Sebagai sebuah bangsa yang besar, Indonesia sesungguhnya telah dilengkapi dengan deretan aturan yang menjamin warganya tetap aman dan tenang, termasuk aman dan tenang dalam menjalankan keyakinan agamanya. Namun demikian, walaupun ada jaminan konstitusi, sikap intoleransi masih terlalu sering dijumpai di sana-sini. Sikap mau menang sendiri tersebut dibedakan berdasarkan empat kriteria:
Pada intoleransi yang pertama, sikap intoleransi didasarkan atas ketakutan kelompok mayoritas akan berkembangnya agama kelompok minoritas. Pada intoleransi ke dua, sikap intoleransi terkait persoalan yang dianggap pokok aqidah dalam agama yang sama (satu agama). Pada intoleransi ke tiga, sikap intoleransi terkait sosial politik. Dan ke empat sikap intoleransi terkait persoalan yang dianggap penodaan agama.
Sikap intoleransi tersebut ternyata terjadi di semua kalangan, suku, agama, ras, dan golongan. Menariknya lagi, pelaku intoleransi didominasi oleh golongan keagamaan mayoritas.
Intoleransi terjadi karena terjadi kegagalan sistemik pada beberapa aspek yaitu:
Dalam melihat toleransi di Indonesia perlu cara pandang atau paradigma baru serta konsensus bersama dalam menetapkan dan menanamkan toleransi sebagai bagian penting dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Paradigma baru tersebut menekankan kepada aspek penghargaan terhadap keragaman budaya, agama dan cara pandang yang berbeda yang ada di masyarakat. Paradigma baru tersebut salah satunya dibangun melalui pendidikan.
Ada banyak analisis dari para pakar tentang akar masalah dari peristiwa kekerasan tersebut. Salah satunya adalah disebabkan menipisnya rasa toleran antar sesama anggota masyarakat. Sekelompok masyarakat atau individu memiliki pandangan yang berbeda dan menganggap benar pandangannya, dan memandang salah apa yang menjadi pandangan orang lain atau kelompok lain yang tidak sepaham atau tidak sejalan.Anggapan salah terhadap pandangan orang lain tersebut kemudian dimanifestasikan dalam bentuk penolakan. Bentuk penolakan terhadap kelompok yang berbeda tersebut kadang dilakukan dengan cara-cara yang tidak demokratis bahkan menjurus anarkis. Hal inilah yang kemudian menimbulkan konflik horizontal dikalangan masyarakat sendiri.
Barangkali tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika game online dapat menjadi media dakwah. Game online kerap…
Ada sebuah diktum yang meresahkan bagi kaum santri saat ini, yaitu bahwa untuk menjadi modern,…
Di Tegalsari, Ponorogo, terdapat sebuah pesantren yang, dalam catatan Bruinessen (1995), merupakan pesantren tertua dalam…
Hari Santri Nasional tahun ini diperingati di tengah kontroversi seputar tayangan Xpose Uncencored Trans7 yang…
Santri kerap diidentikkan dengan kelompok muslim tradisional yang kuno, kolot, bahkan ortodoks. Santri juga kerap…
Kaum santri barangkali adalah kelompok yang paling tepat untuk menyandang gelar Rausyanfikr. Istilah Rausyanfikr dipopulerkan…