Keagamaan

Menganulir Komodifikasi Hadis Glorifikasi Syam

Penggulingan rezim Bashar Assad oleh Hayyat Tahrir as-Syam (HTS) banyak dipersepsi sebagai glorifikasi kota Suriah sebagai bumi Syam yang dirahmati Allah. Beberapa akun di media sosial menganggap bahwa Syam adalah tempat di mana para “mujahid” berkumpul hingga akhir zaman.

Narasi ini membangun semangat islamic brotherhood dengan mengesankan Suriah sebagai tempat hijrah umat Muslim dunia pasca diambil alih oleh HTS. Celakanya, narasi ini menarik simpati beberapa kalangan. Skenario terburuknya adalah, bakal muncul aliran yang mengajak untuk berangkat ke Suriah dengan doktrin hijrah ke Bumi Syam.

Narasi itu terjustifikasi dalam teks keislaman, utamanya dalam sabda Nabi sebagai berikut,

سَتَكُونُ هِجْرَةٌ بَعْدَ هِجْرَةٍ فَخِيَارُ أَهْلِ الْأَرْضِ أَلْزَمُهُمْ مُهَاجَرَ إِبْرَاهِيمَ وَيَبْقَى فِي الْأَرْضِ شِرَارُ أَهْلِهَا تَلْفِظُهُمْ أَرْضُوهُمْ تَقْذَرُهُمْ نَفْسُ اللَّهِ وَتَحْشُرُهُمْ النَّارُ مَعَ الْقِرَدَةِ وَالْخَنَازِيرِ

“Akan ada hijrah setelah hijrah. Maka orang-orang terbaik di muka bumi akan menuju tempat hijrah Ibrahim (Syam). Sedangkan yang tersisa di bumi (selain Syam) adalah orang-orang yang paling buruk, yang bumi akan mengusir mereka, jiwa Allah membenci mereka, dan mereka akan dikumpulkan oleh api bersama kera dan babi.”

Hijrah merupakan doktrin paling penting dalam penyebaran paham radikal di Indonesia. Melalui doktrin ini, kelompok seperti Jamaah Ansharu Syariah, Hizbu Tahrir, dan Jamaah Ansharu Daulah berhasil menarik perhatian banyak orang untuk terlibat dalam agenda mereka.

Doktrin ini disebarkan lewat media sosial, seperti Facebook, Instagram, YouTube, X, dan platform lainnyha. Doktrin ini pernah sukses menarik foreign terroris fighter (FTF) di Indonesia di periode keaktifan The Islamic State (IS), yaitu 2014-2018.

Menurut penelitian Micheal Weiss, mengutip dari buku Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis (2017) beberapa orang dinyatakan hilang dan ikut bergabung dengan IS setelah mendengar khutbah dan ceramah IS di media sosial. IS menggunakan hadis prediktif Nabi tentang hijrah ke Syam sebagai basis teologis untuk mengajak umat Islam di seluruh penjuru dunia pindah domisili ke wilayah kekuasaannya.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme  mencatat 600 warga negara Indonesia (WNI) berangkat ke Suriah. Jumlah ini meningkat dari tahun 2014, sekitar 350 orang. Terjadi penurunan pada tahun 2016. Jumlah WNI yang berangkat ke Suriah sekitar 383 orang.

Kemudian trennya meningkat selama dua tahun berturut-turut. Pada 2017 tercatat mencapai 671 orang. Pada 2018, tercatat mencapai 750 orang. Lihatlah, betapa efektifnya narasi jihad dan hijrah ini.

Hadis yang terdapat dalam Musnad Ahmad dan Sunan Abu Daud ini menunjukkan bahwa tempat terbaik hijrah adalah Syam. Bila terdapat di dalam hati niat untuk jihad, bersegeralah hijrah ke negeri Syam karena di sana merupakan tempat paling baik untuk berjihad. Pandangan Nabi terkait hijrah ke negeri Syam dipahami oleh IS agar umat Islam di berbagai belahan dunia bersegera hijrah menuju wilayah kekuasaan IS.

Dilihat dari kritis sanadnya, hadis di atas dianggap daif oleh sebagian ulama, baik riwayat yang terdapat dalam Musnad Ahmad maupun Sunan Abu Daud. Pada riwayat di Sunan Abu Daud misalnya ditemukan seorang rawi bernama Laits Ibn Abu Sulaym yang kredibilitasnya masih diragukan. Imam Al-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A’lam al-Nubala’ menyebut Laits sebagai ahli hadis Kufah, namun hafalannya tidak terlalu kuat.

