Narasi

Hoax Itu Dosa Bukan Perilaku Umat Beragama

Proyek kebangsaan yang digagas oleh para pendiri bangsa sejak sebelum kemerdekaan adalah cita luhur seluruh masyarakat Indonesia untuk bebas dari penjajahan. Dengan perjuangan yang gigih dengan pengorbanan nyawa dan harta akhirnya Indonesia bisa merdeka. Sejak saat itu, bangsa ini mulai berbenah menyusun langkah-langkah untuk mempertahankan kedaulatan dan mengisi kemerdekaan menuju Indonesia maju.

Sejatinya, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan lebih berat daripada merebut kemerdekaan itu sendiri. Sebab itu, Soekarno sang proklamator menyebut “revolusi belum selesai”. Artinya, keutuhan NKRI dan kemajuannya adalah revolusi pasca kemerdekaan. Ini, berat. Butuh masyarakat yang bermental baja dan memiliki daya saing tinggi.

Namun tidak ada yang tidak bisa dilakukan. Apapun itu dan seberat apapun. Apabila rakyat bersatu padu tidak ada hal yang mustahil untuk diraih. Seperti bambu runcing yang bisa mengalahkan meriam dan tank karena sebab bersatunya rakyat Indonesia. Demikian pun untuk menata Indonesia lebih maju dan mampu bersaing dengan negara lain tidak mustahil diperoleh asalkan tetap kompak, bersatu dan bersama-sama melakukan hal-hal positif untuk banga.

Hal itu telah sukses dilakukan, sejak merdeka 76 tahun silam, Indonesia telah terbukti mampu membangun diri walaupun hasilnya tidak segemilang negara lain yang memperoleh kemerdekaan hanya terpaut beberapa tahun dengan Indonesia. Namun demikian, sebagai masyarakat Indonesia kita cukup bangga dengan prestasi yang telah diukir negeri ini. Berikutnya tugas kita bersama untuk menciptakan Indonesia yang lebih maju dari segala sisi.

Menuju kejayaan itu memang tidak mudah. Banyak godaan dan tantangan. Karenanya semangat membangun harus dibarengi dengan kekuatan lahiriah dan batiniah. Kuat secara iman dan sehat pikiran.

Diantara palang rintang itu adalah berita bohong atau hoax. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Namun penyumbang besar banyaknya hoax yang terjadi saat ini ada di dunia maya seperti Facebook, WA, Twitter, Instagram dan media-media sosial yang lain. Hoax menjadi salah satu yang berpotensi besar menghambat laju pembangunan. Bahkan berpotensi merusak demokrasi dan kehancuran negara.

Karena akibat dari hoax ini masyarakat dengan mudah diprovokasi dan di adu domba. Maka timbul sikap saling curiga antar kelompok, antar agama, dan antar pribadi. Jika berlarut, persatuan dan harmonisasi masyarakat Indonesia tercabik-cabik dan dengan sendirinya akan melemahkan kesatuan republik Indonesia. Masyarakat akan sibuk berkonflik internal dengan sesama masyarakat Indonesia sendiri. Dan tidak akan berpikir bagaimana memajukan bangsa.

Bagaimana mengatasinya? Hoax akan bubar apabila kita semua memiliki dan mengamalkan keimanan dengan benar. Tidak hanya Islam yang menghukumi hoax sebagai tindakan biadab dan dosa besar, namun semua agama pasti mengatakan hoax atau berita bohong adalah tindakan tercela.

Keimanan yang benar dalam konteks disini adalah tidak mudah percaya terhadap informasi yang diterima. Apalagi informasi yang berkaitan dengan isu-isu sensitif yang menjelekkan dan memojokkan kelompok atau individu tertentu. Informasi seperti itu harus diklarifikasi dulu tentang kebenarannya.

Sebagai masyarakat beragama kita harus selalu memverifikasi semua informasi yang kita terima. Harus cek dan ricek terhadap informasi tersebut. Benar atau salah? Iman yang baik tidak mendahulukan nafsu. Menilai informasi bukan atas dorongan hawa nafsu, kalau sesuai dan cocok dengan selera berpikir tidak berarti itu benar. Jangan langsung diterima sebagai suatu kebenaran.

Karenanya, supaya tidak mudah termakan berita hoax, masyarakat perlu mengedepankan adab-adab dalam hidup bermasyarakat. Diantaranya selektif menilai informasi yang diterima dalam kehidupan sehari-hari. Sikap seperti ini akan meneguhkan kesatuan dan keharmonisan hidup antar masyarakat, antar agama, antar etnis dan antar golongan. Akan menyelamatkan kita semua dari perpecahan dan perselisihan. Dengan demikian, kita semua akan mudah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif untuk kemajuan bangsa dan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia seluruhnya.

This post was last modified on 23 Agustus 2021 11:33 AM

Faizatul Ummah

Recent Posts

Dari Suriah ke Sudan; Bagaimana Ekstremis Mengeksploitasi Konflik Sosial-Politik?

Ibarat kendaraan bermotor, gerakan ekstremisme juga butuh bahan bakar. Jika mobil atau motor bahan bakarnya…

3 jam ago

“Glokalisasi Pancasila” & Ramuan Ciamik Harmoni Nusantara

Diskursus kebangsaan kita sering kali terjebak dalam dua tarikan ekstrem. Di satu sisi, terdapat kerinduan,…

3 jam ago

Eksploitasi Ideologi Mengatasnamakan Hijrah dan Jihad Semu

Propaganda terbaru ISIS melalui majalah al-Naba’ (2025) yang menyerukan ajakan berjihad ke Sudan merupakan bukti…

3 jam ago

Kompleksitas Isu Sudan; Bahaya Jihad FOMO Berkedok Ukhuwah Global

Isu Suriah sudah lewat. Gaza sudah berangsur normal. Isu lain seperti Uyghur, Rohingya, dan sebagainya…

1 hari ago

Ilusi Persatuan Global; Meneguhkan Nasionalisme di Tengah Dunia Multipolar

Kelompok ekstremis terutama ISIS tampaknya tidak pernah kehabisan materi propaganda kekerasan. Setelah revolusi Suriah berakhir…

1 hari ago

Menakar Ukhuwah Global dan Kompromi Pancasila Sebagai Benteng Persatuan Dunia

Dalam beberapa dekade terakhir, istilah ukhuwah global sering digaungkan sebagai cita-cita luhur umat manusia—sebuah gagasan…

1 hari ago