Narasi

Ramadan Mengajarkan Empati, Bukan Antipati

Bulan puasa memiliki esensi yang mendalam bagi umat Muslim dalam memperkuat nilai, sikap dan keluhura budi pekerti dalam kehidupan yang berdampingan dengan sesama. Salah satu yang sangat kentara adalah bagaimana puasa mendidik umat Islam menjadi simpati dan empati terhadap yang lain. Perasaan ini ditempa melalui laku lapar yang menggugah simpati dan empati rasa lapar orang-orang yang kekurangan.

Simpati dan empati dengan sendirinya akan menghapus corak berpikir yang antipati atau perasaan tidak suka yang kuat atau penolakan terhadap sesuatu atau seseorang. Perasaan antipati melahirkan kebencian sebagaimana yang dimunculkan dalam sikap islamofobia dan xenophobia. Berpuasa berarti melatih diri untuk tidak benci terhadap yang berbeda dengan latar belakang apapun.

Rasa empati akan mampu meningkatkan atau memperkuat solidaritas antar sesama manusia, tanpa memandang perbedaan agama, ras, atau budaya. Dengan memahami dan merasakan penderitaan orang lain, umat Islam diharapkan menjadi lebih terbuka dan inklusif terhadap semua orang.

Laku yang sangat mendalam lainnya dari puasa adalah mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri. Puasa mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri. Selama bulan Ramadan, umat Islam menahan diri dari makan, minum, dan tindakan-tindakan lain yang dianggap membatalkan puasa dari fajar hingga matahari terbenam.

Hal ini membutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi serta kemampuan untuk mengendalikan diri dari keinginan-keinginan yang dapat merusak. Dengan mengasah kesabaran dan pengendalian diri ini, umat Islam akan lebih mampu menghadapi situasi yang menantang, termasuk sikap negatif atau diskriminatif dari orang lain.

Selain itu puasa mempromosikan nilai-nilai moral dan etika yang baik. Islam, sebagai agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), mengajarkan kasih sayang, keadilan, dan perdamaian. Umat Islam diajarkan untuk bertindak dengan baik, menyebarkan kedamaian, dan menjaga keharmonisan dalam hubungan dengan sesama manusia dan alam sekitar.

Dengan mempraktikkan nilai-nilai ini secara konsisten selama bulan Ramadan dan seterusnya, umat Islam dapat menjadi contoh yang baik dalam masyarakat, membantu mengurangi ketegangan antar kelompok, dan menginspirasi orang lain untuk bertindak dengan cara yang sama.

Puasa juga mengajarkan pentingnya introspeksi dan transformasi pribadi. Selama bulan puasa, umat Islam didorong untuk merenungkan diri, memperbaiki hubungan dengan Allah, dan memperbaiki perilaku mereka.

Pendidikan nilai dan perilaku dalam bulan Ramadan tersebut di atas akan membuat umat Islam mampu menghindari sikap radikal atau intoleran yang bertentangan dengan ajaran Islam yang damai dan inklusif. Dengan menjalani proses transformasi pribadi ini, umat Islam dapat menjadi individu yang lebih baik dan mampu membangun hubungan yang lebih harmonis dengan orang lain, tanpa memandang perbedaan.

Nilai-nilai yang terkandung salam bulan Ramadan memiliki potensi besar tidak hanya mereduksi Islamophobia dan xenophobia, tetapi juga kekuatan konstruktif membangun masyarakat yang harmonis. Dengan mengasah kesabaran, meningkatkan empati, mempraktikkan nilai-nilai moral yang baik, dan menjalani proses transformasi pribadi, umat Islam dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat, membantu menciptakan dunia yang lebih inklusif, damai, dan harmonis bagi semua makhluk Allah.

Ernawati Ernawati

Recent Posts

Belajar dari Asy-Syifa al-Adawiyah, Guru Perempuan Pertama di Masa Rasulullah

Adalah Asy-Syifa binti Abdillah al-Adawiyah dari suku Quraisy, yang begitu terkenal dengan kepandaian literasinya, ketika…

7 jam ago

Jiwa Pendidikan Berada di Karakter : Perlunya Reorientasi Peran Guru

Mari mulai dari sebuah pertanyaan sederhana namun menyentil: untuk apa sebenarnya sekolah didirikan? Jika jawabannya…

8 jam ago

Adab Sebelum Ilmu: Peran Guru dan Tantangan Ekstremisme Era Digital

Pendidikan berbasis karakter adalah fondasi penting dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual,…

8 jam ago

Sang Penjaga Mercusuar di Tengah Lautan Algoritma: Peran Guru dalam Menjaga Moral Anak Bangsa

Indonesia tidak dibangun oleh tumpukan data biner. Bangsa ini tidak didirikan di atas algoritma yang…

1 hari ago

Ketika Radikal Menemukan Target Baru

Kamis siang (20/11/) saya mendapat undangan sebagai narasumber podcast pada program “Sarapan Bubur Pedas” (Saran…

1 hari ago

Refleksi Hari Guru 2025; Menjadi Cahaya Bangsa di Tengah Krisis Dunia Digital

Tanggal 25 November diperingati sengaja Hari Guru Nasional, mengacu pada berdirinya organisasi profesi guru, yakni…

1 hari ago