Dari aspek matan dan pemahaman hadis, hadis ini tidak serta merta diartikan keharusan hijrah ke negeri Syam. Apalagi di dalam matan hadisnya tidak terdapat kata perintah (amar/insya’) dan hanya berupa informasi (khabr). Untuk memahami makna hadis di atas, perlu dikomparasikan dengan hadis-hadis lain yang berkaitan dengan tema hijrah.

Dalam hadis riwayat al-Tirmidzi misalnya, disebutkan bahwa tidak ada kewajiban hijrah setelah penaklukan kota Makkah.

لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا

“Tidak ada hijrah setelah penaklukan (Makkah), tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Jika kalian diminta untuk berangkat (ke medan perang), maka berangkatlah.” (HR. Tirmizi).

Sekilas hadis ini terlihat kontradiksi dengan pernyataan Nabi di atas. Untuk menghindari kontradiksi tersebut, kedua hadis ini perlu dipahami berdasarkan konteks masingmasing. Hadis yang menyatakan tidak ada kewajiban hijrah dikhususkan pada konteks hijrah dari Mekah ke Madinah. Setelah penaklukan kota Makkah (fathul Makkah) tidak ada lagi hijrah dari Mekah ke Madinah, karena kota Mekah sudah dikuasai oleh umat Islam.

Hadis yang lain menyebutkan,

الشَّامُ أَرْضُ الْمَحْشَرِ وَالْمَنْشَرِ

“Syam adalah tanah tempat berkumpul dan berpencar (pada hari kiamat)”

Menurut Syekh al-Idlibi, merunut sanad periwayatan hadis di atas, hadis terkait Syam di atas adalah hadis dhaif. Hadis ini berkenaan dengan Syam, yang di akhir zaman akan menjadi tempat berkumpulnya seluruh umat manusia (mahsyar). Masing-masing orang berbondong-bondong menuju Syam untuk berkumpul dan menyelamatkan diri dari api yang menggiring mereka.

Syekh al-Munajjid dalam Kitab Thuba al-Syam mengatakan bahwa ada relasi antara hadis di atas dengan hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar bahwa akan ada api yang keluar dari Hadramaut, atau dari arah laut Hadramaut sebelum hari kiamat tiba, api tersebut yang menggiring umat manusia.

Orang-orang kemudian bertanya kepada Rasulullah SAW, “(Ketika api tersebut muncul), apa titah engkau kepada kami wahai Rasulullah?” Kemudian dijawab oleh beliau, “Berkumpullah di Syam!” kemudian beliau menunjuk ke arah Syam, karena saat itu Syam adalah tempat yang paling baik bagi umat Islam dibandingkan dengan yang lainnya.

Menurut Ibnu Katsir, konteks hadis ini dikhususkan ketika hari kiamat telah tiba, di mana dunia sudah berada di penghujung riwayat. Oleh sebab itu tidak ada kaitan sama sekali, antara hadis ini dengan hadis-hadis yang mengglorifikasi Syam sebagai tempat yang tepat untuk berjihad dan berhijrah.

Mujibuddin dalam Hadis Syam Tempat Berkumpul Manusia di Akhir Zaman mengatakan bahwa hadis ini adalah satu dari banyak fenomena yang muncul di akhir zaman, oleh sebab itu pemaknaannya juga harus disesuaikan dengan fenomena-fenomena lain yang juga akan muncul di akhir zaman.

Oleh sebab itu, ihwal anjuran hijrah sebenarnya masih ada sampai kapan pun selama umat Islam tidak dapat melaksanakan kewajiban agamanya secara bebas. Pada saat menghadapi kondisi yang tidak memungkinkan melaksanakan kewajiban agama, maka hijrah ke negeri yang lebih aman sangat dianjurkan.

Shafwan Ibn ‘Uyainah, setelah masuk Islam dia dikritik oleh sebagian sahabat karena tidak ikut hijrah. Dia akhirnya mengadu kepada Nabi dan meminta pertimbangan. Nabi malah menyuruh Shafwan untuk kembali ke Mekah dan tinggal di sana, sebab sudah ditaklukkan umat Islam dan kaum Muslim bebas menjalankan kewajiban agama.

