Narasi

HSN 2024: Menyoal Peran Strategis Santri dalam Mengawal Kepemimpinan Baru Menuju Indonesia Damai

Tanggal 20 Oktober 2024 menandai era baru bagi Indonesia dengan dilantiknya Prabowo Subianto sebagai Presiden dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden. Dua hari setelah pelantikan, bangsa Indonesia kemudian memperingati Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2024, dengan tema Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan. Berdekatannya peralihan kekuasaan ini dengan peringatan Hari Santri menyiratkan pesan kuat akan harapan dan tanggung jawab yang besar bagi santri dalam mengawal kepemimpinan baru menuju masa depan Indonesia yang damai dan berkeadilan serta bebas dari radikalisme.

Peran strategis santri dalam perjalanan sejarah bangsa tidak dapat dipandang sebelah mata. Santri, yang berasal dari pesantren—lembaga pendidikan Islam tradisional yang berakar kuat pada ajaran moralitas, disiplin, dan semangat kebangsaan—selalu berada di garda depan dalam berbagai momen krusial perjalanan bangsa. Sejarah mencatat peran besar santri, terutama dalam perjuangan kemerdekaan, seperti yang tergambarkan dalam Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Kala itu, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari menyerukan jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hari Santri kemudian ditetapkan sebagai penghormatan terhadap peristiwa ini, sekaligus pengakuan terhadap peran signifikan santri dalam mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan serta kedaulatan bangsa.

Dalam konteks kekinian, santri tetap menjadi elemen penting dalam menjaga stabilitas sosial, politik, dan kebangsaan. Dengan dilantiknya Prabowo-Gibran sebagai pemimpin baru, peran santri kembali mendapat sorotan dalam mengawal visi dan kebijakan pemerintahan ini. Santri tidak hanya bertugas untuk mendukung stabilitas politik, namun juga memiliki tanggung jawab lebih besar, yakni memastikan arah pembangunan Indonesia tetap berada di jalur yang sejalan dengan nilai-nilai persatuan dan keberagaman yang merupakan jantung bangsa.

Santri, dengan modal spiritual dan moral yang kuat, berada dalam posisi strategis untuk memberikan kontribusi signifikan dalam kepemimpinan baru ini. Nilai-nilai seperti kesederhanaan, disiplin, keikhlasan, serta pengabdian tanpa pamrih yang selama ini ditanamkan dalam diri santri, menjadi modal besar dalam menciptakan tatanan masyarakat yang lebih harmonis. Kepemimpinan Prabowo-Gibran, tentu sangat membutuhkan dukungan moral dan intelektual dari berbagai elemen bangsa, termasuk dari kalangan santri.

Dalam konteks pembangunan sosial-politik, santri memiliki potensi besar sebagai penggerak harmoni sosial. Sebagai entitas yang terlatih dalam kebijaksanaan dan penyelesaian konflik, santri dapat berperan sebagai mediator dalam menyelesaikan potensi friksi di masyarakat yang beragam. Pengalaman santri dalam kehidupan pesantren yang plural dan kolektif menjadikan mereka sosok yang piawai dalam menghadapi perbedaan pendapat serta menjaga persatuan di tengah keberagaman yang merupakan jati diri bangsa Indonesia.

Kepemimpinan Prabowo-Gibran yang diharapkan mampu membawa perubahan signifikan dalam pembangunan, pasti akan menghadapi tantangan-tantangan berupa resistensi dari berbagai pihak. Di sinilah santri dapat berperan sebagai penjaga perdamaian. Para santri dapat membantu meredam potensi konflik dengan menyebarkan pesan-pesan persatuan, keadilan, serta pentingnya menjaga stabilitas nasional demi tercapainya kemajuan bersama.

Selain itu, santri juga diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan ekonomi, khususnya dalam memberdayakan ekonomi umat. Santri yang kini banyak bertransformasi menjadi agen perubahan, mampu memberikan kontribusi signifikan dalam memperkuat sektor ekonomi mikro, khususnya di kalangan pesantren dan masyarakat desa atau pedesaan.

Pesantren kini tidak lagi hanya menjadi pusat pendidikan agama, melainkan juga pusat pemberdayaan ekonomi umat. Dengan keterampilan kewirausahaan yang mulai diajarkan di banyak pesantren, santri dapat membantu menciptakan lapangan kerja baru, terutama di sektor-sektor yang berbasis pada kemandirian ekonomi. Kepemimpinan Prabowo-Gibran yang menekankan pada penguatan ekonomi nasional tentu membutuhkan partisipasi aktif dari kalangan santri untuk mewujudkan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing.

This post was last modified on 23 Oktober 2024 10:44 AM

Helliyatul Hasanah

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

8 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

8 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

8 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago