Narasi

Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

Tiada terasa, Indonesia sudah mencapai usia yang ke-71. Sebuah pencapaian yang seharusnya disyukuri oleh segenap elemen bangsa. Tanpa kemerdekaan yang diperjuangan dengan gigih dan gagah, sebuah bangsa akan terus terjajah, dibodohi, dan didzalimi oleh bangsa lain. Namun, proklamasi kemerdekaan telah menjadi titik balik bagi Indonesia untuk bangkit, memperjuangkan hak-hak kemanusiaan rakyat, dan bangkit menjadi bangsa yang berdikari serta sejahtera.

Dalam perjalanannya, sebuah bangsa tentu tak lantas semudah tangan menegakkan pilar-pilar kesejahteraan. Begitu pun dengan Indonesia, negara zamrud khatulistiwa yang memiliki kekayaan alam berlimpah. Meski demikian, sebagai bagian dari negara, selayaknya kita turut berkontribusi mengisi kemerdekaan, minimal dengan mensyukuri nikmat kemerdekaan. Jika melakukan kilas balik di masa lampau, pejuang kemerdekaan telah mengorbankan jiwa raga untuk membuktikan cintanya pada tanah air.

Cinta tanah air merupakan suatu hal yang sangat niscaya. Sudah seharusnya, seseorang memiliki kecintaan terhadap tanah kelahiran, tempat ia dibesarkan dengan rasa aman, kasih sayang, cinta, dan persahabatan. Jika tiada rasa cinta tanah air dalam dada, maka hal itu tidaklah wajar. Oleh karena itu, meski tak banyak yang bisa kita lakukan untuk turut serta membangun bangsa, mari setidaknya tulus mensyukuri nikmat kemerdekaan. Kita perlu bersyukur, negara telah mengemban amanah rakyat, berusaha memberi perlindungan dan rasa aman, serta berupaya melunasi janji kemerdekaan.

Jasa negara terhadap tunas bangsa sungguh bermakna, baik dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, dan bahkan memutus mata rantai kemiskinan. Negara, melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan banyak beasiswa bagi masyarakat pra sejahtera yang menyekolahkan anaknya, bahkan hingga jenjang perguruan tinggi. Kabar baiknya, pribadi terdidik dari keluarga pra sejahtera dapat memutus mata rantai kemiskinan dan memiliki pandangan masa depan yang lebih cerah. Pada titik ini, sangat terlihat bahwa Indonesia merupakan negara yang berusaha memberikan hak-hak kepada rakyat dan memberikan kehidupan yang layak. Di sisi lain, pemerintah juga telah meringankan biaya kesehatan bagi masyarakat pra sejahtera. Secara alami, hal ini meningkatkan kemudahan akses kesehatan.

Atas berbagai kemudahan yang diberikan negara ini, kita pantas bersyukur kepada Allah Swt. Dalam ancaman berbagai konflik,negara tetap mampu menunjukkan keberpihakan terhadap rakyat kecil. Maka, merupakan suatu hal yang ironis jika rakyatnya berpaling dari Indonesia, tak mau mensyukuri nikmat kemerdekaan, dan bahkan tergiur oleh paham radikal yang menebar kebencian terhadap Indonesia. Perlu kita sadari bersama bahwa Indonesia merupakan tanah kelahiran, tanah harapan, dan tanah tempat untuk beribadah, bekerja, dan berkarya.

Terkait dengan maraknya larangan menghormati bendera dan merayakan Hari Kemerdekaan, sikap bijak harus dilahirkan. Perlu disadari bersama bahwa nikmat kemerdekaan harus disyukuri. Ada banyak pelajaran kehidupan yang ditorehkan para pahlawan pada kanvas sejarah. Mensyukuri Hari Kemerdekaan sangat perlu dilakukan sebagai ekspresi keberagamaan. Sebab, dengan abai terhadap Hari Kemerdekaan dan bendera simbol kemerdekaan, kita tak ubah layaknya individu yang lupa pada sejarah.

Pada muaranya, hal yang paling sederhana yang bisa kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan ialah dengan mensyukuri nikmat kemerdekaan. Tantangan perjuangan Negara Kesatuan Republik Indonesia masa kini bukan lagi penjajah asing. Akan tetapi, tantangan perjuangan di masa kini adalah putra-putri negeri yang menebar kebencian pada bumi pertiwi. Untuk mengatasinya, kebencian harus dihadapi dengan cinta agar tak menggurita menjadi patologi sosial. Konsekuensinya, sikap cinta tanah air harus kita lipat gandakan setulus-tulusnya. Mari, mensyukuri nikmat kemerdekaan sebab kemerdekaan merupakan anugerah Tuhan bagi negeri yang terpilih, Indonesia. Wallahu’alam.

Nurul Lathiffah

Konsultan Psikologi pada Lembaga Pendidikan dan Psikologi Terapan (LPPT) Persona, Yogyakarta.

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

10 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

10 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

10 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

10 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago