Narasi

Benarkah Islam Nusantara dan Moderasi Beragama Adalah Agenda Barat untuk Melemahkan Islam?

Kelompok ekstremis itu bergerak di dua ranah. Ranah gerakan yang fokus pada perencanaan dan eksekusi teror lapangan. Serta ranah wacana dan propaganda yang fokus pada produksi opini di ruang publik, terutama kanal-kanal maya.

Jika di ranah gerakan, kelompok ekstrem sibuk menyiapkan logistik, mencari sumber pendanaan, memetakan target, dan sebagainya, maka di ranah wacana dan propaganda kelompok ekstrem sibuk mem-framing sebuah isu dengan tujuan mendelegitimasi dan mendeskreditkan pihak yang dianggap musuh.

Selama ini, ada tiga pihak yang dipersepsikan sebagai musuh oleh kaum ekstremis. Pertama, aparat keamanan terutama polisi, yang dianggap sebagai penghalang utama agenda kelompok ekstrem untuk mendirikan daulah islamiyyah dan menerapkan syariah.

Kedua, kelompok minoritas agama atau golongan selain Islam yang juga dianggap menjadi hambatan bagi penerapan syariah Islam secara kaffah. Terakhir, kelompok Islam berhaluan moderat yang cenderung kritis pada konsepsi negara Islam dan penerapan syariah sebagai hukum positif. Kelompok moderat ini kerap dicap sebagai golongan laknatullah, antek Barat, pendukung zionis, kaum munafik, liberal, dan cap negatif lainnya oleh kelompok ekstrem.

Bentuk framing yang paling umum adalah menyerang agenda moderasi beragama yang digalakkan Kementerian Agama sebagai proyek Barat untuk melemahkan Islam. Selain itu, kelompok esktrem juga mem-framing gagasan Islam Nusantara sebagai penyimpangan ajaran Islam yang murni. Islam Nusantara dianggap sebagai bentuk sinkretisme agama dan budaya yang menodai sakralitas ajaran tauhid Islam.

Jika dilihat secara obyektif, framing kelompok ekstrem terhadap agenda moderasi beragama dan gagasan Islam Nusantara ini cenderung problematik. Mari kita bongkar satu per satu dimana letak problematiknya. Pertama, tudingan bahwa moderasi beragama adalah agenda Barat yang bertujuan melemahkan Islam adalah sebuah kecurigaan tidak berdasar.

Moderat adalah karakter asli dari agama Islam, bahkan diadaptasi dari pemikiran Barat. Sejak awal, Islam adalah agama moderat, yang hadir untuk mengubah kondisi sosial politik dan budaya masyarakat Arab yang jahiliyah (uncivilized). Jadi, moderasi beragama yang digagas oleh pemerintah adalah pengejawantahan atas ajaran Islam tentang ukhuwah (persaudaraan), tasamuh (toleransi), tawazun (sikap netral), dan Ittihad alias persatuan.

Moderasi beragama bukanlah adaptasi dari konsep liberalisme ala Barat yang mendekonstruksi nilai dan prinsip agama di ruang publik. Justru sebaliknya, moderasi beragama adalah gerakan untuk menghadirkan agama di ruang publik dalam wajahnya yang santun, ramah, dan terbuka.

Kedua, tudingan bahwa moderasi beragama adalah pendangkalan akidah karena mengajak umat Islam meyakini bahwa semua agama sama adalah salah kaprah yang klise. Kerapkali, kelompok ekstrem terjebak pada argumen bahwa moderasi beragama adalah sebuah gerakan yang mengajak umat Islam untuk menganggap semua agama itu sama.

Justru sebaliknya, moderasi beragama bertumpu pada keyakinan bahwa setiap agama itu berbeda, baik secara konsep keimanan, tata cara peribadatan, simbol, dan sebagainya. Namun, perbedaan itu tidak lantas menjadikan umat beragama terpecah-belah dan saling berkonflik.

Moderasi beragama pada dasarnya mengajak umat beragama untuk memahami bahwa setiap agama itu unik, valid, dan sah (legitimated). Di ruang publik, tidak ada agama yang lebih superior dan mendapat previlese ketimbang agama lain. Semua umat beragama memiliki posisi yang setara.

Poin ketiga adalah terkait Islam Nusantara yang kerap dilabeli sebagai bentuk sinkretisme Islam dan budaya Nusantara terutama Jawa. Tudingan ini muncul karena Islam Nusantara dipopulerkan oleh Nahdlatul Ulama yang identik dengan Islam tradisional dan adaptif terhadap budaya Nusantara.

Tudingan sinkretisme itu juga salah kaprah. Islam Nusantara bukanlah ajaran atau doktrin baru yang menggabungkan antara ajaran Islam dan budaya Nusantara. Islam Nusantara tidak berpretensi melahirkan praktik ritual baru menggantikan ritual yang telah mapan sesuai Alquran, Sunnah, dan ijma ulama. Islam Nusantara adalah paradigma keislaman yang akomodatif dan adaptif terhadap kearifan lokal Nusantara. Bahkan, pada titik tertentu Islam Nusantara bisa dikatakan sebagai bentuk islamisasi budaya lokal Nusantara.

Framing terhadap moderasi beragama adalah upaya menggerus kepercayaan umat Islam terhadap pemerintahan yang sah. Ini adalah taktik khas kelompok ekstrem. Mereka paham bahwa runtuhnya kepercayaan rakyat pada pemerintah adalah awal kehancuran sebuah negara.

Sedangkan framing terhadap Islam Nusantara adalah upaya mendeskreditkan NU yang selama ini ada di barisan paling depan membendung ekstremisme agama. Di level akar rumput NU aktif menutup celah para propagandis khilafah yang membajak mimbar keagamaan untuk menyebar ideologi ekstrem. Maka, NU harus dilemahkan, salah satunya dengan mem-framing gagasan Islam Nusantara.

Sivana Khamdi Syukria

Recent Posts

Migrasi ISIS ke Ranah Virtual: Bagaimana Ikonografi Menjadi Medium Pencitraan Ekstremisme?

Beberapa hari lalu, Detasemen Khusus 88 menangkap empat terduga terorisme di Sumatera Utara. Keempatnya diketahui…

2 jam ago

Game Online dan Soft Propaganda: Waspada Cara Baru Meradikalisasi Anak

Perubahan strategi terorisme di Indonesia dan secara global telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Mereka…

3 hari ago

Densus 88 Tangkap 4 Pendukung ISIS Penyebar Propaganda Terorisme di Medsos; Bukti Terorisme Masih Nyata

Penangkapan empat pendukung ISIS di Sumatera Barat dan Sumatera Utara oleh Detasemen Khusus (Densus) 88…

3 hari ago

Strategi Perlindungan Ketika Game Online Menjadi Gerbang Radikalisme

Di tengah riuhnya perkembangan teknologi digital, terselip kenyataan pilu yang dialami oleh anak generasi muda…

3 hari ago

Isu Radikalisme Daring Sebagai Proyek; Meluruskan Logika Berpikir Kaum Konservatif

Terorisme itu proyek Barat untuk melemahkan Islam. Isu radikalisme online itu sengaja digemborkan untuk proyek…

4 hari ago

Gamer Savage; Bagaimana Melawan Narasi Ekstremisme di Platform Permainan Daring?

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mewanti-wanti bahwa penyebaran narasi radikal ekstrem telah merambah ke platfrom…

4 hari ago