Sejak dilarang oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2017, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah berganti wajah dan taktiknya. Perubahan ini menggarisbawahi pentingnya mewaspadai metamorfosa ideologi dan gerakan yang bisa membahayakan nilai-nilai demokrasi dan kebhinekaan di Indonesia, terutama bagi generasi muda.
Dibubarkannya HTI memunculkan variasi baru dalam wujud gerakan dan ideologi yang dianutnya. Sejak itu, beberapa kelompok yang terkait dengan gagasan HTI mulai bermunculan dengan berbagai nama dan strategi. Mereka mulai menyasar generasi muda dengan pesan-pesan yang menarik, seperti “pendidikan Islam yang murni” atau “pemahaman Islam yang benar”, perlunya gerakan di bawah satu naungan (one ummah) dan narasi lainnya.
Jika kita amati pula di berbagai media online dan media sosial, penyebaran ideologi ini sungguh sangat cerdik. Mereka membuat website dan media sosial dengan nama-nama yang tidak mengasosiakan diri dengan HTI. Nama-nama yang dipilih semisal Muslimah, muballighah, multaqa ulama, dan nama-nama media lainnya bertebaran di dunia maya. Namun, jika kita amati lebih jauh, akan ada sisipan penyebaran ideologi khilafah di setiap tulisannya.
Mereka sepertinya tidak mau mati dengan pelarangan organisasi, tetapi tetap ingin eksis menyebarkan ajaran dan ideologinya dengan beragam nama. Tentu saja, di level offline mereka akan menggelar beragam kegiatan yang tidak mengasosiasikan diri dengan HTI, tetapi dibungkus dengan acara kekinian yang menarik minat generasi muda.
Anak-anak muda bahkan rela merogoh kocek dan dompetnya untuk menghadiri acara yang menarik dengan dibungkus dengan nuansa kekinian. Namun, pada akhirnya subtansi acara ini tidak lepas bagaimana mengkritik sistem demokrasi, dasar negara, dan pentingnya mendirikan khilafah dengan kesatuan umat.
Tentu kita harus pahami, ideologi yang diusung oleh HTI bertentangan dengan falsafah Pancasila dan konstitusi Indonesia. HTI memperjuangkan gagasan khilafah sebagai bentuk pemerintahan yang ideal, yang berpotensi menimbulkan ketidakstabilan politik dan sosial serta mengancam keberagaman dan kebebasan di Indonesia. Pancasila, sebagai dasar negara, menekankan persatuan, keragaman, demokrasi, dan keadilan sosial, nilai-nilai yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh HTI.
Bagaimana mewaspadainya? Penting bagi generasi muda untuk diberi pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai Pancasila, demokrasi, dan kebhinekaan. Mereka perlu menyadari bahaya dari ideologi yang menentang prinsip-prinsip ini. Generasi muda harus dilatih untuk menjadi kritis terhadap informasi yang mereka terima, terutama dari media sosial dan platform daring yang rentan terhadap propaganda dan radikalisasi.
Pembentukan identitas nasional yang kuat akan memperkuat ikatan antara generasi muda dengan negara dan bangsa mereka, sehingga mengurangi daya tarik ideologi yang bertentangan dengan kesatuan dan persatuan. Mereka terkadang akan memutarbalikkan sejarah bangsa semisal dengan penyebaran narasi bahwa Nusantara ini adalah warisan para khilafah masa lalu. Narasi seperti ini sejatinya bagian dari propaganda kelompok HTI.
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama dalam mencegah penyebaran ideologi yang merusak ideologi dan wawasan generasi muda. Mencari pendekatan alternatif yang menarik dan menginspirasi, seperti pendidikan, kesempatan kerja, dan kegiatan positif, dapat mengalihkan perhatian generasi muda dari narasi radikal.
Mewaspadai metamorfosa ideologi dan gerakan HTI menjadi tugas yang sangat penting, terutama dalam konteks keberlangsungan demokrasi dan persatuan Indonesia. Generasi muda harus dididik dan disadarkan akan bahaya ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, sementara pemerintah dan masyarakat juga perlu bertindak tegas dalam mencegah penyebaran ideologi yang merusak ini. Hanya dengan kesadaran dan tindakan bersama, kita dapat memastikan masa depan yang aman dan inklusif bagi generasi mendatang.
This post was last modified on 26 Februari 2024 12:49 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…