Narasi

Menyemangati Umat Melawan Corona dengan Spirit Al-Qur’an

Memang, tidak bisa kita pungkiri. Bahwa menjalani segala aktivitas yang serba dibatasi di tengah pandemi covid-19 ini, niscaya memang memunculkan ekspresi kebosanan dan bahkan hilangnya kesabaran untuk optimis dan semangat melawan corona. Gerakan anti-vaksinasi mulai tersebar di berbagai tempat dan bahkan pelanggaran prokes begitu banyak terjadi di mana-mana.

Dari kondisi yang semacam inilah, sesungguhnya tugas seorang pemuka agama yang telah menjadi panutan masyarakat dalam beragama, perlu membangkitkan kembali semangat masyarakat di dalam melawan corona itu sendiri. Karena hanya dengan semangat kebersamaan, corona ini bisa kita atasi di negeri ini.

Oleh karena itu, menyemangati masyarakat tentu tidak hanya sekadar mengajak tanpa ada dasar spirit yang jelas. Artinya, masyarakat sebetulnya butuh motivasi. Sebagaimana tulisan ini, berupaya memberikan gagasan penting, akan pentingnya mengoptimalkan pemuka agama untuk menyemangati umat melawan corona dengan spirit Al-Qur’an.

Sebagaimana di dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 96. Bahwasanya “Apa yang di sisimu akan lenyap dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya kami akan benar-benar memberikan balasan kepada orang-orang yang bersabar dengan pahala yang lebih baik dari pada apa yang telah mereka kerjakan”.

Dari ayat di atas, sebetulnya memang Allah SWT selalu menjanjikan sebuah balasan yang sangat luar biasa bagi orang yang bersabar. Maka, di dalam konteks pemahaman yang semacam ini, kesabaran tentu menjadi pilihan yang sangat berarti di tengah virus covid-19 yang masih terus melonjak penularannya ini. Karena ketika kita sabar menghadapi keadaan, kita mampu sabar menaati segala protokol kesehatan, niscaya kita akan benar-benar terbebas dari virus ini secara perlahan.

Karena Allah SWT menjanjikan bahwa “Apa yang ada di sisimu akan lenyap” bahwa apa-pun yang ada di dalam kehidupan kita, utamanya musibah virus covid-19 ini, niscaya tidak akan permanen dalam kehidupan kita. Tetapi, akan dicabut dan akan dilenyapkan oleh Allah SWT. Tentu, kuncinya adalah kita tetap bersabar di dalam menghadapi keadaan ini. Karena sabar memang satu-satunya cara disiplin diri yang sangat optimal di tengah pandemi ini. Sedangkan “ketergesa-gesaan dan kelalaian” akan membuat keadaan akan semakin memburuk.

Oleh sebab itu, ayat lain di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 153, bahwasanya: “Sesungguhnya Allah SWT bersama orang-orang yang sabar” ayat ini sebetulnya memberikan satu kesadaran penting, bahwa betapa pentingnya kesadaran itu hingga Allah SWT akan selalu bersama orang-orang yang sabar.           

Sebagaimana jika kita tetap sabar di dalam melawan corona ini, niscaya Allah SWT akan senantiasa bersama orang-orang yang bersabar itu tersendiri. Yaitu sabar melawan corona. Maka, dasar pemahaman yang semacam ini sebetulnya Ibnu Sina juga menekankan akan pentingnya kesabaran. Termasuk di dalam menghadapi wabah yang secara generic, kita butuh kesabaran.

Tentu, jika kita melihat latar-belakang Ibnu Sina, beliau adalah seorang ilmuwan sekaligus dokter dengan berbagai macam karya yang telah diaplikasikan oleh banyak dokter di dunia hingga saat ini. Beliau justru memiliki pandangan “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan”. Tentunya, pandangan beliau memang sangat relevan dengan kondisi covid-19 yang terus melonjak penularan-nya.            

Oleh sebab itulah, kita perlu menyadari bahwa memang Allah SWT di dalam Al-Qur’an sendiri memberikan spirit bagaimana kita perlu sabar menghadapi keadaan. Dalam arti fungsional, kita perlu sabar untuk tetap mengikuti prokes. Kita sabar untuk disiplin menghindari kerumunan dan lain sebagainya. Karena, apa-pun yang kita hadapi saat ini memang sangat membosankan. Tetapi, ketahuilah, Allah SWT di dalam Al-Qur’an menyatakan cinta kepada orang-orang yang bersabar akan selalu bersama lindungan dan kasih-sayang-Nya.

This post was last modified on 29 Juni 2021 4:02 PM

Sitti Faizah

Recent Posts

Kesiapsiagaan Merupakan Daya Tangkal dalam Pencegahan Terorisme

Ancaman terorisme yang terus berkembang bukanlah masalah yang dapat diselesaikan dengan pendekatan konvensional atau sekadar…

2 hari ago

Zero Attack; Benarkah Terorisme Telah Berakhir?

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia tampak lebih tenang dari bayang-bayang terorisme yang pernah begitu dominan…

2 hari ago

Pembelajaran dari Mitologi Kuda Troya dalam Ancaman Terorisme

Di tengah sorotan prestasi nihilnya serangan teror dalam beberapa tahun terakhir, kita mungkin tergoda untuk…

3 hari ago

Jejak Langkah Preventif: Saddu al-Dari’ah sebagai Fondasi Pencegahan Terorisme

Dalam hamparan sejarah peradaban manusia, upaya untuk mencegah malapetaka sebelum ia menjelma menjadi kenyataan bukanlah…

3 hari ago

Mutasi Sel Teroris di Tengah Kondisi Zero Attack; Dari Faksionalisme ke Lone Wolf

Siapa yang paling diuntungkan dari euforia narss zero terrorist attack ini? Tidak lain adalah kelompok…

3 hari ago

Sadd al-Dzari’ah dan Foresight Intelijen: Paradigma Kontra-Terorisme di Tengah Ilusi Zero Attack

Selama dua tahun terakhir, keberhasilan Indonesia menangani terorisme dinarasikan melalui satu frasa kunci: zero terrorist…

4 hari ago