Narasi

Merawat Inklusifitas Kemerdekaan di Jagad Maya

Sudah 73 tahun bangsa Indonesia merasakan kemerdekaan. Sejak saat itu, bangsa Indonesia telah melewati berbagai tantangan dan ujian kebangsaan. Ujian tersebut meliputi realitas sosial, politik, kemiskinan, kesenjangan, pendidikan, dan yang paling mutakhir adalah tantangan dari kelompok-kelompok yang mencoba memecah belang bangsa. Di tengah beragamnya kemajemukan bangsa, potensi-potensi perpecahan memang tidak bisa dihindari. Hanya saja, potensi-potensi tersebut harus segera ditangkis, lebih-lebih di dunia maya.

Di era digital seperti sekarang ini, potensi perpecahan dan permusuhan acap kali dimulai di dunia maya. Jika diamati, pertikaian di jagad maya lebih trengginas daripada di dunia nyata. Bahkan, di dunia maya, kalimat-kalimat yang tidak semestinya acap kali keluar. Tragisnya lagi, potensi-potensi seperti itu dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang ingin memisahkan diri dari NKRI dan kelompok-kelompok radikal. Jika ini tidak diantisipasi, maka akan memicu disintegrasi bangsa.

Kemerdekaan adalah pondasi dasar negara. Tanpa arti kemerdekaan, maka bangsa dan negara tidak akan pernah berkembang. Yang ada, bangsa ini masih berjibaku dengan berbagai hal untuk melepaskan diri dari kemerdekaan. Kemajuan ekonomi pendidikan, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi hanya berjalan di tempat apabila kemerdekaan tidak dicapai. Karenanya, merawat kemerdekaan di dunia nyata maupun dunia maya menjadi salah satu tugas penting bangsa (generasi muda/generasi digital) ke depan.

Negara ini memang sudah merdeka. Penjajah sudah tidak ada lagi secara nyata. Namun jika menilik berbagai kelindan di dunia maya, rasanya bangsa ini jauh dari mereka. Di dunia maya, berbagai gejala sering kali terjadi, dimana banyak kelompok-kelompok yang selalu mengganggu integrasi bangsa. Bahkan secara nyata, ada kelompok-kelompok yang mencoba mengadu domba. Memanfatkan situasi hanya untuk memecah belah. Tujuannya untuk memperuncing permusuhan antara bangsa.

Sebagai bangsa yang melek literasi, anak-anak muda harus mengambil peran untuk mengamankan keutuhan NKRI terutama di jagad maya. Sebab bagi generasi muda, keutuhan bangsa dan negara merupakan tanggung jawab moral yang harus terus dijaga. Generasi muda harus menempatkan diri untuk menjaga inklusifitas kemerdekaan kita.

Sebagai generasi muda yang melek digital, setidaknya ada dua tantangan yang ada di depan mata. Pertama, kekerasan agama yang menjalar di dunia maya. Sebelum lahirnya generasi digital, publik memang sering disuguhi kekerasan agama di dunia nyata. Namun ketika generasi digital mulai menjalar, ternyata kekerasan terhadap agama juga terjadi di jagad maya. Pengerdilan terhadap agama minoritas merupakan salah satu contoh bagaimana kekerasan terhadap agama lain marak terjadi. Pengerdilan, intimidasi terhadap agama minoritas merupakan contoh buruk bagaimana agama lain tidak dihargai.

Oleh sebab itulah, generasi muda harus menjaga keutuhan bangsa melalui penghormatan terhadap agama lain, baik di dunia nyata dan dunia maya. Generasi harus mengampanyekan kemajemukan, menghargai perbedaan keyakinan di dunia maya. Generasi muda juga perlu mengingatkan bahwa agama lain yang sudah diakui oleh negara perlu merdeka dalam menjalankan ritual agamanya masing-masing tanpa intimidasi.

Kedua, lahirnya ormas-ormas yang arogan dan menimbulkan kegelisahan di dunia maya. Ormas-ormas yang membawa misi khilafah Islamiyah dan ingin mengganti dasar negara menjadi salah satu tantangan di jagad maya. Kita tahu bahwa ormas-ormas demikian sangat aktif di dunia maya. Bahkan, mereka sengaja menyebarkan ajaran-ajaran yang berpotensi mengganggu keutuhan negara. Karena itu, menjadi sewajarnya bagi generasi mudah untuk membentengi bangsa dari penjajah melalui dunia maya. Ajaran-ajaran radikal yang disebarkan harus dilawan oleh generasi muda.

Akhirnya Generasi digital harus menjadi benteng utama untuk menjaga kemerdekaan kita. Kita tidak akan pernah merdeka apabila bangsanya masih terjajah dari berbagai hal seperti ancaman-ancaman keutuhan NKRI. Karenanya, menjadi sewajarnya apabila bangsa terus menjaga inklusifitas kemerdekaan baik di dunia maya maupun nyata.

Aminuddin

Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan aktif menulis di berbagai media massa lokal dan nasional

Recent Posts

Algoritma Terorisme: Jejak Radikalisasi di Media Baru-Jurnal Jalan Damai Vol. 1. No. 8 Oktober 2025

Salam Damai, Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya Jurnal Jalan…

14 jam ago

Rekam Jejak Santri dalam Mozaik NKRI

Santri merupakan salah satu pilar penting dalam sejarah panjang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedari…

15 jam ago

Tren Positif Kinerja Pemberantasan Terorisme dalam Satu Tahun Pemerintahan

Dalam satu tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (20…

15 jam ago

Jihad Santri dalam Menyebarkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin di Panggung Global

Dalam sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia, santri memiliki peran yang tak terpisahkan dari perjuangan kemerdekaan.…

15 jam ago

Adab dan Fitrah Santri Menghadapi Era Digital

Pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya, Indonesia merayakan Hari Santri Nasional sebagai bentuk penghargaan terhadap…

2 hari ago

AI yang Mengubah Segalanya dan Bagaimana Santri Menyikapinya?

Dalam arus deras perkembangan teknologi, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi bagian yang tak terpisahkan…

2 hari ago