Narasi

Mengkolaborasikan Hasrat Nasionalisme di Bulan Oktober

Catatan hari penting di bulan Oktober, sejatinya ada sebuah lakon yang paling bersejarah dan berharga di dalamnya. Memuat tentang kisah-kisah, tradisi kebudayaan, semangat, perjuangan dan kemanusiaan yang terangkum dalam memori ingatan bangsa ini. Untuk selalu kita pegang, sadari dan dijadikan motivasi yang paling bermakna untuk menumbuhkan hasrat nasionalisme kita agar semakin kuat dan tidak mudah rapuh karena terpaan masalah yang menerjal stabilitas dan keamanan bangsa ini.

Bagaimana di mulai pada 1 Oktober, kita disuguhkan dengan hari kesaktian Pancasila. Hari yang memiliki “jejak pilu” bangsa Indonesia di tengah peristiwa berdarah G30S atau PKI yang terjadi pada 30 September 1965 sampai pada 1 Oktober 1965. Hingga memakan korban jiwa, yaitu enam jenderal dan satu kapten karena berjuang melakukan penumpasan gerakan pembebasan dari cengkeraman komunisme. Sehingga,  peringatan hari kesaktian Pancasila itu dirayakan untuk bisa menyelami makna leluhur bangsa agar bisa memiliki kesadaran nasionalisme dan patriotisme yang tinggi untuk siap selalu menghadapi setiap ancaman bagi bangsa ini.

Pada 2 Oktober, bangsa ini memperingati hari batik nasional dan pada 5 Oktober, bangsa ini juga memperingati hari tentara nasional Indonesia (TNI). Hal ini juga memunculkan semangat nasionalisme untuk dikolaborasikan melalui corak penguatan akan pelestarian identitas kebudayaan Indonesia yang harus kita banggakan, yaitu batik. Karena jangan sampai kita terhegemoni dengan kebudayaan dan tradisi orang lain. Sehingga kita tergerus dengan kebudayaan dan tradisi sendiri. Pun, begitu juga dalam peringatan hari tentara nasionalisme. Utamanya tidak hanya berlaku kepada institusi keamanan negara (TNI) yang setia menjaga dan melindungi NKRI. Akan tetapi kita jua harus memiliki semangat juang yang sama, untuk memiliki mental dan karakter pejuang demi bangsa ini.

Bahkan di bulan yang sama, tepatnya pada 10 Oktober, kita memperingati hari kesehatan jiwa. Ini sangat penting untuk kita ketahui, pahami dan amini. Bahwa jiwa yang sehat harus selalu kita tumbuhkan agar tidak terpengaruh terhadap informasi bohong, kebencian dan provokasi kekerasan yang mengatasnamakan agama. Karena jiwa yang sakit, akan berdampak kepada pikiran pula. Juga pada hari museum nasional yang diperingati pada 12 Oktober. Ini juga momentum untuk mengingat para pahlawan yang berjuang di dalam memerdekakan bangsa ini dengan senjata seadanya dan perlengkapan yang sedikit. Upaya ini bisa kita jadikan semangat untuk selalu menjaga daya juang kita sebagaimana para pejuang terdahulu berperang dan rela mati untuk bangsa ini.

Sebagaimana para santri dan kiai yang berjuang melawan para penjajah dan mendeklarasikan sebagai jihad berperang untuk memerdekakan bangsa ini. Sebagaimana pada 22 Oktober diperingati hari santri nasional. Sebagai pengingat kita semua. Untuk mengingat dan mengabadikan perjuangan kaum sarungan ini di dalam berkontribusi terhadap kemerdekaan bangsa yang sangat  hebat. Untuk itu, mentalitas pejuang perlu kita tetap lestarikan di negeri ini.

Untuk selalu berjanji memperjuangkan bangsa ini. Menghalau pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan Pancasila dan kontra NKRI. Sebagaimana dalam perjuangan kemerdekaan bangsa ini ada berbagai pemuda yang siap berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini. Sebagaimana hal ini dirayakan pada 28 Oktober sebagai peringatan sumpah pemuda untuk selalu setia berjanji menjaga, melindungi dan menebarkan kedamaian di negeri tercinta ini.            

Membangun mentalitas kebangsaan yang kuat. Kesadaran akan nasionalisme yang begitu kental. Kepribadian yang berakhlak dan jujur serta kompeten dalam berbuat kebaikan. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW yang memiliki mentalitas kebangsaan untuk membangun peradaban Madinah yang begitu pesat pada saat itu. Memiliki nasionalisme yang kuat sebagaimana beliau mencintai tanah Makkah dan Madinah. Serta memiliki kepribadian yang jujur, membela kemanusiaan dan memberi rahmat. Maka pada 29 Oktober, diperingati hari kelahiran Nabi Muhammad atau kita sebut sebagai Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Guna bisa kita teladani akan kebijaksanaan dan akhlaknya yang begitu santun. Untuk kita aplikasikan di dalam berbangsa dan bernegara.

This post was last modified on 19 Oktober 2020 2:03 PM

Fathur Rohman

Photographer dan Wartawan di Arena UIN-SUKA Yogyakarta

Recent Posts

Masjid Rasa Kelenteng; Akulturasi Arsitektural Islam dan Tionghoa

Menarik untuk mengamati fenomena keberadaan masjid yang desain arsitekturnya mirip atau malah sama dengan kelenteng.…

2 bulan ago

Jatuh Bangun Konghucu Meraih Pengakuan

Hari Raya Imlek menjadi momentum untuk mendefinisikan kembali relasi harmonis antara umat Muslim dengan masyarakat…

2 bulan ago

Peran yang Tersisihkan : Kontribusi dan Peminggiran Etnis Tionghoa dalam Sejarah

Siapapun sepakat bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia tidak didominasi oleh satu kelompok berdasarkan…

2 bulan ago

Yang Diskriminatif adalah yang Jahiliyah

Islam melarang sikap diskriminasi, hal ini tercermin dalam firman Allah pada ayat ke-13 surat al-Hujurat:…

2 bulan ago

Memahami Makna QS. Al-Hujurat [49] 13, Menghilangkan Pola Pikir Sektarian dalam Kehidupan Berbangsa

Keberagaman merupakan salah satu realitas paling mendasar dalam kehidupan manusia. Allah SWT dengan tegas menyatakan…

2 bulan ago

Ketahanan Pangan dan Ketahanan Ideologi : Pilar Mereduksi Ekstremisme Kekerasan

Dalam visi Presiden Prabowo, ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas utama untuk mewujudkan kemandirian bangsa.…

2 bulan ago