Narasi

Mitigasi Propaganda Terorisme di Tengah Riuh Konflik Timur Tengah

Keberhasilan luar biasa yang dicapai dalam mensukseskan zero terrorist attack tahun 2024 lalu tentu tidak lepas dari sinergi lintas sektor bangsa Indonesia. Tak dipungkiri juga berkat dukungan dana untuk menunjang kontra narasi radikalisme dan terorisme di kanal-kanal digital.

Mengemukanya ketegangan konflik di Timur Tengah dikhawatirkan menjadi ancaman geopolitik global dan gerakan propaganda terorisme. Konflik ini tentu menjadi alarm untuk meningkatkan kewaspadaan kontra radikalisme dan terorisme. Bangsa ini tak boleh lengah dan tetap gencar untuk menebarkan energi-energi positif kontra radikalisme, serta tidak terpengaruh pada propaganda konflik Timur Tengah.

Merespon hal tersebut bangsa ini juga tak lantas membuat nyali kita ciut dan kendor dalam menggencarkan narasi kontra radikalisme-terorisme. Pasalnya dikhawatirkan momen ketegangan Timur Tengah dimanfaatkan oleh para pengasong radikalisme. Kemudian yang perlu diwaspadai juga yaitu para pengasong radikalisme-terorisme bermutasi dengan wajah-wajah baru yang mungkin jauh lebih berbahaya.

Dari dulu terorisme memang menjadi momok menakutkan negara-negara di dunia. Apalagi pasca terjadinya ketegangan Timur Tengah tentu akan berdampak pada propaganda utamanya di dunia maya. Bahkan, di abad digital ini diprediksi para terorisme akan berupaya dengan segala cara agar bisa melancarkan aksinya atau bahkan memanfaatkan momen ketegangan ini untuk melakukan propaganda global.

Merespon persoalan tersebut, secara tidak langsung memberikan tantangan baru yang menuntut pendekatan inovatif dalam menangkal ancaman ini. Harapan untuk Indonesia yang lebih aman harus disertai strategi baru yang berlandaskan kolaborasi, pencegahan berbasis teknologi mutakhir saat ini seperti AI. Tentunya dengan pemahaman mendalam terhadap akar permasalahan terorisme itu sendiri.

Kemajuan teknologi telah mengubah lanskap ancaman terorisme. Internet dan media sosial menjadi alat strategis bagi kelompok teroris untuk merekrut anggota, menyebarkan propaganda, dan merencanakan serangan. Fenomena ini dikenal sebagai “cyber-terrorism“. Apalagi, di tengah ketegangan Timur Tengah ini.

Menghadapinya tentu membutuhkan respons yang lebih cerdas dan canggih dibandingkan pendekatan tradisional. Selain itu, konflik geopolitik di berbagai wilayah dunia terus memicu munculnya kelompok-kelompok ekstremis baru, yang seringkali menyasar anak muda sebagai target perekrutan.

Di tengah konflik ketegangan Timur Tengah yang terkadang dimanfaatkan oleh kelompok teroris jaringan global untuk menyebarkan propaganda serta memperluas pengaruhnya. Ketegangan seperti itu kerapkali menjadi lahan subur bagi radikalisasi. Oleh karena itu, memahami konteks global dan keIndonesiaan dan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan terorisme di era ini. Jangan sampai wabah terorisme yang melanda negara lain masuk menular ke Indonesia karena ketidakwaspadaan kita.

Merespon berbagai tantangan dan kekhawatiran tersebut, tentu perlu strategi mitigatif deradikalisasi dalam melawan terorisme. Diantaranya, pertama, Memperkuat Kerjasama Internasional Tantangan terorisme bersifat lintas negara, sehingga kolaborasi global menjadi langkah utama. Negara-negara perlu meningkatkan berbagi informasi intelijen dan membangun mekanisme respons cepat dalam menghadapi ancaman teroris. Organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, juga dapat berperan sebagai mediator untuk memperkuat komitmen bersama dalam memerangi terorisme.

Kedua, Pemanfaatan Teknologi untuk Pencegahan Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan analitik data besar (big data) dapat menjadi solusi dalam mendeteksi pola ancaman. Misalnya, sistem pemantauan aktivitas online yang berbasis AI mampu mengidentifikasi potensi serangan sebelum terjadi. Namun, pendekatan ini harus tetap mempertimbangkan aspek privasi dan hak asasi manusia agar tidak menimbulkan masalah baru.

Ketiga, Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat Pendidikan adalah senjata ampuh dalam melawan ideologi ekstremis. Program literasi digital harus ditingkatkan untuk mencegah masyarakat, terutama generasi muda, terpapar propaganda radikal. Selain itu, pemberdayaan ekonomi di daerah rawan konflik dapat mengurangi kerentanan terhadap radikalisme.

Keempat, Pendekatan Berbasis Komunitas Masyarakat lokal memiliki peran penting dalam mendeteksi dan mencegah radikalisasi. Pendekatan berbasis komunitas yang melibatkan tokoh agama, pemimpin lokal, dan lembaga swadaya masyarakat dapat membangun ketahanan sosial yang kuat. Dialog antaragama dan antarbudaya juga perlu didorong untuk memperkuat toleransi dan kerukunan.

Harapan untuk dunia yang bebas dari terorisme adalah cita-cita kolektif yang memerlukan komitmen bersama. Dengan strategi yang adaptif dan berbasis kolaborasi, dunia dapat menghadapi dinamika terorisme dengan lebih baik. Terorisme bukan hanya tantangan keamanan, tetapi juga ujian kemanusiaan. Dengan menyatukan tekad dan inovasi, kita dapat mewujudkan masa depan di mana generasi mendatang hidup tanpa bayang-bayang ketakutan.

Suwanto

Penulis merupakan Peneliti Multiple-Representation Learning di PPs Pend.Kimia UNY, Interdisciplinary Islamic Studies di Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, dan Culture Studies di UGM

Recent Posts

Menguatkan Literasi dan Kewaspadaan terhadap Jebakan Ideologis Konflik Global

Dalam era digital yang semakin berkembang, informasi dapat tersebar dengan sangat cepat dan meluas. Di…

34 detik ago

Dari Empati Menuju Ekstremisme: Mengurai Bahaya Residu Konflik Global

Ketegangan yang terus membara di kawasan Timur Tengah—dari konflik berkepanjangan Palestina-Israel, konfrontasi Iran-Israel, hingga luka…

1 hari ago

Memahami dan Mencegah Propaganda Radikal Berbasis Konflik Global

Profesor dan Direktur Studi Intelijen dan Keamanan Nasional di University of South Florida, Randy Borum,…

1 hari ago

Literasi Geopolitik; Meredam Polarisasi Isu di Tengah Konflik Global

Perang di era modern, tidak hanya melibatkan adu senjata canggih. Mulai dari pesawat tempur tanpa…

1 hari ago

Mewaspadai Manipulasi Agama dalam Konflik Global

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak penggunaan isu konflik global yang melibatkan negara-negara Timur Tengah, sebagai…

2 hari ago

Memaknai Hari Melawan Ujaran Kebencian Internasional di Tengah Konflik Timur Tengah

Tanggal 18 Juni diperingati sebagai Hari Melawan Ujaran Kebencian Internasional. Peringatan ini merujuk pada resolusi…

2 hari ago