Perdebatan perihal perlu tidaknya khilafah di Indonesia seharusnya tidak usah terjadi, karena ibarat warung makan yang telah memiliki masakan khasnya masing-masing, khilafah bukan ‘masakan’ yang ada di Indonesia. Meminta pemberlakuan konsep khilafah di Indonesia sama halnya dengan meminta masakan rendang di warung tegal (warteg). Tentu bukan salah warteg kalau mereka tidak bisa menyediakan masakan rendang, bukan karena para pemilik warteg tidak bisa masak rendang, tapi lagi-lagi, rendang bukanlah masakan yang warteg banget.
Indonesia telah besar dengan masakan yang terbukti sangat representatif dan efektif untuk membangun negeri ini, yakni demokrasi pancasila. Tentang khilafah, para pendiri bangsa telah sepakat untuk lebih mengedepankan penghargaan terhadap keberagaman, karenanya demokrasi pancasila lebih dipilih ketimbang khilafah yang konsepnya belum juga jelas arah.
Di Indonesia, Islam telah lama menjadi agama mayoritas, namun hal itu tidak pernah dijadikan alasan untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara. Beberapa orang memang tampak getol mengusung isu khilafah untuk menggusur konsep demokrasi pancasila, namun suara-suara itu nyatanya tidak pernah muncul ke permukaan; kebanyakan hanya mentah di bagian bawah. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat muslim Indonesia tetap dapat ber-Islam tanpa perlu mematok Islam sebagai dasar negaranya.
Dengan kata lain, Indonesia tidak butuh Khilafah, karena tanpa khilafah sekalipun, masyarakat muslim Indonesia sudah dapat ber-Islam dengan baik, bahkan mungkin lebih baik daripada negara lain yang mengklaim diri sebagai negara kekhalifahan, seperti negara virtual ala kelompok teroris ISIS.
Lagi pula, khilafah hanyalah alat atau casing untuk menegakkan hukum-hukum Islam, dan hal itu jelas sudah terwujud dalam demokrasi pancasila. Tanpa mengusung nama Islam sekalipun, ketentuan-ketentuan Islam telah dilaksanakan dengan baik dalam bingkai demokrasi pancasila. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya sedikitpun ketentuan dalam demokrasi pancasila yang bertentangan dengan ketentuan Islam. Dalam demokrasi, semua warga dipandang dan diperlakukan secara setara. Melalui demokrasi pancasila pula negara menjamin kebebasan warganya untuk beragama.
Karenanya ketika tiba-tiba ada orang yang datang ke ‘warung besar’ bernama Indonesia dan meminta rendang, orang itu jelas salah alamat! Jika memang benar-benar ingin menikmati rendang merek Khilafah, silahkan pindah ke warung lain. Reklamasi ke Kutub Utara misalnya, silahkan saja.
Para penggemar khilafah tidak boleh memaksa pemerintah Indonesia untuk memberlakukan konsep khilafah, karena negeri yang gemah ripah loh jinawi ini sudah punya ‘masakan’-nya sendiri. Dan itu bukan khilafah…
Khilafah tidak cocok untuk ‘lidah’ orang-orang Indonesia!
Bu, tambah maning jengkole!
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…
Tidak ada satu-pun calon kandidat politik dalam pilkada serentak 2024 yang hadir sebagai “wakil Tuhan”.…
Buku Islam Moderat VS Islam Radikal: Dinamika Politik Islam Kontemporer (2018), Karya Dr. Sri Yunanto…
“Energi besar Gen Z semestinya dipakai untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah. Gen Z jangan mau dibajak…
Menyedihkan. Peristiwa berdarah mengotori rangkaian pelaksanaan Pilkada 2024. Kejadian itu terjadi di Sampang. Seorang berinisial…