Faktual

Pemerintahan Baru dan Optimisme Penanggulangan Terorisme di Era Kepemimpinan Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, menggantikan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin. Momentum ini menandai era baru dalam kepemimpinan Indonesia, di mana Prabowo, seorang mantan Menteri Pertahanan dengan latar belakang militer yang kuat, serta Gibran, figur muda dengan inovasi dan energi mudanya diharapkan dapat membawa pendekatan segar dalam menanggulangi tantangan utama bangsa, termasuk terorisme.

Terorisme telah lama menjadi ancaman signifikan bagi Indonesia, baik dalam konteks ideologi maupun keamanan. Di era baru ini, optimisme muncul bahwa strategi-strategi baru yang komprehensif dan progresif akan diterapkan, menggabungkan pengalaman panjang Prabowo dalam keamanan nasional dan energi baru dari Gibran yang dikenal sebagai pemimpin muda dengan perspektif inovatif untuk menanggulangi ancaman terorisme.

Penanggulangan terorisme adalah masalah multidimensional yang membutuhkan pendekatan yang holistik. Dalam hal ini, peran Prabowo yang berpengalaman dalam dunia militer serta kecintaannya terhadap NKRI menjadi modal kuat. Pengalaman Prabowo sebagai Menteri Pertahanan di masa pemerintahan Jokowi telah menempanya dalam memahami seluk-beluk pertahanan nasional, serta pentingnya menjaga kedaulatan negara dari ancaman-ancaman non-konvensional, termasuk ancaman terorisme yang sulit untuk dideteksi dan diidentifikasi.

Salah satu tantangan terbesar dalam penanggulangan terorisme adalah menangkal radikalisasi di tingkat akar rumput. Di sini, pemerintahan Prabowo-Gibran diharapkan mampu memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mencegah penyebaran ideologi radikal. Pendekatan Prabowo yang menekankan pada keamanan nasional yang kuat, ditambah dengan kemampuan Gibran dalam membangun komunikasi efektif diharapkan pemerintah baru akan mampu mendeteksi dan merespons tanda-tanda awal radikalisasi lebih dini.

Salah satu fokus utama dalam strategi ini kemungkinan adalah memperkuat peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) serta institusi-institusi keamanan lainnya. Pengalaman Prabowo di bidang militer dapat meningkatkan kapabilitas intelijen dan operasi keamanan, sementara Gibran dapat menginisiasi program-program pencegahan yang lebih efektif di komunitas lokal, termasuk kampanye deradikalisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan berkembangnya teknologi informasi, terorisme tidak lagi bersifat fisik semata, tetapi juga menyebar melalui dunia maya. Kelompok-kelompok teroris kini memanfaatkan platform digital untuk merekrut anggota baru, menyebarkan propaganda, dan merencanakan serangan. Untuk mengatasi hal ini, Prabowo dan Gibran diharapkan mampu memperkuat regulasi dunia maya dan memajukan teknologi siber untuk menanggulangi terorisme.

Pengalaman Prabowo yang telah terlibat dalam pertahanan negara selama bertahun-tahun bisa digunakan untuk membangun sistem keamanan digital yang lebih canggih, sementara Gibran yang lebih dekat dengan perkembangan teknologi informasi dan sosial media dapat menjadi kunci dalam memahami dinamika terorisme di era digital. Selain itu, kolaborasi dengan sektor swasta, termasuk perusahaan teknologi besar, juga penting dalam menangani penyebaran konten radikal di internet. Pemerintah Prabowo-Gibran harus mampu menyeimbangkan antara menjaga kebebasan berekspresi di ruang digital dan memastikan bahwa platform tersebut tidak digunakan untuk kegiatan menyebarkan terorisme.

Selain aspek teknologi dan keamanan, pendekatan humanis dalam penanggulangan terorisme juga akan menjadi faktor penting dalam pemerintahan ini. Di sinilah peran Gibran sebagai figur muda yang lebih dekat dengan generasi milenial dan Gen Z akan sangat berpengaruh. Salah satu masalah yang sering diabaikan dalam penanggulangan terorisme adalah penyebab mendasar yang mendorong individu untuk bergabung dengan kelompok teroris, seperti ketidakpuasan sosial, ekonomi, dan politik yang dan dirasakan masyarakat.

Dalam hal ini, program-program yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemberdayaan ekonomi, dan pendidikan menjadi sangat penting. Gibran, dengan pendekatan kepemimpinannya yang inovatif selama menjadi Wali Kota Surakarta, memiliki potensi untuk memperkenalkan kebijakan-kebijakan baru yang bisa mengatasi akar permasalahan ini. Program-program yang mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam kegiatan ekonomi, politik, dan sosial akan memberikan alternatif yang lebih baik lagi.

Terorisme bukanlah ancaman yang bisa dihapus dengan cepat atau dengan satu pendekatan tunggal. Penanggulangan terorisme membutuhkan ketegasan di sisi keamanan, namun juga membutuhkan pendekatan yang inklusif dan holistik di sisi pencegahan. Di sinilah tantangan terbesar bagi Prabowo dan Gibran akan terletak: bagaimana mengintegrasikan berbagai elemen yang berbeda—keamanan nasional, pemberdayaan masyarakat, pendekatan teknologi, dan kerja sama internasional—dalam satu strategi yang solid dan berkelanjutan.

Keberhasilan Prabowo dan Gibran dalam menanggulangi terorisme ke depan kan sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk memimpin dengan tegas namun fleksibel, serta dalam merespons perubahan dinamika global dan lokal terkait dengan terorisme. Sebagai figur dengan latar belakang dan pendekatan yang berbeda, keduanya memiliki kesempatan besar untuk menciptakan kebijakan penanggulangan terorisme yang tidak hanya efektif dalam jangka pendek, tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang. Pemerintah baru ini diharapkan dapat membawa perubahan nyata, tidak hanya dalam penanggulangan terorisme secara langsung, tetapi juga dalam menciptakan iklim nasional yang kondusif secara berkelanjutan.

Rusdiyono

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

6 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

6 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

6 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

6 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago