Narasi

Pahami Akar Masalahnya, Agar Tidak Mudah Terprovokasi

Adanya kebencian biasanya dilatarbelakangi oleh banyak faktor, salah satunya ialah ketidakpahaman seseorang dalam memilah dan memilih mana yang lebih baik, sampai dengan hasutan dari orang lain. Itulah alasan mengapa kebencian bisa merusak tatanan kehidupan. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya apabila kebencian disebarluaskan ke satu lisan ke lisan lainnya, pasti akan berujung pada kejahatan yang lebih melukai.

Inilah sebenarnya yang menjadi kekhawatiran bersama ketika melihat realitas kehidupan sekarang ini, di mana banyak golongan-golongan yang berusaha menerobos pundi-pundi simbol persatuan Indonesia. Dengan bermodalkan berita-berita hoax sampai dengan provokasi yang bertujuan menjatuhkan wibawa ideologi Pancasila.

Menyikapi hal tersebut, mengapa tidak dilakukan musyawarah, bukankah lahirnya lima dasar Ideologi Pancasila juga bermula dari musyawarah, mengapa malah melakukan sesuatu yang berbaur kebencian, provokasi yang dikedepankan? Bukankah ini akan melunturkan kewibawaan bangsa Indonesia yang terkenal dengan berbagai keragaman serta bangsa yang menyenangkan dengan budaya toleransinya. Inilah yang seharusnya menjadi pertanyaan besar bagi setiap orang, mau dibawa ke mana bangsa Ini, apabila kita masih saling menjatuhkan dan mencari kesalahan-kesalahan orang yang tidak sejalan dengan konsep pandangan hidup bernegara.

Soekarno juga pernah berpesan, Jas Merah (jangan sekali-sekali melupakan sejarah), harusnya sejarah perjuangan pahlawan yang merelakan setiap nyawanya untuk sebuah kebebasan dari penjajah menjadi teladan kita untuk hidup sekarang ini, yaitu bagaimana menjaga keutuhan bangsa, jangan ada perpecahan, kekerasan dan juga kebencian, tapi sebarkanlah kebaikan agar kedamaian senantiasa berpayung pada demokrasi Pancasila. Dan yang tidak kalah penting ialah setiap dari kita harus menjadi cerdas sertan santun, agar bisa memilih dan memilah setiap informasi yang masuk dalam telinga untuk diserap menjadi pengetahuan yang memadai.

Sudah semestinya kita yang memahami betapa indahnya hidup di Indonesia, senantiasa menyuarakan pesan-pesan yang mendamaikan dan menyejukkan. Hingga bersikap cerdas, agar tidak dipecah belah oleh sebuah kepentingan yang belum memiliki landasan tentang pentingnya menjaga NKRI. Sederhananya, yang harus dilakukan bangsa ini sekarang adalah menjaga bukan mengubah, kalaupun ada perubahan di dalamnya juga harus sesuai dengan koridor bangsa Indonesia yang senantiasa mengedepankan rasa saling menghormati meskipun berbeda-beda. Sebagaimana Bhineka Tunggal Ika yang menjadi ikon bangsa Indonesia.

Tentunya budaya santun sangat dibutuhkan di era sekarang ini, selain sebagai pencegah lahirnya provokasi, santun dalam kehidupan sehari-hari, di media sosial juga akan membawa kebaikan untuk setiap manusia. Karena sejatinya, tidak akan pernah ada yang memusuhi kita, apabila kita senantiasa santun atau berbuat baik kepada orang lain. Sebagaimana Gus Dur yang mengatakan Orang tidak akan menanyakan apa agamamu, apa sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik buat semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu.

Kebaikan apa yang sudah kita lakukan hari ini? Pertanyaan Inilah yang seharusnya tertanam dalam diri setiap manusia. Agar senantiasa menyadari bahwa kehidupan kita akan bermanfaat apabila tindakan ataupun perilaku yang dilakukan bisa meringankan beban seseorang. Untuk itu, gunakan lisan untuk senantiasa menyebarkan kebaikan, dengan mengedepankan ucapan yang santun, jari-jemari digunakan untuk menyebarkan kabar-kabar yang menyenangkan, hingga senantiasa menjaga tali silaturahmi tanpa memandang latar belakang. Apabila hal-hal sederhana semacam ini senantiasa dilakukan dalam tindakan sehari-hari, pastinya tidak akan muncul lagi virus-virus provokasi, tidak akan lagi ada kebencian, yang ada hanya rasa saling menjaga untuk keutuhan bangsa, dan kebersamaan dalam meniti kehidupan. Sesuai yang dikatakan oleh Gus Mus, tugas manusia adalah memanusikan manusia. Dan menjadi cerdas dalam memilih dan memilah informasi adalah keharusan setiap warga negara Indonesia. Agar bisa menjaga Indonesia dengan nurani, tanpa ada bumbu-bumbu provokasi di dalamnya.

This post was last modified on 9 Oktober 2020 2:00 PM

Suroso

Recent Posts

Masjid Rasa Kelenteng; Akulturasi Arsitektural Islam dan Tionghoa

Menarik untuk mengamati fenomena keberadaan masjid yang desain arsitekturnya mirip atau malah sama dengan kelenteng.…

2 bulan ago

Jatuh Bangun Konghucu Meraih Pengakuan

Hari Raya Imlek menjadi momentum untuk mendefinisikan kembali relasi harmonis antara umat Muslim dengan masyarakat…

2 bulan ago

Peran yang Tersisihkan : Kontribusi dan Peminggiran Etnis Tionghoa dalam Sejarah

Siapapun sepakat bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia tidak didominasi oleh satu kelompok berdasarkan…

2 bulan ago

Yang Diskriminatif adalah yang Jahiliyah

Islam melarang sikap diskriminasi, hal ini tercermin dalam firman Allah pada ayat ke-13 surat al-Hujurat:…

2 bulan ago

Memahami Makna QS. Al-Hujurat [49] 13, Menghilangkan Pola Pikir Sektarian dalam Kehidupan Berbangsa

Keberagaman merupakan salah satu realitas paling mendasar dalam kehidupan manusia. Allah SWT dengan tegas menyatakan…

2 bulan ago

Ketahanan Pangan dan Ketahanan Ideologi : Pilar Mereduksi Ekstremisme Kekerasan

Dalam visi Presiden Prabowo, ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas utama untuk mewujudkan kemandirian bangsa.…

2 bulan ago