Narasi

One Ummah: Upaya HTI Memodernisasi Propaganda Khilafah

Di era digital ini, upaya untuk mengalihkan perhatian generasi muda melalui propaganda “One Ummah” (Umat Yang Satu) semakin mengkhawatirkan karena berpotensi memperburuk konflik antar kelompok di Indonesia. Salah satu bentuk propaganda One Ummah adalah acara yang bertema “Metamorfoshow, It Is Time to be One Ummah”, yang digalang oleh tokoh HTI di Kalimantan Barat, yang dikenal sebagai PJS.

Acara tersebut diselenggarakan secara online dengan nuansa kapitalisme-relijius. Setiap peserta diwajibkan membayar biaya registrasi yang bervariasi, mencapai kisaran Rp50.000,- hingga Rp350.000,-. Acara tersebut menampilkan berbagai pertunjukan seperti Storrytelling, Historytelling, Puisi, dan musik, dengan tujuan mengajak generasi muda untuk merangkul ideologi khilafah tahririyah sesuai arahan petingginya.

Acara tersebut banyak menyedot perhatian banyak orang, terutama generasi muda karena kelincahan PJS dalam mengeksekusi acaranya. Dan di sela-sela acaranya, PJS mengenalkan doktrin HTI kepada masyarakat. Ia menggalang dukungan dengan cara yang tidak transparan, terutama melalui media digital seperti Instagram, meskipun masih dalam skala yang terbatas.

PJS yang berlatarbelakang sebagai seniman lokal, menjadikan acara tersebut sebagai senjata ampuh untuk melakukan brainwash (Cuci Otak) tentang ajaran HTI. Beberapa agenda HTI seperti mencocokologi Kerajaan Turki Utsmani, hingga pandangan bahwa Nusantara termasuk bagian dari proxi Ottoman dilakukan terstruktur dalam acara tersebut. Cocokologi yang dilakukan, dikuatkan dengan beberapa doktrin, seperti kesatuan pemikiran, kesatuan perasaan, dan kesatuan peraturan antara Islam dan Turki Utsmani.

Penelitian Zakki Faddad (2018) yang berjudul “Khilafahisasi Hizbut Tahrir (HTI) di Indonesia” mengungkapkan bahwa metode ini merupakan strategi HTI untuk memperluas pengaruh ajaran khilafah di Indonesia. Mengingat kurangnya popularitas dan dukungan masyarakat terhadap ajaran khilafah yang diusung oleh HTI, mereka berusaha menyajikan doktrin mereka melalui cara yang lebih menarik dan dapat diterima, terutama melalui media sosial dan teknik storytelling yang efektif.

Modernisasi Propaganda Khilafah

Dalam konteks ini, HTI berusaha memodernisasi cara penyampaian pesan mereka agar lebih sesuai dengan preferensi dan pola pikir masyarakat modern. Dengan mengemas ajaran-ajaran mereka dalam narasi yang menarik dan berdaya tarik, mereka berharap dapat meraih lebih banyak dukungan dan pengikut, serta mengubah persepsi masyarakat terhadap khilafah.

Tentunya, upaya HTI dalam memanfaatkan acara tersebut sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran khilafah menunjukkan adaptasi mereka terhadap lingkungan sosial dan politik yang terus berubah di Indonesia. Dengan mengemas pesan-pesan mereka dalam bentuk yang lebih atraktif dan relevan dengan zaman, HTI berharap dapat menarik minat generasi muda serta memperluas basis dukungan mereka. Strategi ini juga mencerminkan pentingnya penguasaan media dan teknologi informasi dalam mempengaruhi opini publik pada era digital ini.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa upaya HTI untuk menyebarkan ajaran khilafah tetap menjadi subjek perdebatan dan kritik dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga anti-terorisme. Untuk itu perlu dilakukan langkah preventif dan edukatif untuk mendesak propaganda yang dilakukan.

Penelitian dan pemantauan terhadap aktivitas online serta offline yang berkaitan dengan propaganda ekstremis harus dijadikan fokus utama dalam menindak propaganda yang dilakukan oleh HTI. Penting juga untuk meningkatan kesadaran masyarakat tentang taktik dan strategi yang digunakan oleh kelompok-kelompok radikal juga menjadi kunci dalam melawan upaya-upaya yang merongrong kedamaian dan keberagaman di Indonesia.

Selain upaya preventif, perlu juga dilakukan pendekatan yang inklusif untuk mengatasi akar permasalahan yang mendasari dukungan terhadap ajaran ekstremis. Hal ini termasuk memberikan alternatif yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat, serta memperkuat nilai-nilai toleransi, keberagaman, dan demokrasi. Dengan demikian, selain menangani gejala, juga perlu fokus pada penanganan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebarluasan ideologi radikal.

Dengan kerja sama yang kokoh antara berbagai pihak dan strategi yang terintegrasi, diharapkan Indonesia dapat terus memperkuat kedamaian, stabilitas, dan keberagaman sebagai fondasi yang kokoh dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi semua warganya. Indonesia bisa menjadi negara yang aman dari serangan dan tindakan terorisme.

This post was last modified on 28 Februari 2024 1:42 PM

Nur Faizi

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago