Narasi

Mengoptimalkan Peran Tokoh Agama dalam Melawan Covid-19

Saat menyebut Covid-19, tak ada ekspresi lain kecuali ekspresi bosan, lesu dan galau. Hampir semua masyarakat kita mengalami hal yang sama terkait hal ini. Covid-19 benar-benar telah mengacaukan segalanya.

Berbagai langkah kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah dan pemangku kebijakan, mulai dari pengetatan prokes, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga vaksinasi telah dicoba. Tetapi, kita tahu, wabah Covid-19 juga tak kunjung melandai.

Bahkan, beberapa minggu terakhir Covid-19 semakin menggila. Beberapa daerah, seperti Kudus dan Madura, mengalami lonjakan kasus yang fantastis. Situasinya semakin kacau dan galau.

Gelombang Covid ke-2 telah tiba. Epidemolog memprediksi gelombang ke-2 ini lebih parah dari gelombang pertama. Munculnya berbagai varian baru Covid-19, seperti varian Delta, Ingris dll. Semakin memperkeruh keadaan dan situasi.

Tentu, di saat-saat seperti ini, menyerah bukanlah pilihan. Perjuangan harus tetap kita galakkan. Tak ada kata menyerah bagi kita semua. Bangsa ini harus terselamatkan dari krisis akibat badai pandemi.

Kuncinya adalah kita harus terus bersemangat. Optimis dan percaya diri. Setiap masalah pasti ada solusinya. Dan solusi itu bisa kita temukan jika kita terus berusaha, pantang menyerah.

Akar Masalah

Sebagai bagian dari perjuangan untuk menang, keluar dari belenggu Covid-19 yang sungguh membosankan, mari kita lihat akar masalah di balik fantastisnya angka terinfeksi Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir.

Akar masalah itu tak lain adalah kurangnya kesadaran sebagian masyarakat akan eksistensi dan bahaya Covid-19. Persoalan ini bisa kita lihat dari banyaknya masyarakat yang masih abai terhadap prokes atau bahkan menyepelekannya.

Padahal, mematuhi prokes, menjaga jarak, dan tidak berkerumun adalah senjata utama melawan pandemi. Seharusnya hal ini ditaati dengan penuh kesadaran.

Mematuhi prokes, harapan maksimalnya adalah agar tidak terjadi penyebaran Covid secara besar-besaran. Sedangkan kalkulasi minimalnya, paling tidak, prokes itu bisa untuk melindungi diri kita sendiri dari wabah Covid-19.

Karena itu, jika kita ingin cepat-cepat merdeka dari belenggu Covid-19 ini, kita harus cepat-cepat pula menyelesaikan akar masalah yang berupa ‘rendahnya kesadaran sebagian masyarakat untuk mematuhi prokes’ itu.

Melalui Peran Tokoh Agama

Dalam hemat penulis, untuk mengatasi akar masalah itu, peran ulama dan tokoh agama sangatlah penting untuk dilibatkan. Dari masa awal pandemi, salah satu kekuatan sosio-kultural ini kurang dimainkan. Padahal tokoh agama punya peran penting dalam kehidupan masyarakat.

Tokoh agama, di dalam kehidupan masyarakat adalah manusia-manusia yang ditokohkan. Apa yang oleh tokoh agama dianggap penting dilakukan, maka tanpa paksaan dan intimidasi masyarakat dengan sendirinya akan mengikuti.

Hal itu karena oleh masyarakat tokoh agama dipandang sebagai manusia yang lebih istimewa dari individu-individu yang ada. Lebih-lebih dalam hal soal spiritualitas, tokoh agamalah yang dipandang sebagai imamnya.

Karena itu, tak ayal bila perintah-perintah dan hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh tokoh agama seketika itu juga menjelma bangunan hukum yang kuat dan mengikat. Hal itu tak lain karena di dalam kehidupan masyarakat kita—masyarakat Islam—posisi tokoh agama memanglah sakral.

Oleh sebab itu, dalam kaitannya dengan Covid-19 dan persoalan rendahnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi prokes, bagi penulis menarik untuk ditangani melalui peran tokoh agama. Bagi penulis, tokoh agama yang dalam masyarakat kita memiliki pengaruh kultural yang luar biasa, sangat potensial sebenarnya untuk membangun kesadaran masyarakat untuk taat prokes.

Dengan pengaruh kultural sang tokoh agama itu, di samping juga akan terbangun kesadarannya, masyarakat juga akan terikat dengan apa telah perintahkan sang tokoh agama tersebut, yakni taat prokes. Dengan hal ini, maka tidak akan ada alasan lain lagi bagi masyarakat untuk tak taat prokes.

Jika demikian, maka pada akhirnya masyarakat akan taat prokes. Dan jika masyarakat kita taat prokes persebaran Covid akan lebih mudah dikendalikan, tidak mudah menular satu sama lain sehingga pada akhirnya bisa dimusnahkan. Dan bangsa ini pun merdeka dari belenggu Covid-19.

This post was last modified on 29 Juni 2021 4:06 PM

Khotim Z

Recent Posts

DNA Aktivisme Gen Z: Mengelola Genetik Perubahan Anak Muda

Gelombang aktivisme anak muda, khususnya Generasi Z, semakin menjadi sorotan global. Dari Nepal, Bangladesh, Sri…

5 jam ago

Membaca Ulang Jihad ala Gen Z

Ketika berbicara tentang jihad, kerap kali kita terjebak dalam narasi yang sempit dan reduktif, seolah…

5 jam ago

Dakwah Hibrid ala HTI; Dari Menggaet Influencer ke Adaptasi Budaya Populer

Jika ada pentolan HTI yang patut diacungi jempol lantaran lihai bermanuver, maka nama Felix Shiaw…

5 jam ago

Membentuk Gen Z yang Tidak Hanya Cerdas dan Kritis, Tetapi Juga Cinta Perdamaian

Fenomena beberapa bulan terakhir menunjukkan betapa Gen Z memiliki energi sosial yang luar biasa. Di…

1 hari ago

Dilema Aktivisme Gen-Z; Antara Empati Ketidakadilan dan Narasi Kekerasan

Aksi demonstrasi yang terjadi di Indonesia di akhir Agustus lalu menginspirasi lahirnya gerakan serupa di…

1 hari ago

Menyelamatkan Gerakan Sosial Gen Z dari Eksploitasi Kaum Radikal

Gen Z, yang dikenal sebagai generasi digital native, kini menjadi sorotan dunia. Bukan hanya karena…

1 hari ago