Narasi

Refelski Kesaktian Pancasila dan Bahaya Ideologi Destruktif Kanan-Kiri Pada Anak

Saya membantah, jika “ideologi kiri” (komunis) dianggap berbeda dengan ideologi kanan (radikalisme-terorisme). Ideologi komunis dianggap baik, diklaim “berpihak” pada kesejahteraan/kemapanan masyarakat. Padahal keduanya (ideologi kanan/kiri) sebetulnya memiliki orientasi yang sama, yaitu memiliki kepentingan politik untuk berkuasa atas negeri ini secara destruktif.

Secara sosiologis, ideologi kanan (radikalisme-terorisme) atau ideologi kiri (komunisme) dalam kehidupan sosial-masyarakat sejatinya sama-sama mengacu ke dalam “identitas primordial”. Kekuasaan yang condong ke dalam kelompok tertentu, niscaya akan destruktif atas kelompok-kelompok lain dengan prinsip “berkuasa”.

Antara ideologi kiri yang membawa embel-embel “masyarakat” dan ideologi kanan membawa agama. Mereka tidak lain adalah satu jalan meanipulatif. Sebab, mereka sama-sama haus secara politik untuk berkuasa. Sebab, jika keduanya sama-sama mengarah ke dalam kepentingan masyarakat atau agama, tidak perlu sebetulnya ingin menguasai sebuah sistem.

Maka, ketik ada orientasi untuk menguasai sebuah sistem (ingin berkuasa) dan prinsip yang dibangun akan cenderung ke dalam (identitas primordial). Maka akan banyak keberpihakan, termasuk perilaku yang sifatnya ketidakadilan atas pihak-pihak/kelompok lain. Sehingga, di sinilah dasar penting prinsip kebangsaan kita dengan ideologi Pancasila dapat merawat berbagai kelompok untuk bersatu dalam kebersamaan secara harmonis tanpa ada keberpihakan pada kelompok tertentu.

Refleksi Kesaktian Pancasila Membangun Ketahanan Ideologi pada Anak sejak Dini

Peristiwa berdarah yang terjadi pada 1 Oktober 1965 yang menewaskan 6 jenderal dan beberapa pahlawan bangsa akibat gerakan pemberontakan (G30S). Para pahlawan bangsa mati-matian mempertahamkan ideologi Pancasila di tengah gerakan makar yang ingin menggantikan Pancasila dan eksistensi berbangsa kita di negeri ini.

Peristiwa (G30S) PKI memberi pelajaran penting bagi generasi bangsa saat ini, agat memiliki ketahanan ideologis menjaga persatuan. Jangan terpengaruh oleh pihak yang ingin memprovokasi, menghasut dan memfitnah agar kita membangkang atas bangsa ini. Lalu diajak ke dalam perilaku destruktif atas negeri ini.

Menjaga persatuan dengan membangun komitmen kokoh Pancasila pada generasi bangsa sebagai pandangan hidup berbangsa. Lalu tidak terpengaruh terhadap segala macam ideologi, baik berbungkus “nilai agamis” seperti ideologi radikalisme-terorisme atau-pun ideologi berbungkus “kepentingan sosial” layaknya Komunis. Keduanya sama-sama memiliki kepentingan politik kelompok yang akan destruktif atas kelompok lain.

Kesaktian pancasila harus terefleksi ke dalam kesadaran atas perjuangan pahlawan bangsa. Dalam mempertahankan ideologi Pancasila di tengah pemberontakan ideologi komunis yang ingin menggantikan Pancasila dan prinsip berbangsa kita. Secara paradigmatis sebagai satu komitmen penting dalam menumbuhkan metahanan ideologis amak dalam menjaga persatuan dan ideologi Pancasila sebagai satu orientasi dalam menjaga (kemaslahatan bangsa).

Ideologi kiri layaknya ideologi PKI pada dasarnya sebagai satu gerakan yang akan merusak tatanan bangsa yang majemuk. Karena bersifat kepentingan kelompok dan menginginkan sebuah kekuasaan berdasarkan pandangan kelompok tersebut.

kita perlu menjadikan kesaktian Pancasila itu sebagai (life-style) generasi bangsa kita di dalam bernegara saat ini. Di mana, segala pola hidup yang dijalani pemuda, selalu mencirikan ke dalam wilayah menjaga persatuan dan ideologi Pancasila di tengah ragam hasutan/provokasi yang ingin merusak bangsa ini.

Ketahanan ideologis pemuda adalah tidak terombang-ambing dengan hasutan ideologis perusak keberagaman. Maka, menjadi penting menjaga persatuan itu dengan tidak terpengaruh dengan ideologi kanan-kiri yang menjanjikan banyak hal. Sebab, mereka hanya ingin berkuasa di negeri ini.

This post was last modified on 2 Oktober 2023 11:13 AM

Saiful Bahri

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

22 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

22 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

22 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

22 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago