Dunia Internet dan kehidupan nyata seolah tak lagi bersekat. Bahkan dalam beberapa kondisi, cukup sulit memisahkan dua hal ini. Tanpa disadari dualitas atau pertautan di antara keduanya cukup kuat dan belakangan sepertinya cenderung sulit untuk dipisahkan. Hal ini jelas terasa tatkala kita sulit membedakan hal yang manakah dari kedua hal tersebut yang memberikan pengaruh dan yang manakah yang dipengaruhi.
Secara positif, hal tersebut tentu dapat dinilai sebagai sebuah kemajuan di mana adanya sarana perekat antara setiap individu dengan individu lainnya tanpa harus terkendala oleh ruang dan waktu lagi. Manusia dari mana pun dapat saling berkabar dan menyampaikan apa pun kepada manusia di belahan bumi yang lain.
Namun bila dilihat dari pengamatan kritis, hal ini dapat pula menjadi sarana pemecah belah keharmonisan dan kerukunan yang telah lama ada. Sebab siapa pun, tanpa mengenal usia dan dari belahan bumi mana pun dapat menyampaikan apa pun tanpa adanya sebuah filter. Tentunya hal ini rentan menjadikan sebuah gesekan dan konflik hadir secara nyata di tengah tengah masyarakat kita. Sebuah ancaman yang serius bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan rumah bagi besar bagi keberagaman yang ada.
Selilit Persoalan dan Langkah Bijak
Secara umum persoalan gesekan dan konflik itu terjadi sebagai akibat dari dua hal, Yang pertama adalah gampangnya media menggiring opini publik yang ada. Disadari atau tidak, semua pihak sebenarnya telah mengiyakan hal tersebut. Hanya dengan sekali enter, share atau pun click segala macam hal dapat dilihat, dibaca bahkan hingga dirasakan pihak lain. Terkadang malah kehidupan nyata kita dibentuk oleh dunia maya internet.
Sebuah konflik yang sebelumnya tidak ada di kehidupan nyata dapat hadir sebagai imbas dari perdebatan di dunia maya internet. Awalnya hanya dengan melihat ataupun membaca sebuah informasi di sosial media, kemudian menggerakkan fikiran dan perasaan pembaca tersebut untuk mencoba melakukan sesuatu. Alur yang demikian menjadi gambaran di mana mudahnya pantikan-pantikan kecil tersebut menjadi sebuah gesekan dalam kehidupan kita.
Yang kedua, seringnya penggunaan perspektif di mana informasi dianggap sebagai semacam “pengetahuan tunggal” yang mutlak kebenarannya. Hanya dengan mengetahui informasi dari satu sisi, kebanyakan dari kita merasa telah mengetahui segalanya dan siap mengadili pihak lainnya. Seolah olah sudah tertutup kemungkinan melihat persoalan tersebut dari sudut pandang yang lain. Kita tidak membuka ruang dengar dan ruang baca bagi informasi yang berbeda untuk menjadi referensi bagi kita.
Berangkat dari “pengetahuan tunggal” tersebut, Masyarakat kemudian dengan gampangnya memberikan tafsiran dan argumen terhadap persoalan yang ada. Tafsiran masyarakat atas perspektif informasi semacam itu berpotensi menimbulkan reaksi terhadap persoalan yang ada. Kita telah mengetahui bersama bahwa kecenderungan masyarakat Indonesia yang reaksioner selalu menjadi lahan empuk bagi setiap pengalihan isu atau pun upaya provokasi dari pihak pihak yang ingin mengambil keuntungan.
Langkah Cerdas Bermedia
Melihat hal ini seyogyanya kita harusnya mulai belajar bijaksana dalam mengupayakan kecerdasan dalam menggunakan media agar dapat mengeluarkan selilit yang ada tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menanamkan tiga hal utama. Pertama, semua media adalah sarana untuk menggiring opini. Pemahaman ini bertujuan untuk memberikan koridor kepada kita agar terlepas dari pemahaman bahwa media adalah jalan kebenaran dan mulai berfikir bahwa media hanyalah sarana menggiring opini dengan menggunakan sejumlah data yang ada.
Kedua, perbedaan opini merupakan sebuah kebebasan yang sejatinya menyajikan representasi kesejatian manusia yang berwarna-warni. Adalah sebuah kewajiban bagi sikap dan pemikiran kita dalam menghormati cara pandang yang berbeda tersebut. Dengan menghormati pendapat yang berbeda menjadikan kita memberikan penghargaan yang penuh kepada pihak lain sebagai manusia.
Ketiga, membaca adalah jalan keluar untuk terlepas dari belenggu kebodohan. Dalam berbagai ajaran agama, perintah untuk belajar merupakan sebuah langkah terjal untuk melepaskan diri dari ketidaktahuan atau pun kesalahpahaman. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan membaca. Semakin banyak kita membaca, maka semakin kaya pula kita akan warna-warni pendapat dalam melihat sebuah kenyataan. Sehingga tidak gegabah mengambil sebuah keputusan.
Dengan langkah langkah umum semacam ini, masyarakat kita tentu dapat lebih cerdas dalam melihat kondisi yang ada. Sehingga, pada gilirannya dapat terhindar dari berbagai upaya pihak oportunis yang ingin merusak tatanan kebangsaan dan keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia.
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…