Narasi

Khalifah Milenial: Mengawal Ideologi Pancasila dengan Ukhuwwah Wathoniyyah

Terus menjaga kedaulatan dan membentengi negara dari perpecahan dan permusuhan adalah amanah yang tidak boleh di kesampingkan. Sebab, saat ini banyak kalangan yang mencoba merong-rong persatuan Indonesia. Beragam macam gangguan datang dari segala penjuru, mulai dari mewabahnya hoax, intoleransi, hingga ada yang menginginkan berdirinya negara Islam dengan mengkampanyekan khilafah.

Sebagai khalifah dalam mengawal Pancasila, maka kita harus menguatkan ukhuwwah wathoniyyah (persaudaraan sebangsa dan setanah air) dengan Ideologi Pancasila itu sendiri dengan terus-menerus menciptakan perdamaian. Sebab, bangsa kita sangatlah besar, di dalamnya ada banyak perbedaan, mulai dari agama, suku, ras, keyakinan, hingga partai, yang tentu sangat rentan untuk terjadi permusuhan dan perpecahan. Karenanya, perlu upaya untuk menguatkan kebersamaan dan keberagamaan dalam mengawal ideologi Pancasila.

Selalu menjaga kebersamaan, saling mendukung, bermasyarakat, dan menghormati setiap perbedaan, harus menjadi pedoman hidup kita. Sebagai warga masyarakat, tentu kita tidak boleh hidup sendirian, tidak boleh merasa benar sendiri, tidak boleh pintar sendiri, sehat sendiri, dan kenyang sendiri. Tetapi, harus bersama-sama demi terciptanya sebuah kerukunan dan kedamaian.

Dalam konsep berbangsa dan bernegara, Pancasila harus menjadi yang terdepan demi mempertahankan NKRI. Sehingga, nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika tertanam dalam jiwa. Akhirnya, kita bisa bersama-sama, akur, akrab dang saling mengaku saudara meski lintas agama, lintas etnis, dan kelompok.

Baca juga : “Jihad” Milenial dalam Mengawal Pancasila, Mengapa Tidak?

Tak mengherankan bila KH. Hasyim Asy’ari pernah menegaskan, bahwa negara Indonesia bukan negara Islam, bukan darul kufr, bukan nega-ra sulh (negara non muslim yang damai), tetapi darus salam, yaitu dengan konsep harmoni. Hal ini menunjukkan, bahwa ukhuwah wathoniyyah harus benar-benar dikuatkan dalam diri kita. Sebab, kita hidup dalam sebuah bangsa yang dinaungi oleh Pancasila sebagai dasarnya.

Pemahaman atau cara pandang seperti inilah yang harus disebarluaskan, sehingga perdamaian menjadi sebuah hal yang harus sama-sama kita perjuangkan. Jadi, dalam konsep bernegara, meskipun berbeda-beda secara apa pun, tidak ada namanya permusuhan, kecuali orang-orang yang zhalim. Siapa mereka? Mereka adalah teroris, pejabat yang korupsi, pengedar narkoba, pembuat dan penyebar hoaks. Mereka semua, adalah musuh kita yang harus diluruskan dan disadarkan.

Dalam ruang lingkup setanah air, sekali lagi, jangan menganggap orang lain adalah musuh meski berbeda. Tetapi, meski seiman, seagama, tetapi berbuat kehancuran dan kezhaliman, maka mereka adalah musuh yang nyata bagi kita. Ingat, hanya karena kezhaliman dan kesewenang-wenangan.

Itulah mengapa, jangan lantaran berbeda lantas menghina, membohongi, mencemooh, dan berujar kebencian. Sehingga, tanpa sadar setiap kata yang keluar bisa membawa dampak yang membinasakan, yaitu pertikaian dan perpecahan. Sebab, ujaran-ujaran tentang kebencian yang mengarah pada wujud intoleransi bisa mengubur keistimewaan ideologi Pancasila yang tujuannya sangat mulia.

Ingatlah, bahwa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan sebuah negara kecuali bersatu dengan merawat persaudaraan dan solidaritas secara benar dan sejati, yaitu saling menghargai, saling membantu, dan saling toleransi meski beragam. Sebab, manusia dan manusia lainnya seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan. Atau, laksana badan, kalau salah satu anggota ada yang sakit, maka yang lainnya akan merasakan hal yang sama.

Sebab itu, memperluas cara pandang tentang konsep berbangsa dan bernegara harus kita lakukan. Begitu pula dengan cara pandang kita terhadap sebuah agama, harus diperluas. Agama atau keyakinan yang kita anut jangan hanya dilihat dari harfiahnya (bentuk) saja, tetapi kita wajib memahami substansinya. Dengan demikian, dipastikan kita akan membenci diri sendiri bila merasa paling benar sendiri, dan rasa nasionalisme akan tertanam dalam diri.

Dengan demikian, maka kita harus sepakat untuk mencipta negara yang harmoni meski berbeda-beda. Oleh karena itu, mari kita harus tetap mengawal nilai-nilai Pancasila dengan ukhuwwah wathoniyyah demi terciptanya sebuah perdamaian bagi bangsa dan tanah air yang kita cinta.

Ach Fawaid

Keagamaan di Garawiksa Institute, Yogyakarta

View Comments

Recent Posts

Pentingnya Etika dan Karakter dalam Membentuk Manusia Terdidik

Pendidikan memang diakui sebagai senjata ampuh untuk merubah dunia. Namun, keberhasilan perubahan dunia tidak hanya…

18 jam ago

Refleksi Ayat Pendidikan dalam Menghapus Dosa Besar di Lingkungan Sekolah

Al-Qur’an adalah akar dari segala pendidikan bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur’an tak sekadar mendidik manusia…

18 jam ago

Intoleransi dan Polemik Normalisasi Label Kafir Lewat Mapel Agama di Sekolah

Kalau kita amati, berkembangbiaknya intoleransi di sekolah sejatinya tak lepas dari pola normalisasikafir…

18 jam ago

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

2 hari ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

2 hari ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

2 hari ago