Kisah Shafwan menunjukkan bahwa anjuran hijrah yang terdapat dalam hadis Nabi harus dipahami berdasarkan konteksnya, yaitu keamanan dan kebebasan beribadah. Orang yang tidak merasa terancam dan aman seharusnya tidak ada kewajiban dan anjuran hijrah bagi mereka.

Terlebih lagi pada masa sekarang, umat Islam sudah dapat hidup berdampingan dengan non-Muslim. Di Barat sekalipun, umat Islam diberikan kebebasan dalam menjalankan ibadah dan tidak mendapat hambatan.

Menurut pakar hukum Islam Jasser Auda, klasifikasi wilayah dar al-islam (wilayah Islam) dan dar al-harb (wilayah perang) yang terdapat dalam fikih klasik perlu ditinjau kembali dan disesuaikan pada masa sekarang. Pembagian wilayah tersebut muncul dalam konteks konflik dan perperangan, sehingga umat Islam yang berdomisili di dar al-harb diajurkan pindah ke dar alislam.

Hadis daif mungkin masih diperdebatkan soal implementasi nilai-nilainya. Tetapi muatan substansi ‘hijrah’ juga perlu dipertimbangkan secara cermat. Abdul Karim Munthe dalam Meluruskan Pemahaman Hadis Kaum Jihadis (2017), mengatakan konsep teritorial fikih klasik ini tidak dapat diterapkan begitu saja pada masa sekarang tanpa dikritisi dan diperbaharui terlebih dahulu. Apalagi relasi umat beragama, baik Muslim dan nonMuslim, sudah mulai membaik dan damai.

Malahan yang terjadi sekarang justru sebaliknya, sebagian negara mayoritas Muslim di Timur-Tengah sudah tidak aman dan nyaman lagi dihuni. Perang saudara terjadi di mana-mana dan pemerintah tidak lagi melindungi dan menyejahterakan rakyatnya. Ketika berada dalam situasi seperti ini, pindah ke wilayah yang aman adalah sebuah keharusan, meskipun menetap di negara mayoritas non-Muslim, karena Islam melindungi dan menghargai nyawa manusia.

Tidak ada alasan bagi masyarakat Muslim Indonesia untuk berangkat ke Suriah atas nama hijrah, jihad, atau persatuan umat Muslim. Pemahaman yang dangkal terhadap narasi Suriah dan Bumi Syam rentan merusak persatuan nasional.

Setiap langkah kecil dalam menolak narasi provokatif adalah bentuk upaya menjaga keutuhan negeri kita. Negeri ini adalah rumah kita. Jihad kita saat ini adalah bersama-sama menjaganya tetap utuh, damai, dan berdaulat.

Gatot Sebastian

Recent Posts

Menjernihkan Realitas Konflik Politik Suriah

Jatuhnya rezim Bashar al-Ashad di Suriah rasanya terlalu simplifikatif jika dilihat lewat kacamata agama, tetapi…

6 menit ago

Indonesia Negeri Damai, Jangan Terpedaya Negara Ilusi

Di hamparan bumi yang terbentang luas ini, Indonesia adalah satu mozaik keindahan yang sulit ditandingi.…

11 menit ago

Membaca Efek Domino Kemenangan Hayat Tahrir al-Sham di Suriah terhadap Kebangkitan Radikalisme di Indonesia

Kemenangan kelompok oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dalam menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, telah memunculkan…

1 hari ago

Tidak Ada Alasan Syar’i untuk Jihad dan Hijrah ke Suriah

Konflik di Suriah telah memasuki babak baru dengan runtuhnya rezim Bashar al-Assad. Kemenangan ini diraih…

1 hari ago

Jangan Masuk Jebakan Hijrah Jilid 2 untuk Konflik Suriah: Belajar dari Kasus ISIS

Runtuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah pada 8 Desember 2024 yang lalu menjadi rentetan dari…

1 hari ago

Euforia Hay’at Tahrir Al Sham; Waspada Kebangkitan Sel Teroris Lokal

Berita mengejutkan datang dari Suriah. Secara mengejutkan pemerintahan Bassar al Assad berhasil dikalahkan oleh milisi…

2 hari ago