Narasi

Lebaran, Persatuan dan Persaudaraan

Lebaran tahun 2023 jatuh pada hari yang berbeda. Versi Muhammadiyah (dengan metode hisabnya) lebaran 2023 jatuh Jumat 21 April. Sedangkan versi Pemerintah dan NU, lebaran 2023 jatuh pada Sabtu 22 April. Perbedaan ini nyaris terjadi di setiap tahunnya. Artinya, bukan tahun ini saja perbedaan itu terjadi. Karena itu, dalam hemat penulis, perbedaan waktu lebaran itu adalah hal lumrah dan wajar-wajar saja, yang tidak perlu dipersoalkan.

Oleh sebab itu, dalam tulisan ini, penulis hendak mengajak segenap sidang pembaca agar menyikapi perbedaan waktu lebaran atau Hari Raya Idul Fitri itu secara dewasa. Menyikapi perbedaan waktu lebaran secara dewasa dimaksud, artinya kita harus sama-sama saling menghargai satu sama lain. Artinya, terkait waktu lebaran, tidak boleh ada yang paling merasa benar sehingga merasa berhak menyalahkan yang lain, yang berbeda dengan kita.

Lebaran adalah momentum bagi kita semua untuk menguatkan silaturahmi dan persaudaraan sesama umat Islam ataupun sesama warga bangsa. Karena itu, jangan nodai pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri dengan konflik dan kebencian hanya karena perbedaan waktu pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri. Perbedaan yang terjadi adalah hal yang wajar. Karena itu, janganlah perbedaan itu dijadikan alasan untuk menebar kebencian dan permusuhan.

Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri mengajarkan kita untuk saling bermaaf-maafan, meredam amarah, dan melupakan konflik dan pertikaian yang pernah terjadi. Bukan untuk saling bermusuh-musuhan satu sama lain. Karena itu, adalah rugi bila kita menjadikan Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri sebagai ajang menebar kebencian dan permusuhan kepada sesama hanya karena perbedaan waktu pelaksanaan Lebaran Hari Raya Idul Fitri.

Momentum Menguatkan Silaturahmi dan Persaudaraan di Tahun Politik

Perbedaan politik di tahun-tahun lalu telah memecah belah bangsa ini ke titik yang paling mengerikan. Satu sama lain saling bermusuhan, membenci, dan mencaci maki hingga tak kenal sanak-saudara sendiri. Karena itu, jika politik telah memecah belah kita, lebaran atau Hari Raya Idul Fitri harus menyatukan kita dalam keharmonisan dan kedamaian. Lebaran adalah momen yang bebas nilai. Karena itu, jangan kotori momen lebaran dengan nilai-nilai yang tidak perlu, tidak penting, dan tidak menyegarkan bagi kehidupan ini.

Tak ada yang lebih indah dari kebersamaan dan kedamaian. Kedamaian dan kebersamaan akan mengantarkan kita pada kebahagiaan sosial yang hakiki. Sementara permusuhan dan pertikaian hanya akan mengantarkan kita pada kesengsaraan dan kehancuran secara sosial. Sepanjang sejarah manusia, tidak ditemukan bahwa permusuhan dan pertikaian dapat mengantarkan umat manusia pada kebahagiaan sejati.

Karenanya, dengan hal itu, sudah merupakan keniscayaan (keharusan) bagi kita semua untuk menjadikan lebaran atau hari raya Idul Fitri sebagai momentum untuk menguatkan Persatuan dan persaudaraan sesama umat Islam ataupun sesama warga bangsa. Sudah saatnya bagi kita semua untuk saling memaafkan dan menghargai satu sama lain dalam perbedaan. Bermusuh-musuhan hanya karena berbeda adalah kekonyolan, lebih-lebih hanya karena perbedaan waktu pelaksanaan lebaran yang mana hal itu memang lumrah terjadi.

Sekali lagi, perbedaan waktu lebaran hanyalah persoalan kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan. Karena itu, adalah keharusan bagi kita semua untuk mengakhiri perseteruan ini. Sebab, selain sangat tidak elok, tahun 2023 adalah tahun politik. Di mana, masalah-masalah kecil, sering kali dimanfaatkan oleh kelompok politik partisan tertentu untuk mencari dukungan sekaligus keuntungan. Kita tak ingin hal itu terjadi, bukan?

This post was last modified on 21 April 2023 8:21 PM

Alfie Mahrezie Cemal

Recent Posts

Mengapa Anak Rentan Terpapar Paham Kekerasan?

Fenomena terpaparnya 110 anak usia 10–18 tahun oleh paham radikal-terorisme, sebagaimana ditemukan Densus 88 melalui…

3 hari ago

Mengapa Anak-Anak Sangat Menyukai Konten Provokatif? Ini Penyebabnya!

Minat anak dan remaja terhadap konten provokatif kini semakin terlihat jelas. Video tawuran yang dianggap…

3 hari ago

True Crime Community; Bagaimana Telegram Menjadi Paltform Penyebar Kekerasan Mimetik?

Kepala BNPT Komjen Edy Hartanto menyebut bahwa pelaku pemboman di SMAN 72 Jakarta mengakses konten…

3 hari ago

Teror Tak Kasat Mata: Menghadapi Virus Ideologi yang Menginfeksi Nalar Siswa

Kita sedang berada di fase sejarah di mana "ruang aman" adalah sebuah kemewahan yang nyaris…

4 hari ago

Dari Layar ke Liyan; Anak dalam Jeratan Metamorfosis Radikalisme Digital

Di zaman ketika jari lebih cepat dari nalar, bangsa ini menghadapi ujian yang lebih berbahaya…

4 hari ago

Guru Tidak Lagi Hanya Soal Transmisi Ilmu, tetapi juga Transmisi Makna

Kita sedang menghadapi sebuah paradoks besar dalam dunia pendidikan. Generasi muda kita kini memiliki akses…

4 hari ago