Narasi

Pentingnya Edukasi Kebangsaan sebagai Vaksin Penangkal Hoax dan Ideologi Kekerasan

Berbenah dari covid-19 sekarang inilah yang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Perlahan berbagai cara sudah dilakukan jajaran pemerintah, baik dari yang mengharuskan menaati protokol kesehatan, sampai dengan vaksin Sinovak yang rencananya akan digunakan secara massal sebagai antibodi untuk mencegah penyebaran virus covid-19 agar tidak terlalu meluas. Berangkat dari sinilah semoga hal ini menjadi semangat baru untuk bangkit dalam menghadapi pandemi dan semoga menjadi jalan terbaik untuk menyelesaikan virus corona.

 Meskipun demikian, hal ini tidak lantas sepi dari resistensi dan munculnya hoax dari sebagian masyarakat. Keresahan inilah yang sebenarnya menjadi problem serius bagi bangsa Indonesia untuk sekarang ini. Sebab, upaya untuk menyelesaikan masalah virus corona yang belum kunjung usai, sekarang dibumbui dengan hoax-hoax tentang vaksin yang bertebaran di mana-mana. Sebuah kabar burung yang bisa memecah belah bangsa Indonesia. Sedangkan apabila dikaji lebih dalam, dan pahami lebih jauh sebenarnya hadirnya vaksin ini ialah sebagai kebaikan bersama. Yaitu kembali menjalani hidup normal tanpa ada sekat-sekat dan ketakutan akan virus corona atau yang sering di sebut covid-19.

Untuk meminimalisir keadaan yang demikian, sudah seharusnya kita menggunakan konsep budaya saling percaya. Budaya saling percaya teramat penting bagi setiap manusia. Bahkan, berdirinya bangsa Indonesia dengan beragam perbedaan di dalamnya merupakan hasil dari budaya saling percaya yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Bisa dikatakan ketika sikap saling percaya sudah tertanam dalam jiwa dan itu sudah jelas untuk kebaikan, maka perihal hoax, ideologi yang berbalut kekerasan tidak akan masuk dalam dirinya. Karena dirinya sudah yakin, mana yang terbaik untuk bangsa Indonesia.

Inilah yang seharusnya dipelihara oleh setiap warga negara Indonesia. Di mana solidaritas kemanusiaan harus tertanam dalam diri setiap orang. Seluruh jajaran masyarakat diajak untuk bergotong-royong membasmi virus covid-19 dengan selalu mengedepankan nalar positif dalam memahami vaksin yang hadir di Indonesia. Inti sarinya sudah seharusnya vaksinisasi masyarakat tentang pentingnya budaya saling percaya selalu disuarakan dalam lingkungan hidup masing. Dengan tujuan hoax tentang vaksin ataupun kabar burung yang belum tentu kebenarannya tidak terlalu jauh menyebar ke masyarakat.

Melihat realitas ini sudah seharusnya kita kembali berguru para pahlawan pejuang bangsa Indonesia. Bagaimana budaya saling percaya mampu membebaskan bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan. Hal ini bisa telisik dari pahlawan bangsa Indonesia yang merelakan dirinya untuk ikut ambil andil dalam memperjuangkan kebebasan dari penjajahan tanpa mempedulikan nyawanya, sampai dengan memasrahkan Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta di atas panggung membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dan, kemudian Pancasila dijadikan sebuah simbol dalam menjalin kepercayaan dalam berbangsa dan bernegara.

Teladan inilah yang seharusnya dijadikan salah satu acuan dalam membingkai bangsa yang mendamaikan. Dan, sudah seharusnya di tengah gejolak pandemi sekarang ini kita meniru konsep yang digunakan oleh pahlawan-pahlawan tempo dulu, bahwa salah satu untuk menyelesaikan masalah besar ialah dengan senantiasa mengedepankan sikap saling percaya. Pun apabila kita senantiasa mengedepankan nalar positif dan mengesampingkan ego, tujuan dari hadirnya vaksin tersebut sebenarnya untuk kebaikan kita semua, seperti menjaga kekebalan tubuh sampai dengan mencegah penyebaran virus corona menjadi lebih banyak.

Keadaban semacam inilah yang seharusnya selalu dikembangkan. Dengan tujuan untuk mengokohkan persaudaraan/solidaritas. Sebab, sebuah kerukunan ataupun kebersamaan akan terjalin dengan baik, apabila masyarakatnya dengan senang hati menjunjung norma-norma kebaikan yang ada. Yang kemudian akan menjadi modal penting untuk bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Sudah seharusnya konsep saling percaya ini menjadi ajaran untuk setiap manusia. Selain hal ini bisa menumbuhkan rasa saling mengerti, kasih sayang juga menjadi modal penting untuk mengikrarkan bahasa persaudaraan. Sesuai dengan bahasa cinta, mencintai adalah bagian terindah dalam sanubari dan senantiasa menghiasi keindahan-keindahan dalam menjalani hidup yang damai. Dan apabila kita mencintai sesama manusia, maka sebarkan nalar positif kepada masyarakat.

Cinta selalu memberikan hal menarik untuk dinikmati. Orang-orang yang senantiasa menggunakan bahasa cinta dalam bertingkah laku, pasti dalam hidupnya senantiasa dipenuhi dengan kasih sayang dari orang lain. Itulah mengapa kasih sayang selalu menjadi landasan diri untuk saling mengenal, memahami, hingga menjadikan bahasa cinta sebagai kedekatan dalam membangun kerukunan hidup berdampingan. Cinta itu ada dalam diri setiap manusia, dan harus senantiasa dijaga, kemudian disebarluaskan lewat lisan sebagai bahasa kebersamaan dan kerukunan, yang puncaknya perdamaian. Dan melalui budaya saling percaya itulah cinta bisa tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Ketika hal ini sudah menjalar dalam diri setiap insan, baik hoax sampai isu-isu miring yang berkaitan dengan vaksin akan terselesaikan dengan cepat dan tepat. Sebab, ketika masyarakat Indonesia sudah saling merangkul dan percaya satu sama lain. Maka tidak akan ada celah lagi untuk hoax dan ideologi kekerasan masuk ke dalamnya.

This post was last modified on 22 Januari 2021 1:07 PM

Suroso

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

8 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

8 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

8 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago