Narasi

Membongkar Misi JAD; Menjadikan Nusantara Sebagai Provinsi Resmi ISIS

Jamaah Ansharud Daulah alias JAD tidak bisa dianggap sepele. Organisasi yang didirikan oleh Oman Abdurrahman pada tahun 2015 ini merupakan payung besar yang menaungi sejumlah sel ekstremis lokal yang berafiliasi ke ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria). Oman sendiri menyatakan sumpah setia alias baiat pada pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi dari dalam penjara.

Secara genealogis, kemunculan JAD sebenarnya dapat dilacak dari sejumlah organisasi ekstremis lain yang telah eksis sebelumnya. JAD dibentuk dengan beragam anasir kelompok, antara lain para simpatisan NII (Negara Islam Indonesia), pecahan dari JAT (Jamaah Ansharut Tauhid), para mantan anggota Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang telah bubar, dan para simpatisan Front Pembela Islam alias FPI yang mengalami radikalisasi ke titik ekstrem.

Dalam perkembangannya, JAD bertransformasi menjadi organisasi semi-terbuka. Anggota dan simpatisannya tidak terikat secara resmi, atau berbaiat secara langsung. JAD mirip seperti sebuah brand dimana setiap individu atau kelompok ekstrem mengidentifikasikan dirinya sebagai pendukung Negara Islam, kakhalifahan ISIS atau daulah islamiyyah.

Lantaran bersifat semi terbuka, anggota JAD menjadi sulit diidentifikasi dan dikalkulasi secara pasti. Berapa jumlahnya, berdomisili dimana, dan berasal dari latar belakang demografis seperti apa tidak ada data yang benar-benar pasti.

Secara ideologis, JAD cenderung memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelompok teror sebelumnya, terutama Jamaah Islamiyyah. Karakteristik JAD dapat diidentifikasi dari sejumlah poin penting.

Pertama, ketimbang JI, JAD tidak memiliki struktur organisasi yang rapi dan sistematis. Struktur organisasi di tubuh JAD cenderung acak, bahkan ada semacam friksi dan perpecahan internal di dalamnya. Namun, justru perpecahan internal ini yang kerap menyulitkan aparat keamanan untuk membongkar jaringan JAD secara keseluruhan.

Kedua, doktrin amaliyah JAD mirip dengan ISIS dimana aksi teror atau kekerasan bertujuan untuk memberikan syafaat alias keselamatan bagi keluarga dan orang terdekat. Doktrin JAD meyakini bahwa pelai teror dapat memberikan syafaat kelak di hari kiamat dan hari kebangkitan.

Ketiga, mirip dengan strategi ISIS, JAD cenderung menarget kelompok anak muda dan remaja sebagai anggota dan simpatisannya. Mayoritas anggota JAD yang tersebar di wilayah Indonesia tergolong dalam usia muda. Mereka inilah yang dipersiapkan sebagai mujahid atau jihadis yang berani dan rela melakukan apa saja demi mewujudkan agenda politis dan ideologis JAD.

Keempat, berbeda dengan JI yang lebih menempatkan laki-laki sebagai prioritas dan motor utama gerakan, JAD justru memberikan ruang bagi perempuan untuk terlibat langsung sebagai pelaku amaliyah atau eksekutor teror lapangan. Belakangan, kian banyak perempuan menjadi pelaku aksi teror. Sebut saja salah satunya yakni Zakiyah Aini yang menyerang Mako Brimob. Zakiyah diketahui berafiliasi dengan JAD dan merupakan simpatisan ISIS.

Kelima, model gerakan ekstrem JAD sangat mirip dengan ISIS, yakni mengandalkan doktrin “berjihad dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja, dan menyasar apa saja”. Di masa jayanya, doktrin ISIS selain mengajak bergabung ke Suriah adalah menyeru seluruh simpatisannya untuk melakukan amaliyah di wilayah masing-masing dengan logistik seadanya dan menyasar siapa saja (terutama aparat pemerintah dan kaum minoritas). Doktrin ini diterjemahkan oleh JAD ke dalam aksi teror tunggal (lone wolf terrorism) yang dilakukan secara acak, amatir, dan cenderung tanpa perencanaan matang.

Terakhir, dan ini salah satu misi yang termasuk paling berbahaya adalah menjadikan Nusantara alias Indonesia sebagai provinsi resmi ISIS. Artinya, JAD ingin menjadikan Indonesia sebagai bagian dari kekhalifahan ISIS yang berpusat di Suriah dan Irak.

Misi ini sempat populer di kalangan anggota dan simpatisan JAD di media sosial. Bagi anggota JAD, Indonesia merupakan kekhalifahan jauh ISIS yang kelak akan menjadi sentra kekuasaan khilafah Islam di Asia Tenggara. Sebuah keyakinan yang berbahaya jika diikuti oleh banyak orang.

Bisa dikatakan bahwa JAD adalah representasi ISIS di Indonesia. Eksistensi mereka dibangun di bawah tanah alias underground. Selain itu, mereka aktif menyusup ke media sosial dan menebar narasi-narasi adu domba.

Pola adu domba JAD ini sebenarnya khas dan sangat mudah dikenali. Antara lain, mereka selalu menebar fitnah pada pemerintah. Apa pun kebijakan pemerintah akan dinilai salah dan bertentangan dengan ajaran Islam.

Selain itu, mereka juga melabeli aparat keamanan dan kelompok minoritas sebagai penghalang utama tegaknya syariah dan khilafah. Maka, dua kelompok itu (aparat dan minoritas) harus dimusnahkan demi tegaknya syariah dan khilafah.

Tidak kalah berbahayanya adalah menuding Pancasila dan UUD 1945 sebagai sistem hukum buatan kafir thaghut yang bertentangan dengan Islam. Pancasila dan UUD adalah produk manusia yang harus diganti dengan sistem hukum yang islami berdasar Alquran dan Sunnah.

Belakangan mereka juga menuding agenda moderasi beragama yang digencarkan pemerintah sebagai upaya untuk melemahkan Islam. Moderasi beragama dianggap sebagai proyek Barat agar umat Islam menjadi jinak dan tunduk pada kepentingan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang dicap anti Islam.

Kita patut waspada pada strategi dan adu domba JAD di media sosial. Segala narasi negatif terutama yang mendeskreditkan aparat pemerintahan, kaum minoritas, ideologi dan konstitusi negara, serta agenda moderasi beragama harus ditolak dan dilawan.

Siti Nurul Hidayah

Recent Posts

Benarkah Islam Nusantara dan Moderasi Beragama Adalah Agenda Barat untuk Melemahkan Islam?

Kelompok ekstremis itu bergerak di dua ranah. Ranah gerakan yang fokus pada perencanaan dan eksekusi…

4 jam ago

Migrasi ISIS ke Ranah Virtual: Bagaimana Ikonografi Menjadi Medium Pencitraan Ekstremisme?

Beberapa hari lalu, Detasemen Khusus 88 menangkap empat terduga terorisme di Sumatera Utara. Keempatnya diketahui…

4 jam ago

Game Online dan Soft Propaganda: Waspada Cara Baru Meradikalisasi Anak

Perubahan strategi terorisme di Indonesia dan secara global telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Mereka…

3 hari ago

Densus 88 Tangkap 4 Pendukung ISIS Penyebar Propaganda Terorisme di Medsos; Bukti Terorisme Masih Nyata

Penangkapan empat pendukung ISIS di Sumatera Barat dan Sumatera Utara oleh Detasemen Khusus (Densus) 88…

3 hari ago

Strategi Perlindungan Ketika Game Online Menjadi Gerbang Radikalisme

Di tengah riuhnya perkembangan teknologi digital, terselip kenyataan pilu yang dialami oleh anak generasi muda…

3 hari ago

Isu Radikalisme Daring Sebagai Proyek; Meluruskan Logika Berpikir Kaum Konservatif

Terorisme itu proyek Barat untuk melemahkan Islam. Isu radikalisme online itu sengaja digemborkan untuk proyek…

4 hari ago