Bermedia sosial merupakan fenomena yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan generasi muda saat ini. Era yang bukan hanya menjadikan sebuah teknologi canggih sebagai kebutuhan tersier “sesuatu yang mewah” saja, tetapi sudah merambah menjadi sebuah kebutuhan primer “pokok”. Fenomena tersebut diiringi dengan perkembangan teknologi yang kian hari semakin berkembang. Inovasi dan berbagai terobosan baru dalam dunia teknologi menjadi hal yang lumrah terjadi. Sehingga dengan banyaknya inovasi pun menyebabkan muncul berbagai tantangan baru yang harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi tersebut. Salah satunya perkembangan media sosial.
Media sosial sendiri terdapat berbagai macam, yang semuanya memiliki spesifikasi keunggulan masing-masing. Keunggulan tersebut lah yang kiranya akan menarik banyak orang untuk memanfaatkannya. Lain halnya dengan media -media lama pada jaman dahulu, mereka hanya ada satu dan tidak semua orang bisa mengaksesnya. Media sosial pada era saat ini, betul-betul menjadi milik publik yang bisa diakses kapan pun dan dimana pun serta oleh siapapun.
Akhirnya dengan keunggulan tersebut ratting suatu media sosial dapat meningkat. Meningkatnya ratting tersebut lah yang juga merangsang seseorang untuk menyisipkan banyak kepentingan di dalamnya. Begitulah kiranya untuk menanggulangi pengaruh kepentingan yang buruk akhirnya ada undang-undang yang mengaturnya. Agar salah satunya masa depan generasi muda yang lebih dikenal sebagai generasi millenial terlindungi.
Dunia berkemajuan yang ditandai dengan inovasi teknologi salah satunya adalah berkembangnya media sosial memunculkan banyak dampak bagi generasi muda. Dikatakan banyak dampak karena dari bermedia sosial juga memunculkan banyak prestasi dari anak muda, namun juga banyak dampak negatif yang menyebabkan anak muda menjadi korban akibat salah dalam bermedia sosial. Oleh karenanya penting untuk siapapun khususnya para pendidik untuk ikut mengambil bagian dalam perkembangan teknologi. Khususnya ambil bagian dalam menerapkan tujuan penguatan pendidikan karakter bagi generasi muda. Tapi sinergitas dari semua pihak harus tetap ada, bukan hanya pendidik saja. Salah satunya orang tua dan yang bersangkutan juga yaitu generasi mudanya.
Baca juga : Meningkatkan Kualitas Media Digital Demi Berkembangnya Pendidikan Karakter Bangsa
Pendidikan karakter secara sederhana bisa dikatakan sebagai pendidikan yang mampu memeberikan dampak pada kedewasaan (kematangan) karakter bagi generasi muda. Dengan kata lain kemampuan dalam olah akal, hati dan perilakunya. Sehingga dengan bekal tersebut apapun inovasi dalam kemajuan teknologi akan mampu terkontrol oleh masing-masing. Harapannya mampu menjadikan kemajuan teknologi untuk kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Demikian juga dalam bermedia sosial, sudah selayaknya semangat penguatan pendidikan karakter juga ikut berinovasi di dalamnya. Salah satunya melalui konten-konten semangat penguatan pendidikan karakter masuk di dalamnya yang sesuai dengan latar aktivitas generasi muda saat ini. Akan tetapi meskipun media sosial identik dengan generasi millenial, namun sinergitas dari lintas generasi harus ada. Sehingga akan muncul korelasi dari interakasi lintas generasi, bukan malah saling tuduh dan menyalahkan. Sebaliknya harus ada rasa saling menghargai bahwa masing-masing generasi saling berkaitan. Ada baik ataupun buruknya pun itu adalah akibat adanya proses interaksi darinya. Karenanya tidak bisa egois mengacuhkan siapapun demi kesuksesan pendidikan karakter.
Konten media sosial inilah salah satu yang bisa dimaksimalkan untuk penguatan pendidikan karakter. Selain media sosial sebagai lahan basah yang bisa dimasuki banyak kepentingan, dengan media sosial muatan pendidikan karakter ini bisa disampaikan kapanpun dan dimanapun. Meskipun bisa juga konten tersebut disampaikan oleh siapapun, dalam komteks ini lebih baik konten yang bermuatan pendidikan karakter tersebut dirancang secara serius melalui lembaga pendidikan agar tercipta sinergitas tadi. Sebab akan membutuhkan proses yang tidak bisa diabaikan sama sekali terkait pembekalan awal hingga pelaksanaannya. Misalnya bagi generasi pendidik yang tidak masuk kategori millenial, mereka butuh penyegaran dan juga bekal untuk juga melihat realita kondisi terkini. Dengan demikian maka tidak akan ada saling lempar ini jamanku ini jamanmu, melainkan akan terus tumbuh semangat untuk selalu merawat generasi bangsa.
Perencanaan awal inilah penting untuk jadi gambaran dan acuan untuk mengawali. Namun konsistensi dan evaluasi serta inovasi harus tetap berjalan mengikuti jaman. Sebab generasi kedepan akan hidup dengan dalam kondisi jaman dan tantangan kehidupan yang selalu berubah.
This post was last modified on 6 Maret 2019 2:29 PM
Perkembangan mengkhawatirkan terjadi di Suriah. Kelompok pemberontak Suriah menyerbu dan merebut istana Presiden Bashar al-Assad…
Pasca dibubarkan dan dilarang pemerintah pada medio 2019 lalu, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah melakukan…
Gawai besar pemerintah untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum Daerah (Pilkada) serentak telah usai dihelat 27 November…
Predikat zero terrorist attack di akhir masa pemerintahan Joko Widodo sekilas tampak menorehkan catatan positif…
Pilkada 2024 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Ajang ini melibatkan…
Dalam sebuah wawancara, mantan teroris Ali Imron pernah berkata bahwa ia bisa meradikalisasi seseorang hanya…
View Comments