Narasi

Mewaspadai Propaganda Ideologi Khilafah di Dunia Maya

Upaya menjaga kedaulatan bangsa dan melindungi generasi muda dari ancaman paham radikal transnasional menjadi perhatian utama di awal tahun 2024. Munculnya kelompok radikal yang mencoba merevitalisasi ideologi khilafah, terutama setelah pembubaran ormas Hizbut Tahrir Indonesia atau biasa di kenal dengan sebutan HTI pada tahun 2017, menjadi tantangan serius hingga saat ini. Meskipun ormas tersebut dilarang, ideologi khilafah masih terus bergerak dengan menggunakan berbagai strategi seperti melalui stand-up comedy, konser musik, dan talk show, baik secara offline maupun online.

Ancaman ideologi khilafah bukanlah hal baru. Setelah larangan terhadap HTI yang mengusung ideologi tersebut, kelompok-kelompok tersebut mencari cara baru untuk menyebarkan pesan politik mereka. Salah satu pendekatan yang mereka gunakan adalah mengeksploitasi kepopuleran berbagai bentuk hiburan, khususnya di kalangan generasi muda. Stand-up comedy, konser musik, dan talk show menjadi media yang efektif untuk menjaring perhatian kawula muda dan menyematkan pesan-pesan ideologi khilafah.

Tentu saja, penyebaran ideologi ini tidak hanya berkembang secara offline, tetapi juga merambah dunia online. Internet menjadi alat yang sangat efektif untuk menyebarluaskan pandangan radikal kepada generasi muda. Oleh karena itu, upaya penanggulangan tidak hanya perlu dilakukan di ranah fisik, tetapi juga di dunia maya.

Dalam menghadapi tantangan ini, perlu diakui bahwa pendekatan keras semata tidaklah cukup. Selain itu, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dan kreatif untuk menanggulangi potensi makin berkembangnya ideologi khilafah. Salah satu cara yang dapat diambil adalah melibatkan anak muda secara aktif dalam upaya pencegahan dan kampanye alternatif.

Generasi muda memiliki peran penting dalam membentuk masa depan bangsa. Oleh karena itu, mereka perlu didorong untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam menyuarakan pemikiran positif yang dapat merangsang kebangsaan dan nasionalisme. Langkah pertama adalah memberikan pemahaman yang mendalam tentang bahaya ideologi radikal dan dampak negatifnya terhadap kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan karakter yang memasukkan nilai-nilai nasionalisme, pluralisme, dan toleransi perlu diperkuat di lingkungan pendidikan. Mengajarkan sejarah bangsa dan memahami nilai-nilai Pancasila menjadi langkah awal untuk membangun kebangsaan yang kuat. Sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan lainnya dapat berperan sebagai garda terdepan dalam menyebarkan pemahaman positif tentang keberagaman dan persatuan Indonesia.

Selain itu, penggunaan media sosial dan platform digital perlu dioptimalkan untuk menyuarakan nilai-nilai positif. Mendorong anak muda untuk aktif berpartisipasi dalam membangun konten-konten yang mendukung keberagaman, kemajemukan, dan kebhinekaan akan memberikan kontribusi besar dalam menghadapi ideologi radikal.

Organisasi kepemudaan, komunitas mahasiswa, dan kelompok-kelompok masyarakat perlu didorong untuk menginisiasi kegiatan-kegiatan yang positif dan memberikan alternatif bagi kawula muda. Melalui program-program yang mendukung kreativitas, seperti festival seni, diskusi bersama, dan kegiatan sosial lainnya, generasi muda dapat terlibat secara positif dan membentuk identitas kebangsaan yang kuat.

Selain itu, melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, budayawan, dan tokoh agama dalam menyuarakan pesan-pesan positif juga menjadi strategi yang efektif. Mereka dapat menjadi panutan dan membantu membentuk pemahaman yang benar tentang keberagaman dan keberagamaan yang ada di Indonesia.

Tidak kalah penting, pemerintah dan lembaga terkait perlu meningkatkan pengawasan terhadap konten-konten yang berpotensi meradikalisasi di dunia maya. Kolaborasi antara pemerintah, platform digital, dan masyarakat sipil perlu diperkuat untuk mencegah penyebaran ideologi radikal secara daring.

Dengan langkah-langkah holistik ini, diharapkan generasi muda dapat terhindar dari pengaruh ideologi radikal, dan sebaliknya, menjadi agen perubahan yang mampu membentuk masa depan bangsa yang lebih toleran, inklusif, dan maju. Menggerakkan anak muda untuk menjadi kreatif dalam menyuarakan nilai-nilai positif menjadi kunci utama dalam menanggulangi potensi berkembangnya ideologi khilafah dan membangun Indonesia yang lebih kokoh dalam keberagaman dan persatuan.

This post was last modified on 28 Februari 2024 11:35 AM

Septi Lutfiana

Recent Posts

Masjid Rasa Kelenteng; Akulturasi Arsitektural Islam dan Tionghoa

Menarik untuk mengamati fenomena keberadaan masjid yang desain arsitekturnya mirip atau malah sama dengan kelenteng.…

2 bulan ago

Jatuh Bangun Konghucu Meraih Pengakuan

Hari Raya Imlek menjadi momentum untuk mendefinisikan kembali relasi harmonis antara umat Muslim dengan masyarakat…

2 bulan ago

Peran yang Tersisihkan : Kontribusi dan Peminggiran Etnis Tionghoa dalam Sejarah

Siapapun sepakat bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia tidak didominasi oleh satu kelompok berdasarkan…

2 bulan ago

Yang Diskriminatif adalah yang Jahiliyah

Islam melarang sikap diskriminasi, hal ini tercermin dalam firman Allah pada ayat ke-13 surat al-Hujurat:…

2 bulan ago

Memahami Makna QS. Al-Hujurat [49] 13, Menghilangkan Pola Pikir Sektarian dalam Kehidupan Berbangsa

Keberagaman merupakan salah satu realitas paling mendasar dalam kehidupan manusia. Allah SWT dengan tegas menyatakan…

2 bulan ago

Ketahanan Pangan dan Ketahanan Ideologi : Pilar Mereduksi Ekstremisme Kekerasan

Dalam visi Presiden Prabowo, ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas utama untuk mewujudkan kemandirian bangsa.…

2 bulan ago