Narasi

Pendidikan yang Tergadai dan Jebakan Cinta Kelompok Ekstremis

Di tengah peringatan Hari Anak Nasional, sebuah ancaman senyap terus mengintai masa depan generasi penerus bangsa. Di balik narasi ideologi, kelompok radikal teroris kini menggunakan metode eksploitasi anak yang sangat halus dan sistematis.  Tujuannya, tidak hanya untuk merekrut anggota, tetapi juga untuk menjebak mereka dalam lingkaran setan kemiskinan dan keputusan hidup yang prematur.

Salah satu modus yang paling mengkhawatirkan adalah penolakan terhadap sistem pendidikan formal yang terdaftar di pemerintah. Banyak dari kelompok garis keras ini sengaja tidak menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah resmi dengan dalih melindungi dari “kontaminasi” pemikiran sekular dan tidak sejalan dengan syariat. Akibatnya, anak-anak ini tumbuh tanpa ijazah resmi atau kompetensi yang diakui dalam dunia kerja. Tentunya, tanpa bekal pendidikan yang memadai, pintu mereka untuk keluar dari circle kemiskinan nyaris tertutup.

Kondisi rentan ini kemudian dimanfaatkan lebih jauh. Dengan tipu daya maskulinitas dan janji-janji kehidupan yang “mulia” di bawah panji kelompok mereka, anak-anak dan remaja diperdaya untuk masuk ke jenjang pernikahan di usia yang sangat muda, tanpa didasari pemikiran yang matang dan rasional.

Mereka menjual ilusi tentang kehormatan dan tujuan hidup, padahal yang terjadi adalah eksploitasi untuk melanggengkan ideologi dan kontrol mereka.

Kasus Shamima Begum, Kadiza dan Amira (2015) dari Inggris menjadi contoh nyata dari fenomena ini. Di usia 15 tahun, mereka terpikat oleh propaganda online dan hijrah ke Suriah dengan iming-iming akan dinikahkan dengan pejuang Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang digambarkan sebagai sosok yang maskulin dan heroik. Namun, mimpi tersebut berubah menjadi mimpi buruk, dan penyesalan seumur hidup.

Pola ini diduplikasi para kelompok ekstremis untuk mendapatkan simpati dari para kelompok rentan yaitu anak, perempuan dan remaja. Dian Yulia Novia (2016), adalah contoh nyata dari lemahnya pendidikan dan rentannya manipulasi cinta semu. Dian terjerat bujuk rayu Bahrun Naim, seorang tokoh ISIS, melalui “pernikahan online” dengan simpatisan ISIS lainnya di Indonesia. Meskipun belum pernah bertemu, ikatan pernikahan ini berhasil memanipulasinya secara total. Dian akhirnya bersedia pulang ke Indonesia untuk menjadi “pengantin” bom bunuh diri yang menargetkan Istana Negara.

Inilah yang perlu kita waspadai bersama. Ancaman intoleransi, radikalisme, ektremisme dan terorisme tidak lagi berupa fisik, melainkan masuk dalam sendi sendi kehidupan kita, baik melalui pendidikan, lingkungan dan gawai.

Dalam rangka Hari Anak Nasional 2025, sudah saatnya kita memastikan setiap anak, sebagai garda masa depan bangsa mendapatkan haknya atas pendidikan yang layak dan lingkungan yang aman. Ini adalah pondasi pertahanan terbaik untuk memutus rantai eksploitasi dan radikalisme sejak dini.

Andri Bima

Recent Posts

Jaga Anak dari Virus Intoleransi: Menuju Indonesia Emas 2045

Peringatan Hari Anak Nasional bukan sekadar seremoni tahunan yang dirayakan dengan lomba mewarnai atau parade…

2 jam ago

Sudahkah Kita Kritis Memilihkan Sekolah Keagamaan untuk Anak?

Pada tahun 2018, The Conversation pernah menerbitkan tulisan tentang tipologi sekolah yang rentan terpapar paham…

23 jam ago

Strategi Jangka Panjang Melindungi Generasi Emas dari Virus Intoleransi

Pada peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh setiap 23 Juli mendatang, kita diingatkan akan pentingnya…

23 jam ago

Menyoal Dikotomi Sekolah Islam dan Sekuler; Bagaimana Mendefinsikan Kesalehan Anak dalam Bingkai NKRI?

Dalam tradisi setiap masyarakat di Indonesia, semua bayi yang baru saja lahir pasti didoakan dengan…

23 jam ago

Menghidupkan Kembali Dakwah Nusantara yang Akulturatif dan Akomodatif di Tengah Gempuran Dakwah Transnasional

Dakwah Islam di Nusantara memiliki sejarah panjang yang khas dan membedakan diri dari banyak model…

4 hari ago

Dakwah Bil Hikmah : Anjuran Al-Quran untuk Beradaptasi dengan Kearifan Lokal

Ada maqalah yang sangat menarik bahwa Al-haq bilâ nizham yaghlibuhul bâthil bin nizham." Arti sederhananya…

4 hari ago