Keagamaan

Memahami Indikasi Orang Terpapar Virus Radikalisme

Kadang orang terdekat pun tidak menyadari bahwa seseorang telah terpapar virus radikal terorisme. Dalam banyak kasus, kejadian aksi terorisme tidak hanya menyisakan rasa tidak aman, tetapi juga rasa kaget. Tetangga bahkan keluarga menjadi kaget kenapa seseorang yang ia kenal melakukan aksi teror.

Inilah yang perlu disadari sejak awal bahwa terorisme yang menghasilkan tindakan brutal bukan terjadi secara instan. Ada proses seseorang mengadopsi pandangan dan paham radikal yang mempengaruhi tindakannya. Ukuran deteksi radikalisme tentu saja tidak bisa dilihat dari tampilan atau pakaian. Walaupun dalam banyak kasus, tampilan merupakan ekspresi dari cara pandang seseorang.

Deteksi virus radikalisme paling mungkin bisa dilihat dari dua aspek pandangan atau keyakinan dan Tindakan atau perilaku. Dalam aspek pandangan dan keyakinan ada beberapa cara untuk mengamati seseorang terpapar virus radikalisme. Gejalanya bisa dilihat dari beberapa pernyataannya.

Pertama, indikasi ideologis. Secara ideologis orang terpapar akan selalu tidak sepakat dengan ideologi yang ada saat ini. Ia akan menganggap ideologi negara bertentangan dengan apa yang diyakini. Baginya, pandangan yang benar adalah keyakinan tentang ideologi yang sedang diperjuangkan. Dalam fase ini seseorang bisa dilihat dari pernyataannya yang muncul baik secara langsung maupun secara online.

Kedua, pandangan monopoli kebenaran. Orang yang sedang terpapar virus radikalisme bukan hanya merasa dirinya benar, tetapi merasa paling benar dengan menyalahkan pandangan orang lain. Narasi yang keluar untuk diamati adalah narasi sesat, kafir, atau bid’ah terhadap mereka yang berbeda pandangan. Orang yang sudah terpapar akan sangat mudah emosional ketika melihat perbedaan.

Ketiga, narasi heroisme berlebihan. Orang yang sedang terpapar seolah merasa terpanggil sebagai orang yang ingin melakukan perjuangan. Ia menjadi terpanggil untuk melakukan perubahan menurut ideologi yang mereka perjuangkan. Karena secara ideologis dan monopoli kebenaran sudah tersimpan, ia merasa dirinya harus berjuang untuk menegakkan kebenaran dan menghancurkan hal yang berbeda. Dalam hal ini, mereka sudah mempunyai imaji musuh yang harus dilawan.

Setelah melihat pada aspek pandangan, orang yang sudah terpapar paham radikal juga bisa diamati dari perilaku dan tindakannya. Tentu hal ini untuk memperkuat dalam aspek pandangan. Dalam aspek perilaku ini ada beberapa yang bisa diamati.

Pertama, perilaku sangat ekslusif. Mereka memandang dunia luar sebagai ancaman. Karena itulah, mereka memilih untuk tidak bergaul dengan yang berbeda karena akan merasa akan terkotori keyakinannya dengan perbedaan.

Kedua, perilaku fanatik buta. Mereka menutup diri untuk mengambil pengetahuan dari yang lain. Baginya kebenaran hanya dari satu sumber dari tokoh yang ia kagumi. Tidak ada kebenaran di luar itu.

Ketiga, perilaku intoleran. Mereka tidak akan senang dengan perbedaan. Bagi mereka semua yang berbeda adalah salah, sekalipun keluarga sendiri. Perilaku ini bisa diamati ketika seseorang mulai tidak senang dengan lingkungannya dan memilih hanya bergaul dengan komunitasnya atau selalu menutup diri dalam lingkungan sosial.

Keempat, perilaku reaktif dan emosional. Mereka yang sudah terpapar akan menunjukkan perilaku yang reaktif dan emosional ketika melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Pernyataan kasar dan menghujat adalah ciri dari perilaku ini yang seolah dirinya sedang berjuang untuk memperbaiki keadaan.

Dari gejala pandangan dan perilaku ini, masyarakat bisa melakukan deteksi dini terhadap tetangga, saudara, anak ataupun orang tua yang sudah mulai terpapar paham radikal. Seberapapun mereka menyembunyikan virusnya, ia akan teramati dengan mudah dari gejala pandangan dan perilakunya.

Tentu saja, pandangan dan perilaku di atas belum memastikan diri seseorang akan mengambil jalan kekerasan atau teror. Hanya menunggu waktu dan momentum yang menggerakkan. Artinya, orang yang sudah terpapar virus radikalisme akan mudah terjangkit gerakan dan jariangan terorisme.

This post was last modified on 30 November 2022 2:15 PM

Imam Santoso

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago