Categories: Budaya

Karena Jarimu Adalah Harimaumu!

Dulu ada peribahasa yang bilang “mulutmu harimaumu”, peribahasa tersebut dimaksudkan sebagai peringatan agar berhati-hati ketika berbicara, karena bisa jadi, apa yang diucapakan oleh mulut bisa memancing orang lain untuk ribut. Tapi kini, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, ada bagian lain dari anggota tubuh yang bisa jadi ‘harimau’, bagian itu adalah jari. Dalam beberapa hal, jari ternyata lebih berbahaya daripada mulut, karena apa yang diketik jari bisa membuat si pemilik jari berakhir di bui.

Terutama setelah keluarnya Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), pemerintah tampaknya mulai sangat serius memperhatikan gerak-gerik si jari ini, utamanya yang berkeliaran di dunia maya. Di luar sana, sudah ada banyak pengguna sosial media yang harus duduk di kursi pesakitan hanya gara-gara jari yang sering ngetik konten urakan. Akibatnya, si pemilik jari harus masuk penjara hanya gara-gara postingan di sosial media, berurusan dengan polisi hanya karena ulah si jari.

Tentang sosial media ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh jari; pertama, hati-hati ketika melakukan posting, dan kedua hati-hati ketika membagikan postingan orang lain. “Wise While Online, Think Before Posting”, begitu kira-kira ajakan untuk berhenti memperkeruh dunia maya dengan konten-konten negatif yang bisa merusak kerukunan dan keharmonisan bangsa.

Bijak dan cerdas dalam menggunakan media sosial sebenarnya mudah, hal yang perlu dilakukan adalah MIKIR terlebih dahulu sebelum upload posting atau berbagai postingan di media sosial. Berikut adalah penjelasan tentang MIKIR;

M – Menghargai

Sebelum posting sesuatu di media sosial, pastikan dulu bahwa postingan tersebut tidak akan menyinggung perasaan orang lain. Jikapun postingan dimaksudkan untuk memberi kritik, maka sampaikan kritik tersebut secara santun, tidak perlu dibumbui dengan cacian dan sumpah serapah. Sikap menghargai terhadap perbedaan pemikiran atau pandangan harus selalu dikedepankan, ingat, menghargai tidak selalu berarti menyetujui. Silahkan beradu pendapat, namun tetap dalam suasana yang hangat dan bersahabat.

 I – Inspiratif

Salah satu hal tidak menyenangkan yang berseliweran di media sosial adalah menumpuknya postingan yang tidak jelas arah dan tujuannya; kebanyakan hanya berisi keluh kesah atau ungkapan kemarahan. Hal ini tentu tidak sehat untuk dunia maya, selain karena hal itu tidak memberi manfaat apa-apa kepada si pengunggah posting, orang lain yang melihatnya juga akan ikutan pusing.

Jadi, sebaiknya postingan hanya diisi dengan konten-konten positif dan inspiratif. Jikapun ada hal-hal tertentu yang dipandang mengecewakan, tidak perlu diumbar secara berlebihan. Lebih baik sampaikan kekecawaan tersebut dengan disertai saran dan masukan yang membangun. Jika ternyata masih belum punya saran, lebih baik diam. tidak perlu ikut larut dalam arus cacian yang jelas tidak akan memberi inspirasi apa-apa kecuali benci yang semakin menggila.

K – Kredibel

Postingan yang baik adalah yang berisi informasi yang bisa dipercaya (otentik dan valid), sehingga siapapun yang melihat postingan tersebut tidak akan terperosok dalam kebohongan atau bahkan fitnah. Minimal sebelum memutuskan untuk posting sesuatu, isi dari calon postingan dibaca ulang. Apakah sudah benar? Dan Apakah akan bermanfaat untuk orang lain?

I – Imbang

Imbang berarti tidak berat sebelah, dapat menampilkan informasi dari dua sisi yang dipertentangkan secara berimbang (cover both sides). Simpelnya, sampaikan informasi secara apa adanya, jangan ditambah-tambahi ataupun dikurangi.

R – Rasional

Meskipun letaknya paling akhir, namun rasional merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan. Rasional adalah masuk akal, postingan yang masuk akal adalah postingan yang akan mencerdaskan; berisi informasi yang tidak bertentangan dengan akal sehat, sehingga yang baca postingan akan tercerahkan dengan informasi-informasi yang benar.

Postingan yang berisi ajakan untuk memusuhi orang lain dengan membawa-bawa ayat-ayat suci agama tentu tidak masuk akal, tidak ada agama yang menginginkan umatnya untuk memusuhi orang lain. Tidak masuk akal pula postingan yang berisi ajakan untuk membenci pemerintah hanya karena alasan SARA.

Kebebasan dalam berpendapat tidak berarti bahwa kita boleh posting segala hal secara serampangan, karena kebebasan bukan kebablasan. Harus hati-hati pula dalam menyebarkan postingan, karena mulutmu, eh jarimu adalah harimaumu.

This post was last modified on 4 September 2015 6:43 PM

Khoirul Anam

Alumni Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), UGM Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Salafiyah Syafiyah, Sukorejo, Situbondo, Jatim dan Ponpes al Asyariah, kalibeber, Wonosobo, Jateng. Aktif menulis untuk tema perdamaian, deradikalisasi, dan agama. Tinggal di @anam_tujuh

Share
Published by
Khoirul Anam

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

3 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

3 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

3 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago