Budaya

Membangun Anak Bangsa yang Lebih Bijaksana

Anak-anak adalah harapan utama di masa depan. Bukan saja sebagai harapan keluarga sebagai pelanjut generasi dalam keluarga, tetapi juga sebagai harapan bangsa dan negara sebagai pelanjut perjuangan di masa yang akan datang.

Tidak mengherankan jika setiap elemen memberikan perhatian kepada anak-anak bukan saja intitusi keluarga itu sendiri, tetapi juga pemerintah dan organisasi-organisasi lokal dan internasionl. Semuanya memberikan perhatian yang cukup tinggi dalam upaya memberikan perlindungan dan kelangsungan hidup terhadap anak-anak mulai dari kesehatan, lingkungan sekitar, hak asasi anak dan lain sebagainya. Sudah banyak aturan dan undang-undang yang mengatur demi kelangsungan hidup dan masa depan anak.

Agamapun turut memberikan perhatian tinggi terhadap agama termasuk Islam. Islam bahkan menempatkan posisi anak sangat penting dalam keluarga dan menjadikannya sebagai ujung tombak keberhasilan sebuah keluarga dan pribadi muslim. Setiap keluarga diwajibkan memberikan pendidikan dan pengetahuan kepada anak-anaknya serta mengharuskan memberikan pendidikan moral supaya kelak ketika dewasa menjadi seorang yang berguna, bukan saja bagi keluarganya, tetapi juga bagi bangsa dan negara serta agamanya.

Islam menjadikan anak-anak sebagai titipan dan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dibina dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya jika keluarga tidak memberikan perhatian dan tanggungjawab terhadap anak-anaknya, konsekuensinya akan menjadi beban orang tua di kemudian hari.

Posisi anak yang begitu penting dalam agama dan negara menunjukkan bahwa seseorang memiliki tanggungjawab yang begitu tinggi terhadap anak-anak baik sebagai bagian dari kedua oranag tua anak maupun sebagai bagian dari masyarakat atau bangsa dan negara. Semua pihak memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap kehidupan anak-anak itu dengan memperhatikan semua peraturan dan undang-undang serta syariat agama yang dianutnya.

Lalu bagaimana membina anak dengan sebaiknya-baiknya dan seperti apa pembinaan anak yang paling ideal bagi anak baik sebagai individu yang beragama maupun sebagai manusia yang berbangsa dan bernegara?

Pada dasarnya jika kita memperhatikan secara seksama, pemerintah melalui beberapa institusinya telah menetapkan metoda dan bimbingan dalam membina anak-anak mulai dari sistim pendidikan anak yang harus dilakukan di setiap intitusi pendidikan rendah dan menengah hingga sejumlah peraturan yang dibuat pemerintah serta organisasi-organisasi yang memberikan perhatian tinggi terhadap anak. Semestinya sebagai bangsa Indonesia dan pemeluk agama kita ikuti aturan dan patuhi sistim itu sehingga anak-anak kita bisa menjadi anak bangsa yang baik.

Yang patut kita sadari bahwa membina anak-anak dengan cara mengajarkan kekerasan atau mendoktrin sebagai komunitas yang paling baik adalah sebuah kekeliruan sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini di mana sejumlah orang tua memberikan pendidikan kepada anak-anaknya untuk berlatih ibaratnya sebagai seorang militer ISIS yang siap menjadi syahid demi ISIS dan melawan pemerintah negaranya. Bentuk pendidikan anak seperti ini bukanlah yang ideal bahkan menurut hemat kami adalah sebuah kekeliruan yang paling parah karena telah mengajarkan kepada anak-anaknya sebuah pelajaran yang semestinyaa tidak diajarkan kepada anak-anak yang otaknya masih bersih, putih dan siap menerima pendidikan yang lebih baik dan ilmu pengetahuan yang luas serta wawasan yang lebih maju, bukan malah mendoktrin atau mengajarkan kekerasan.

 

This post was last modified on 26 Mei 2016 9:57 AM

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Share
Published by
Suaib Tahir

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

9 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

9 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

9 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

9 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

1 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

1 hari ago