Narasi

Menghindari provokasi vandalisme di era corona

Sampai saat ini, virus corona semakin menyebar luas. Penyebaran virus covid-19 semakin hari nampaknya semakin ganas. Jumlah korban tersebar hingga ke berbagai wilayah di Indonesia. Pemerintah pun terus berupaya untuk mengatasi hal ini. Berbagai kebijakan telah diberlakukan di Indonesia guna menangani covid-19.

Namun, disaat corona yang kian menyebar, ber-ulah pula beberapa kelompok yang berusaha menyuarakan kebencian. Memanfaatkan situasi ketika masyarakat berada dalam keresahan menghadapi wabah covid-19. Diantaranya, bermunculan berbagai tulisan yang kurang enak dilihat dan jauh dari kesopanan kerapkali terpampang jelas sejauh mata memandang. Tentu, ini sangat mengkhawatirkan. Dampaknya akan membuat masyarakat lain ikut berbuat onar, dan terprovokasi tentunya.

Pemandangan yang merupakan hasil kreatifitas tangan-tangan jahil pun terlihat di beberapa tempat keramaian. Pelaku diantaranya adalah pemuda, dari kalangan pelajar SMA dan mahasiswa ikut terlibat dalam hal ini. Sungguh disayangkan.

Sebab, mereka yang diharapkan senantiasa untuk menjaga keindahan lingkungan, malah berbuat sebaliknya. Akvitas corat-coret seperti itu, justru akan mengganggu lingkungan. Fasilitas yang sebelumnya terlihat indah, enak dilihat malah dirusak, tentu akan semakin jauh dari kenyamanan.

Selain corona, sebagai wabah yang tengah melanda negeri ini, vandalisme pun nampaknya menjadi wabah. Inilah yang dilakukan oleh para pelaku vandalisme. Mereka, dengan karya yang dihasilkan melakukan aksi corat-coret. Namun, perlu diinggat juga, entah disadari atau tidak, setiap harinya perilaku vandalisme selalu ada. Kebanyakan kita mungkin tidak menyadari hal tersebut. Dari sekedar corat-coret tembok hingga berujung pada perusakan lingkungan.

Baca Juga : Mengenali Provokasi di Tengah Krisis Sosial Pandemi

Para pelaku tentu ada niatan, niat bersama kelompok mereka itu untuk melakukan aksi vandalisme. Mereka memanfaatkan kondisi saat ini, kondisi ketika masyarakat merasakan keresahan akibat virus corona. Sehingga, akan banyak orang yang mudah terprovokasi dengan berbagai isu-isu yang tersebar. Maka, muncullah kaum yang begitu mengamati, kemudian memanfaatkan krisis sosial yang saat ini terjadi.

Sebagai contoh, kalimat yang terpampang di berbagai dinding di tempat keramaian di Tangerang yang ramai beberapa waktu lalu. Tentu ini mengarah kepada unsur provokasi. “Sudah krisis saatnya membakar”, Kill the Rich” yang berarti bunuh orang kaya, Mati konyol atau melawan. begitulah kalimat yang mereka buat.  (Tempo.co, 12/04).

Kegiatan vandalisme yang sering dilakukan oleh peserta didik, para remaja ini, salah satu motifnya ialah ketidakpuasan. Mereka melalakukan vandalisme sebab tidak puas terhadap kebijakan pemerintah. Walaupun sebenarnya, kita sebagai warga negara harus taat pada pemimpin, dan mengindahkan kebijakan yang telah ditetapkan. Namun, tetaplah yang terpenting  itu kembali pada tiap individu.

Kita ketahui bahwa, peran pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan. Keduanya harus saling bekerjasama. Dalam menyikapi para pelaku vandalimse misalnya, yang kebanyakan adalah pemuda yang masih mudah terpengaruh oleh banyak isu.

Dari sini, yang harus kita upayakan adalah dengan melakukan pendekatan kepada mereka, berupa pemahaman dan pencerahan. Bantuan seperti memotivasi, pemberdayaan dengan membekali keterampilan pada mereka juga sangat diperlukan.

Yakinlah, bahwa kita bisa menyelesaikan permasalahan yang ada. Bahwa bangsa Indonesia bisa bersama untuk bersatu memperbaiki budaya, sosial, ekonomi yang rusak. Sehingga bukan hanya virus vandalisme, virus corona pun dapat kita taklukkan dengan cara-cara yang baik. Bukan dengan melakukan ujaran kebencian.

Aktivitas perusakan terhadap lingkungan hingga kini masih saja telihat, termasuk di tempat keramaian sekalipun. Pemandangan yang sudah menjadi hal biasa. Akan tetapi, permasalahan tersebut seharusnya bisa mendapat perhatian lebih. Perlu peran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan ketertiban. Langkah yang dilakukan ialah dengan mengurangi aktivitas yang itu menyebabkan kesemrawutan yang tidak begitu bermanfaat.

Selain itu, ketertiban pun akan terganggu. Mengganggu Keindahan dan kenyamanan orang lain. Ini tentu tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Kalaupun dibiarkan, maka dikhawatirkan akan terjadi kerusuhan, terlebih di era merebaknya virus corona saat ini. Era pandemi yang kian merajalela memang tidak bisa dianggap remeh. Provokasi, terkhusus yang berkaitan dengan corona sangat berpeluang terjadi.

Maka, langkah yang bisa dilakukan untuk menghadapi covid-19 saat ini adalah memperhatikan informasi. Masyarakat harus pandai memilah dan memilih informasi yang diterima. Diharapkan, berita yang diterima itu tepat dan akurat. Menghindari diri kita dari makin banyaknya bermunculan informasi-informasi yang belum tentu kebenarannya. Namun, sekali lagi, munculnya informasi yang berasal dari provokator menjadi peluang terjadinya perpecahan Pemuda sebagai generasi penerus bangsa harus menjaga lingkungan, dan benar dalam mengekspresikan dirinya. Sehingga, upaya kita sebagai warga Indonesia yakni dengan menjadi bagian dari orang-orang yang selalu menyuarakan perdamaian, persaudaraan dan terus menjunjung tinggi persatuan akan terwujud. Maka, peran yang cukup penting yakni dari masyarakat. Masyarakat harus menjaga diri sebaik mungkin. Dengan senantiasa meningkatkan kesadaran dari dalam diri, khususnya juga tidak mudah terprovokasi. Agar kita bukan termasuk orang yang mudah terpancing emosi hingga memperburuk suasana.

This post was last modified on 14 April 2020 4:15 PM

Akhsanul Failasuf

View Comments

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago