Narasi

Maulid Nabi sebagai Berkah bagi Semua Komunitas Beragama

Tahun ini, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada tanggal 16 September 2024. Ini merupakan peringatan Maulid Nabi SAW yang ke-1446 Hijriah, yang dirayakan setiap tanggal 12 Rabiulawal dalam kalender Hijriah umat Islam.

Di kota Jogjakarta, umat-umat muslim juga turut berbagi kebahagiaan bersama umat beragama lainnya. Salah satunya adalah acara makan bersama yang diadakan oleh Kafe Basa-basi. Pemilik kafe Basa-basi, Edi Mulyono memutuskan untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW dengan cukup berbeda. Saudagar asal Madura, Jawa Timur tersebut mempersilahkan khalayak untuk menikmati makan dan minum secara gratis di seluruh kafe miliknya yang tersebar di Yogyakarta, enam cabang Kafe Basa-basi, satu Kafe Leha-leha, dan satu Kafe Main-main.

Acara makan bersama di kafe-kafe milik Edi Mulyono menjadi momen yang sangat membahagiakan bagi warga Yogyakarta, terkhususnya kalangan mahasiswa seperti saya. Selama tinggal di Yogya sejak 2022, sampai saat ini, saya sudah tiga kali ikut merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, Maulid Nabi Muhammad SAW adalah berkah bagi banyak orang.

Biasanya, saya mengikuti acara di kafe-kafe bersama teman-tema kelas. Saya, seorang kristen, dan teman-teman saya yang juga beragama non-muslim juga ikut merasakan kebahagiaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Lebih lanjut, saya melihat bahwa acara makan bersama untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW diikuti oleh semua beragama. Yang menariknya, acara Maulid di Kafe Basa-basi juga menjadi momen  dialog beragama. Selama makan bersama, teman-teman saya menceritakan tentang kisah-kisah perjuangan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, saya juga ikut belajar tentang ajaran Islam bersama teman-teman yang lain.

Berangkat dari perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Yogya, saya memahami bahwa perayaan tersebut memberi tiga pesan penting bagi umat beragama. Pertama, Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen inklusif. Setiap komunitas beragama dapat merayakannya sebagai bagian dari cara berbagi kebahagiaan bersama sahabat-sahabat Muslim. Menurut Edi Mulyono, acara makan Bersama menjadi salah satu manifestasi dari Islam rahmatan lil alamin yang selalu dipromosikan Rasulullah. Oleh karena itu, acara Maulid Nabi di kafe Basa-basi menjadi bentuk kongkret praktik ajaran Islam yang turut dirasakan bersama oleh berbagai komunitas beragama

Kedua, seperti yang terjadi di Jogja, perayaan Maulid Nabi memiliki bentuk kebahagiaan kongkret dalam bentuk ramah-tamah bersama. Keinginan pemilik kafe basa-basi untuk memberi makan gratis menjadi sebuah momen untuk berbagi kebagian pada semua umat. Sang pemilik kafe menjadi penyalur berkah bagi sesama. Mungkin akan ada orang yang menyatakan bahwa perayaan di kafe basa-basi adalah bentuk promosi. Pada satu titik, pandangan itu benar. Pada titik lain, bentuk kebahagiaan para pengunjung, termasuk saya, menyatakan bahwa promosi bukan alasan tunggal dan kebahagiaan bersama adalah faktor penting dari perayaan Maulid Nabi di Yogyakarta.

Ketiga, yang paling menarik menurut saya, Maulid Nabi Muhammad SAW di Yogya menjadi momen dialog antar umat beragama. Melalui acara makan bersama, saya turut mempelajari makna Maulid dan juga perjuangan-perjuangan Nabi Muhammad SAW pada zamannya. Secara umum, kafe Basa-basi juga melakukan pendidikan publik dengan mengundang para pembicara-pembicara ternama. Tahun 2022, pemilik kafe Basa-basi mengundang Habib Husein Ja’far sebagai pembicara pada makan bersama. Pada waktu itu, Husein Ja’far mengatakan bahwa pesta Maulid di Kafe menjadi momen bagi kita untuk meruntuhkan tembok pemisah antar umat beragama.

Akhir kata, saya sendiri melihat bahwa Maulid Nabi Muhammad SAW penting kita pahami sebagai momen kebahagiaan semua agama. Melalui momen ini, kita perlu memperkuat toleransi antar umat beragama dan berbagi kebahagiaan bagi setiap orang, dalam bentuk yang paling konkret, melalui hal yang paling kecil sekali pun seperti makanan.

Jear N. D. K. Nenohai

Recent Posts

Memahami Dua Sisi Nabi Muhammad; Antara Misi Profetik dan Peran Domestik

Membaca kisah hidup Rasulullah, kita akan dihadapkan pada sosok yang memiliki dimensi kehidupan yang dualistik.…

2 menit ago

Potret Demografi Yatsrib pra-Islam, dan Madinah Pasca Hadirnya Rasulullah

Jika Nabi Muhammad adalah figur yang menyemai bibit Islam di tanah Arab pada masa itu,…

4 menit ago

Tiga Nilai Maulid ala Nusantara; Religiusitas, Kreativitas, Solidaritas

Menurut catatan sejarah, perayaan Maulid Nabi Muhammad secara besar-besaran muncul pertama kali di Mesir pada…

23 jam ago

Muhammad dan Kehidupan

Konon, al-Ghazali adalah salah satu ulama yang memandang sosok Muhammad dengan dua perspektif, sebagai sosok…

1 hari ago

Meneladani Nabi Muhammad SAW secara Kaffah, Bukan Sekedar Tampilan Semata

Meneladani Nabi adalah sebuah komitmen yang jauh melampaui sekadar tampilan fisik. Sayangnya, sebagian kelompok sering…

1 hari ago

Warisan Toleransi Nabi SAW; Dari Tanah Suci ke Bumi NKRI

Toleransi beragama adalah energi lembut yang dapat menyatukan perbedaan. Itulah kiranya, salah satu ajaran mulia…

2 hari ago