Narasi

Menggerakkan Aliansi Nasional Anti Narasi Konflik dan Chaos

Keadilan harus disuarakan. Nasib rakyat kecil harus diperjuangkan. Apabila ada kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada sebagian golongan, mesti mendapatkan masukan sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa tercapai. Namun, jangan sampai cara-cara yang digunakan dalam rangka menyampaikan aspirasi rakyat justru menimbulkan chaos sarat konflik.

Suasana chaos sarat konflik, oleh kelompok radikal, bisa dijadikan lahan empuk untuk bisa memenuhi syahwat kekerasan di bumi Nusantara. Mereka bisa menyusup, memprovokasi, sehingga kegaduhan dan perusakan akan semakin hebat. Mereka selalu menginginkan adanya kegaduhan di muka umum dalam rangka memuluskan cita-cita diri dan kelompok.

Dengan adanya kegaduhan yang “seakan-akan” dilakukan oleh masyarakat melalui (misalnya) demonstrasi, mereka berharap masyarakat luas meyakini bahwa pemerintahan yang ada adalah pemerintah yang gagal. Padahal, di satu sisi, kelompok radikalis juga selalu membuat narasi radikal dengan selalu mencari kesalahan pemerintah dan kelompok yang tak sejalan. Mereka terus menyuarakan penggulingan kekuasaan terhadap pemerintahan yang sah.

Dari kenyataan betapa para demonstran telah disusupi kelompok radikal sehingga timbul kerususahan di sana-sini serta adanya kelompok yang massif menyuarakan akan kegagalan pemerintahan dan penggulingan kekuasaan bisa membuat sebagian rakyat “terpesona” dan perlahan mengikuti langkah-langkahnya. Padahal, kepercayaan rakyat merupakan salah satu modal besar terhadap keberhasilan pembangunan bangsa.

Upaya-upaya radikal, baik yang secara langsung maupun penyusupan, merupakan langkah yang cukup merugikan pemerintahan dan rakyat. Pemerintah tidak bisa fokus pada cita-cita upaya kemakmuran masyarakat, dan rakyat teradu-domba sekaligus mencekam. Di sini, secara psikologis, rakyat juga akan sulit sejahtera karena tiadanya ketenangan jiwa (baik sebab lingkungan yang tidak kondusif ataupun dari tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan lemah).

Ketika di satu sisi ada kelompok yang secara massif selalu membuat narasi radikal untuk mencoreng nama baik pemerintah, membuat kerusuhan, dan mengadu-domba masyarakat, maka sudah saatnya adanya aliansi pembanding yang anti narasi konflik dan chaos. Aliansi ini bertugas menetralisir keadaan sehingga normal kembali serta membentengi atas narasi negatif yang terus digencarkan oleh kelompok radikalis.

Aliansi anti narasi konflik dan chaos mesti menguasai materi yang akan disampaikan, media, serta kondisi masyarakat yang menerima pesan. Sehingga, kerja sama antara satu orang dengan yang lain harus dilakukan. Siapapun memiliki kemampuan dan bisa berperan. Namun, jangan sampai kesalahan terjadi lantaran tidak sesuai penempatan “kerja” masing-masing “anggota” aliansi.

Orang-orang yang mampu membuat konten narasi teduh berkewajiban memproduksi konten. Orang-orang yang ahli di bidang teknologi (baca: media maya) dan kemasyarakatan bisa berperan dalam penyebaran konten yang dibuat oleh produsen. Dan para produsen serta penyampai pesan juga harus memperhatikan penerima pesan. Materi pesan sama penerima pesan harus sesuai karakternya. Karena, dengan kondisi penerima pesan yang bermacam-macam, apabila cara penyampaian pesan yang sama dilakukan dengan model yang sama, maka antara satu orang dengan yang lainnya bisa beda penangkapan.

Bermula dari sinilah, persatuan antara satu orang dengan yang lainnya dalam rangka membangun keteduhan di bumi Nusantara merupakan syarat mutlak. Siapapun bisa menyumbangkan diri sebagai bagian dalam perjuangan mulia ini. Jika toh tidak bisa berperan dalam membuat konten atau menyebarkan ke khalayak, setidaknya membentengi diri dan keluarga dari motivasi melakukan kekerasan dengan narasi-narasi yang ada. Kuatkan iman diri dan keluarga dengan terus mengaji kepada guru spiritual yang mempuni serta berusaha sshalih terhadap lingkurangan sekitar.Wallahu a’lam.

This post was last modified on 12 Oktober 2020 1:45 PM

Anton Prasetyo

Pengurus Lajnah Ta'lif Wan Nasyr (LTN) Nahdlatul Ulama (LTN NU) dan aktif mengajar di Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago