Narasi

Kominfo Take Down 273 Situs Radikalisme dan Jihad Digital Santri di Musim Pemilu

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi membeberkan bahwa pihaknya telah melakukan Take Down dan menghapus ratusan situs web yang berisi yang berhubungan dengan hal-hal radikal dan terorisme.  Take Down dilakukan atas permintaan dari Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono.

Pada bulan Agustus 2023, Menkominfo telah berhasil menghapus 273 situs web yang dianggap berisiko karena terkait dengan radikalisme dan terorisme. Keputusan ini diambil sebagai respon terhadap permintaan dari Panglima TNI pada bulan Agustus tersebut. Budi Arie Setiadi menjelaskan bahwa tindakan ini tidak memilih situs-situs tertentu untuk dihapus, tetapi mencakup semua situs yang memiliki potensi untuk memecah belah masyarakat, terutama menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan negara dan mencegah potensi masalah yang disebabkan oleh informasi radikal atau terorisme di internet.

Dengan kata lain, pemerintah Indonesia serius dalam mengambil langkah-langkah untuk melindungi masyarakat dari bahaya radikalisme dan terorisme di dunia maya. Tindakan ini adalah upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan negara serta mengurangi risiko dampak negatif dari ideologi radikal dan tindakan terorisme.

Jihad Digital Santri

Tindakan yang dilakukan Kominfo ini seolah menyuarakan satu perjuangan khusus, yaitu berantas virus radikalisme yang mulai berkembang di dunia digital. Disinilah peran jihad santri sangat diperlukan untuk memberantas semua informasi radikal agar tidak merusak tatanan negara. Musim Pemilu yang sudah dekat, menjadi jihad akbar yang harus dilakukan oleh para santri untuk menjaga keamanannya.

Untuk memastikan bahwa upaya mereka efektif dan positif, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah pendidikan dan literasi digital. Santri perlu mampu mengenali dan menghindari konten yang bersifat radikal atau berbahaya. Selain itu, mereka juga harus memahami etika komunikasi online, sehingga dapat berpartisipasi dalam diskusi dan berbagi informasi dengan cara yang santun dan bermartabat.

Kolaborasi dengan lembaga resmi juga sangat penting. Santri, pesantren, dan lembaga pendidikan Islam dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam mengidentifikasi dan melaporkan situs web atau akun media sosial yang mencurigakan. Ini akan membantu pemerintah mengambil langkah-langkah yang sesuai dalam menangani ancaman yang muncul di dunia maya.

Tidak hanya itu, santri harus selalu berfokus pada pesan damai dan toleransi. Media sosial dapat menjadi platform yang kuat untuk mempromosikan dialog antar agama dan berbicara tentang nilai-nilai positif dalam Islam. Pesan-pesan damai ini membantu meredakan ketegangan dan memperkuat kerukunan antarumat beragama, sebuah aspek penting dalam menjalankan jihad di dunia maya.

Pendidikan Keagamaan dan Landasan Kuat di Media Sosial

Pendidikan agama yang kuat adalah landasan yang krusial. Santri perlu memiliki pemahaman agama yang kokoh agar dapat merespons pertanyaan dan perdebatan dengan bijaksana. Dengan pemahaman agama yang mendalam, mereka dapat memberikan jawaban yang benar dan meminimalisir penyebaran pemahaman yang salah tentang Islam.

Selain itu, untuk membangun kepercayaan dan otoritas di dunia maya, santri harus menjadi sumber yang dapat diandalkan dan terpercaya dalam hal agama dan nilai-nilai Islam. Hal ini akan membantu mereka mempengaruhi orang lain secara positif dan efektif. Santri akan menjadi sumber informasi yang dapat diandalkan oleh masyarakat untuk menyebarkan pola-pola perdamaian. Pola penyebaran masif yang dilakukan oleh para santri akan memberikan dampak yang signifikan untuk perdamaian di media sosial, sehingga santri menjadi agen yang proaktif dan kuat untuk menyebarkan pesan-pesan perdamaian.

Oleh karena itu, dalam berinteraksi di media sosial, santri perlu menjaga sikap yang bijaksana dan sabar. Mereka mungkin akan menghadapi tantangan, provokasi, atau penghinaan. Oleh karena itu, menjaga etika dan tata krama adalah hal yang sangat penting, serta tidak mudah terprovokasi agar pesan yang mereka sampaikan tetap positif dan efektif.

Dengan kesadaran akan tantangan dan peluang yang ada, santri dapat memainkan peran penting dalam menjalankan jihad dengan tujuan menyebarkan pesan damai, pendidikan, dan toleransi di dunia maya. Dengan komitmen untuk menjaga nilai-nilai agama dan etika yang benar, santri dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berdampingan secara damai.

This post was last modified on 27 Oktober 2023 2:40 PM

Nur Faizi

Recent Posts

Makna Jumat Agung dan Relevansinya dalam Mengakhiri Penjajahan di Palestina

Jumat Agung, yang diperingati oleh umat Kristiani sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib,…

21 jam ago

Jumat Agung dan Harapan bagi Dunia yang Terluka

Jumat Agung yang jatuh pada 18 April 2025 bukan sekadar penanda dalam kalender liturgi, melainkan…

22 jam ago

Refleksi Jumat Agung : Derita Palestina yang Melahirkan Harapan

Jumat Agung adalah momen hening nan sakral bagi umat Kristiani. Bukan sekadar memperingati wafatnya Yesus…

22 jam ago

Belajar dari Kisah Perjanjian Hudaibiyah dalam Menanggapi Seruan Jihad

Perjanjian Hudaibiyah, sebuah episode penting dalam sejarah Islam, memberikan pelajaran mendalam tentang prioritas maslahat umat…

2 hari ago

Mengkritisi Fatwa Jihad Tidak Berarti Menormalisasi Penjajahan

Seperti sudah diduga sejak awal, fatwa jihad melawan Israel yang dikeluarkan International Union of Muslim…

2 hari ago

Menguji Dampak Fatwa Aliansi Militer Negara-Negara Islam dalam Isu Palestina

Konflik yang berkecamuk di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga hari ini telah menjadi…

2 hari ago