Narasi

Rasulullah Mengajarkan Perdamaian Semesta, Bukan Permusuhan

Rasulullah merupakan uswatun hasanah, suri tauladan yang mulia bagi segenap umat manusia. Kemuliaan akhlak rasulullah bisa dirasakan oleh semua manusia, tanpa pandang agama, suku, ras dan lainnya. Itu artinya rasulullah ibarat cahaya dalam kegelapan, yang mampu memberi cahaya bagi siapapaun. Inilah esensi misi profetik rasulullah diutus untuk memberi rahmat bagi sekalian alam.

Kemuliaan akhlak rasulullah selalu mengajarkan perdamaian dalam kondisi apapun, menjadikan beliau dikenal sebagai sosok yang bersahaja. Di tengah cacian, hinaan bahkan ketika hendak dibunuh pun rasulullah selalu ingin memaafkan musuhnya. Sungguh beliau menjadi mata air keteladanan dalam kegersangan keberagamaan seperti sekarang.

Seperti contoh, Ikrima bin Abu Jahal merupakan musuh bebuyutan rasulullah, datang untuk meminta ampun kepada rasulullah, maka dengan sikap terbuka rasulullah memaafkannya. Ketika itu Ikrima mengatakan, “selama hidup aku tidak akan melupakan perilaku mulia rasulullah”. Ini menjadi bukti bahwa rasulullah merupakan pemaaf dan selalu mengedepankan sikap untuk berdamai. Karena berdamai itu pastinya lebih mulia daripada bermusuhan. Seperti firman Allah sebagai berikut: dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang maha mendengar lagi maha mengetahui. (Q.S. al-Anfal: 61).

Begitu pula ketika Abu Jahal diajak untuk masuk Islam dan mengucapkan syahadat. Maka Abu Jahal marah dengan perkataan keji seperti berikut, “Hai Muhammad, jika kamu melakukan ini agar kami menjadi saksi di hadapan Tuhan, jangan mengajak aku lagi untuk mengikuti agamamu, aku akan bersaksi di sana”. Tetapi meskipun diperlakukan secara keji dan dilecehkan rasulullah tetap membalas dengan perkataan mulia. Beliau tetap saja berdakwah kepada Abu Jahal dengan santun dan elegan. Inilah keteladanan mulia rasulullah dalam menebarkan ajaran Islam.

Permusuhan bukan Ajaran Rasulullah

Permusuhan merupakan tindakan keji dan tercela dalam kancah kehidupan umat manusia. Permusuhan sejatinya merupakan senjata iblis untuk menjerumuskan manusia dalam lembah kehinaan, asfala safilin. Deklarasi permusuhan anak manusia pertama kali ialah yang dilakukan oleh Qabil kepada Habil. Atas bisikan iblis, Qabil iri dan dengki kepada Habil, singkatnya dibunuhlah Habil. Inilah dampak terburuk permusuhan yang dilakukan manusia pertama di muka bumi.

Rasulullah sangat melarang umatnya untuk bermusuhan, karena bermusuhan hanya mengakibatkan perpecahan yang dahsyat. Seperti dalam hadis, “pintu-pintu surga di buka pada hari senin dan kamis. Maka akan diampuni dosa semua hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali dua orang laki-laki yang terdapat bermusuhan antara dia dan saudaranya. Maka dikatakan; tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tangguhkan oleh kalian kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. (HR. Bukhari, Muslim).

Makanya kita semua harus menjauhi permusuhan, dengan begitu kita telah meneladani ajaran rasulullah dengan serius. Kalau mengaku sebagai pembela Islam dan pecinta rasulullah, tetapi masih gemar menebar permusuhan dan kebencian terhadap sesama manusia, berarti sejatinya mereka telah mengingkari ajaran Islam yang dibawa oleh rasulullah saw.

Meneladani Akhlak Nabi di Zaman Now

Sebagai pemuda kita harus masif dan serius menyebarkan nilai-nilai perdamaian dan akhlak mulia rasulullah di dunia maya. Mengingat dunia maya sekarang ini banyak disusupi ideologi kebencian dan permusuhan yang mengadu domba antar kelompok anak bangsa. Jelas ini sangat mengancam keutuhan NKRI, dan kebhinekaan kita.
Langkah nyatanya ialah, selalu mengedepankan sikap kritis ketika berselancar di dunia maya. Dengan begitu kita bisa mengenali benih-benih permusuhan dan kebencian yang bertebaran di dunia maya. Lakukan kontra narasi dengan menebar nilai Islam rahmatan lil’alamin, serta viralkan seluruh kemuliaan akhlak rasulullah dan ajaran beliau. Itulah bakti kita selaku pemuda di zaman now.

Mari bersatu untuk merawat keutuhan NKRI, dengan begitu kedamaian semesta akan terwujud. Permusuhan itu hanya akan mengakibatkan konflik yang sangat kontra produktif, serta menciderai nilai agama dan pancasila. Wallahu a’lam

This post was last modified on 6 Desember 2017 1:39 PM

Lukman Hakim

Penulis adalah Peneliti di Sakha Foundation, dan aktif di gerakan perdamaian lintas agama Yogyakarta serta Duta Damai Yogya.

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

12 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

12 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

12 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

12 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

1 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

1 hari ago