi di era Hindu-Buddha yang status sosial sangat berpengaruh dalam kehidupannya.

Hal ini sebagai pengetahuan sejarah akan hikayat keislaman di masa Majapahit. Dari awal mula masuk, bisa diterima hingga Majapahit runtuh. Islam selalu bergema sebagai sistem nilai yang secara orientasi lebih kepada pembentukan nilai-nilai sosial yang etis.

Perihal video tersebut yang menekankan bagaimana Majapahit melindungi syariat Islam, bukan berarti secara formal Islam mengejawantahkan entitas-nya sebagai sistem kenegaraan. Tetapi tidak ubahnya sebagai “kesadaran beragama” yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu.            

Jadi, video dengan judul “Syariat Islam dilindungi oleh Majapahit” jika secara simbolik ingin mengacu kepada tataran fungsional bahwa menegakkan syariat Islam itu mengerucut pada (Islamic state) Maka cukup jelas kiranya bahwa ini sebagai “dictum sejarah” yang dibuat untuk mengalihkan kesadaran masyarakat terhadap sejarah Nusantara. Karena di era Majapahit, Islam selalu berada dalam pelataran subtansial sebagai orientasi hidup. Bukan bergerak sebagai “sistem politik” yang memiliki hasrat untuk menguasai.

This post was last modified on 5 Februari 2021 1:11 PM

Fathur Rohman

Photographer dan Wartawan di Arena UIN-SUKA Yogyakarta

Recent Posts

Sekolah Damai BNPT : Memutus Mata Rantai Radikalisme Sejak Dini

Bahaya intoleransi, perundungan, dan kekerasan bukan lagi hanya mengancam keamanan fisik, tetapi juga mengakibatkan konsekuensi…

16 jam ago

Dari Papan Kapur sampai Layar Sentuh: Mengurai Materialitas Intoleransi

Perubahan faktor-faktor material dalam dunia pendidikan merefleksikan pergeseran ruang-ruang temu dan arena toleransi masyarakat. Jarang…

18 jam ago

Pengajaran Agama yang Inklusif sebagai Konstruksi Sekolah Damai

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Duta Damai BNPT telah berinisiasi untuk membangun Sekolah…

19 jam ago

Hari Pendidikan Nasional dan Upaya Membangun Sekolah yang Damai dari Intoleransi, Bullying dan Kekerasan

Hari Pendidikan Nasional yang akan diperingati pada tanggal 2 Mei 2024 menjadi momentum penting untuk…

19 jam ago

Role Model Pendidikan Karakter Anti-Kekerasan Ala Pesantren

Al-Qur’an merupakan firman Allah azza wa jalla yang tidak ada lagi keraguan di dalamnya, yang…

19 jam ago

Merdeka Belajar; Merdeka dari Tiga Dosa Besar Pendidikan

Sekolah idealnya menjadi rumah kedua bagi anak-anak. Namun, ironisnya belum semua sekolah memberikan rasa aman…

2 hari ago